Laman

Saturday, June 17, 2017

Penggunaan Campur Kode dan Alih Kode dalam Pembelajaran Bahasa IndonesiaKelas X TGB SMK N 7 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017


Tahrirul Mar’ah-14410122-6C-PBSI-FPBS-UPGRIS
Tahrirul11@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh penggunaan campur kode dan alih kode menjadikan siswa mudah dalam memahami materi pembelajaran, selain hal tersebut menggunakan dwibahasa tidak membosankan dan dapat menciptakan suasana kelas yang kondusif. Wujud alih kode dan campur kode dilakukan secara intern dan ekstern. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan wujud alih kode dan campur kode. Data yang digunakan yaitu tuturan siswa dengan guru. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Teknik yang digunakan yaitu teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik cakap. Tujuan adanya alih kode dan campur kode di kelas diantaranya mengakrabkan suasana, menghormati lawan bicara, membangkitkan rasa humor. Hasil penelitian menunjukkan adanya campur kode dan alih kode yang disebabkan beberapa faktor yaitu pembicara, mitra tutur, hadirnya orang ketiga, perubahan topik pembicaraan, sekadar bergengsi.
Kata kunci : Alih Kode, Campur Kode, Pembelajaran
Pendahuluan
a.       Latar Belakang

Bahasa merupakan alat komunikasi yang sangat penting bagi manusia, dengan bahasa manusia dapat berinteraksi dengan sesamanya. Bahasa resmi Republik Indonesia dan bahasa persatuan bangsa Indonesia adalah bahasa Indonesia. Eksistensi penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar memang perlu dipertahankan. Namun ada beberapa hal yang harus diketahui berdasarkan aspek linguistik masyarakat Indonesia termasuk masyarakat bilingual. Pada dasarnya, dalam interaksi sosial masyarakat Indonesia menggunakan lebih dari satu bahasa, yaitu bahasa ibu dan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional. Masyarakat dwibahasa akan mengalami kontak bahasa sehingga melahirkan campur kode dan alih kode. Masyarakat bilingual muncul karena mempunyai dan menguasai lebih dari satu bahasa yang berbeda.
Faktor yang menyebabkan peristiwa alih kode dan campur kode diantaranya penutur mempunyai maksud tertentu, seperti bercanda, mengakrabkan diri, sekadar ingin dikatakan gaul, terpengaruh kalimat atau tuturan sebelumnya, adanya perubahan topik pembicaraan, penguasaan bahasa penutur. Saat komunikasi penutur selalu melihat kepada siapa berbicara dan dimana saat berbicara. Dengan adanya pertimbangan kondisi seperti itu dialami pada saat pembelajaran baik secara sengaja maupun tidak alih kode dan campur kode muncul.
Pembelajaran teks negosisasi di SMK N 7 Semarang menggunakan kurikulum 2013 yang menitik beratkan pembelajaran berbasis teks. Melalui pembelajaran berbasis teks ini siswa dituntun untuk mampu menggunakan bahasa ke dalam teks negosiasi. Penggunaan bahasa harus disesuaikan dengan konteks teksnya dan fungsi bahasa itu sendiri. Pada konteks pembelajaran teks negosiasi, peserta didik tentu akan menyesuaikan penggunaan bahasa untuk memberikan pemahaman. Sehingga dalam pembelajaran tidak hanya terdapat penggunaan bahasa Indonesia, namun terdapat juga bahasa lain.

b.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, dilakukan penelitian dengan rumusan masalah yaitu bagaimana wujud campur kode dan alih kode dalam pembelajaran Bahasa Indonesia kelas X TGB di SMK N 7 Semarang ?
c.       Manfaat
1.      Manfaat Teoritis
Menambah khazanah ilmu sosiolinguistik khususnya campur kode dan alih kode.
2.      Manfaat Praktis
a.       Manfaat bagi guru
1.      Sebagai alternatif untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.
b.      Manfaat bagi siswa
1.      Siswa dapat mengetahui penggunaan bahasa yang baik.
2.      Meningkatkan pemahaman pada materi pembelajaran.
c.       Manfaat bagi peneliti
Manfaat penelitaian bagi peneliti adalah menambah wawasan mengenai campur kode dan alih kode dalam pembelajaran.
d.      Landasan Teori
            Ohoiwutun, (2007:69) Campur kode didefinisikan sebagai penggunaan lebih dari satu bahasa atau kode dalam satu wacana menurut pola-pola yang masih belum jelas. Sejalan dengan Yendra, (2016:228) campur kode terjadi apabila seorang penutur bahasa mencampurkan kode-kode suatu bahasa dengan bahasa lainnya, misalnya dalam sebuah situasi seorang penutur bahasa mencampurkan kode bahasa Indonesia dengan bahasa daerah.
            Ohoiwutun, (2007:71) Alih kode pada hakikatnya merupakan pergantian pemakaian bahasa atau dialek. Para penutur yang sedang beralih kode berasal dari minimum dua komunitas dari bahasa-bahasa (dialek) yang sedang mereka praktikkan. Berbeda dengan Kridalaksana (1982:7) mengemukakan bahwa penggunaan variasi bahasa lain untuk menyesuaikan diri dengan peran atau situasi lain, atau karena adanya partisipasi lain disebut alih kode.
Negosiasi adalah bentuk interaksi sosial yang berfungsi untuk mencari penyelesaian bersama di antara pihak-pihak yang mempunyai perbedaan kepentingan. Tim, (2013:134). Sejalan dengan Kosasih, (2013:236) Teks negosiasi adalah teks yang ditulis sebagai bentuk interaksi sosial untuk mengompromikan keinginan yang berbeda ataupun bertentangan.

e.       Tinjauan Pustaka
Herawati. (2014:27) dalam jurnal berisi Alih kode menurut Suwandi (2010:86) dapat terjadi dalam sebuah percakapan ketika seseorang pembicara menggunakan sebuah bahasa dan mitra bicaranya menjawab dengan bahasa lain. Sedangkan menurut Rohmani, (2013:4-5) dalam jurnal Alih kode merupakan salah satu aspek ketergantungan bahasa dalam masyarakat bilingual atau multilingual. Artinya dalam masyarakat bilingual atau multilingual mungkin sekali seorang penutur menggunakan berbagai kode dalamtindak tuturnya sesuai dengan situasi dan berbagai aspek yang melingkupinya. Campur kode (code mixing ) terjadi apabila seorang penutur menggunakan suatu bahasa secara dominan, mendukung suatu tuturan disisipi dengan unsur bahasa lainnya. Hal ini biasanya berhubungan dengan karakteristik penutur seperti latar belakang sosial, tingkat pendidikan, serta rasa keagamaan. Biasanya ciri menonjolnya berupa kesantaian atau situasi informal, namun bisa juga terjadi karena keterbatasan bahasa, ungkapan dalam bahasa tersebut tidak ada padanannya sehingga ada keterpaksaan menggunakan bahasa lain, walaupun hanya mendukung satu fungsi (Azhar, dkk., 2011:16-17)
Purnamawati dalam skripsi (2010:20) Alih kode (codeswitching) adalah peristiwa peralihan dari satu kode Ke kode yang lain. Misalnya penutur menggunakan bahasa Indonesia beralih menggunakan bahasa Jawa. Appel (1976:79) melalui Chaer (2004:107) mendefinisikan alih kode sebagai,“Gejala peralihan pemakaian bahasa karena berubahnya situasi.” Soewito membedakan adanya dua macama lihkode,yaitu alih kode intern dan ekstern.Alih kode intern adalah alih kode yang berlangsung antara bahasa sendiri (bahasa Indonesia ke bahasa Jawa atau sebaliknya). Sedangkan alih kode ekstern terjadi antara bahasa sendiri dengan bahasa asing Chaer (2004:114).
Manik (2016:46-47) dalam skripsi teks negosiasi adalah teks yang berisi rangkaian interaksi sosial untuk saling bertukar pikiran mencari penyelesaian bersama antara pihak yang memiliki kepentingan bersama, yang dapat disampaikan baik secara tulis maupun lisan. Pada rangkaian negosiasi, pihak-pihak tersebut berusaha menyelesaikan perbedaan itu dengan cara-cara yang baik tanpa merugikan salah satu pihak dengan cara berdialog.

Metode Penelitian dan Teknik Pengambilan
Untuk mengetahui penggunaan campur kode dan alih kode dalam pembelajaran teks negoisasi digunakan metode penelitian deskriptif kualitatif.
Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode simak. Peneliti menggunakan teknik simak bebas libat cakap, teknik rekam, dan teknik catat. Mahsun, (2007:243) Teknik simak bebas libat cakap dimaksudkan si peneliti menyadap perilaku berbahasa di dalam suatu peristiwa tutur dengan tanpa keterlibatannya dalam peristiwa tutur tersebut, jadi peneliti hanya sebgai pengamat. Teknik ini digunakan dengan dasar pemikiran bahwa perilaku berbahasa hanya dapat benar-benar dipahami jika peristiwa berbahasa itu berlangsung dalam situasi yang sebenarnya yang berada dalam konteks yang lengkap. Mahsun, (2007:93) Teknik catat adalah teknik lanjutan yang dilakukan ketika menerapkan metode simak dengan teknik lanjutan di atas. Hal yang sama, jika tidak dilakukan pencatatan, si peneliti dapat saja melakukan perekaman ketika menerapkan metode simak dengan kedua teknik lanjutan di atas. Tentu teknik rekam dimungkinkan terjadi jika bahasa yang diteliti adalah bahasa yang masih dituturkan oleh pemiliknya. Dalam hal ini peneliti melakukan rekaman untuk memperoleh data kemudian disampaikan dalam bahasa tulis.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan di SMK N 7 Semarang  tahun pelajaran 2016/2017 menunjukan adanya alih kode dan campur kode yang dilakukan oleh guru dan siswa saat proses pembelajaran di kelas. Alasan yang menjelaskan tentang guru melakukan campur kode karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Campur kode dilihat dari penggolongannya dibagi menjadi campur kode intern dan ekstern. Campur kode intern biasanya berlangsung dari bahasa asli. Biasanya bahasa Jawa dengan bahasa Indonesia. Sedangkan campur kode ekstern disebabkan adanya percampuran bahasa asing dengan bahasa Indonesia. Biasanya berupa penyisipan bahasa asing seperti bahasa Inggris. Selain itu Campur kode muncul akibat kebiasaan pemakaian bahasa, Sedangkan alasan melakukan
Alasan yang menjelaskan tentang guru melakukan alih kode karena guru memahami siswa masih dominan menggunakan bahasa ibu, sehingga guru pada saat menyampaikan materi sering menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang dilakukan secara bergantian. Hal ini menyebabkan guru beralih kode ke dalam bahasa Jawa, sehingga siswa mampu memahami maksud yang disampaikan oleh guru dengan lebih baik dan mempermudah guru dalam menjelaskan materi pelajaran. Guru yang beralih kode dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa membuat siswa menjadi lebih cepat menangkap materi secara jelas. Terbukti terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran di kelas dengan adanya peralihan bahasa atau pencampuran bahasa yang dilakukan guru mendorong keaktifan siswa dalam menerima materi. Beberapa faktor penyebab alih kode yaitu

1.    Pembicara
Seorang penutur kadang-kadang dengan sadar berusaha beralih kode terhadap lawan tuturnya karena sesuatu maksud. Misalnya apabila siswa terhadap guru dalam pembelajaran di kelas (dalam situasi resmi), seharusnya mereka menggunakan bahasa Indonesia. Namun kenyataannya tidak demikan. Contoh tuturan sebagai berikut.
KONTEKS : TUTURAN GURU SAAT MEMBERIKAN SALAM DAN
                     MEMPRESENSI SISWA.
Guru    : Assalamu’alaikum
Siswa   : Wa’alaikumsalam
Guru    : Selamat pagi anak-anak
Siswa   : Selamat pagi Pak
Guru    : Sopo seng ora mangkat dino iki ?
Siswa   : Nia Pak
Tuturan tersebut guru sebagai pembicara sedang mempresensi kehadiran siswa di kelas dengan tidak sengaja beralih kode.

2.    Mitra Tutur
Mitra tutur atau lawan tutur dapat menyebabkan peristiwa alih kode. Setiap penutur pada umumnya ingin menyeimbangkan bahasa yang digunakan oleh lawan tuturnya. Dalam hal ini lawan tutur dibedakan menjadi dua yaitu lawan tutur yang latar belakang bahasanya sama dengan penutur dan lawan tutur yang latar belakang bahasanya berbeda dengan penutur.
Guru    : Latihannya dikerjakan dulu anak-anak, nanti presentasi di depan
Ratna   : Pak, itu dikerjakan kelompok ?
Guru    : Ya kelompok
Reza    : Maju satu persatu Pak ?
Guru    : Nggeh cah bagus
Reza    : Eee presentasi ku maju jebule
Ratna   : Pak, yang sudah maju ?
Guru    : Nggeh maju
     Tuturan tersebut mitra tutur menyebabkan alih kode untuk menyeimbangi agar mitra tutur tidak bingung atas perkatan penutur.

3.    Perubahan Situasi dengan Hadirnya Orang Ketiga
Untuk menetralisasi situasi dan menghormati kehadiran mitra tutur ketiga biasanya penutur dan mitra tutur beralih kode, apalagi bila latar kebahasaan mereka berbeda.
KONTEKS : TUTURAN GURU KEPADA SISWA MENGENAI PEMAHAMAN MATERI DAN TIBA-TIBA SALAH SATU SISWA DATANG MEMINTA IZIN KE KAMAR MANDI.

Guru    : Bagaimana anak-anak sudah paham tentang materi pengertian
               teks negoisasi ?
Siswa   : Sudah pak
Guru    : Untuk selanjutnya kita akan mempelajari struktur teks negosiasi
Angga  : Pak, bade teng wingking
Guru    : Ya silahkan
Angga  :Ape reng kantin iku
Tuturan tersebut terdapat kehadiran orang ketiga yaitu saat guru menjelaskan materi negosiasi, tiba-tiba Angga datang untuk izin pergi ke kamar mandi.

4.    Perubahan Topik Pembicaraan
Pokok-pokok pembicaraan atau topik merupakan faktor yang dominan dalam menentukan terjadinya alih kode. Pokok pembicaraan yang bersifat formal biasanya diungkapkan dengan ragam baku, dengan gaya netral dan serius. Pokok pembicaraan yang bersifat informal disampaikan dengan bahasa tidak baku, emosional dan seenaknya.
KONTEKS : TUTURAN GURU KEPADA SISWA MENGENAI PERISTIWA NEGOISASI.
Guru    : Negoisasi bisa terjadi dimana anak-anak ?
Zacky  : Di pasar Pak
Guru    : Iya benar terus dimana lagi ?
Dita     : Di kantor Pak
Guru    : Benar, nanti kalian di rumah membuat teks negosiasi yang
               terjadi di daerah anda atau yang pernah anda jumpai. Pelajaran
               saya cukupkan sampai sekian waktunya istirahat.
               Assalamualaikum
Siswa   : Waalaikumsalam
Adit     : Pak, mengenai lomba menulis cerpen dikumpulkan dimana ?
                (menghampiri guru)
Guru    : Angger dokok mejoku ning kantor
Adit     : Iya Pak, besok saya akan mengumpulkan
Guru    : Nak iso digae seng apik, waktune ijeh 3 dino. Diwoco meneh
              nak menowo ono seng kurang
Adit     : Nggeh Pak, terimakasih.

Pada tuturan tersebut terjadi pergantian topik yaitu saat di kelas guru dan siswa sedang membicarakan teks negoisasi, namun ketika keluar kelas ada salah satu siswa yang sedang membicarakan mengenai lomba menulis cerpen kepada Guru. Hal tersebut menunjukkan perbedaan topik yaitu petama membahas tentang teks negosiasi kemudian beralih topik menulis cerpen. Ujaran guru “Angger dokok mejoku ning kantor” merupakan wujud alih kode yang awalnya siswa menggunakan bahasa Indonesia dan dijawab guru menggunakan bahasa Jawa. Sedangkan tuturan Adit “Nggeh Pak, terimakasih” termasuk campur kode karena kata yang pertama menggunakan bahasa Jawa kemudian diikuti kata kedua menggunakan bahasa Indonesia.



5.    Sekadar bergengsi
Sebagian penutur ada yangberalih kode sekadar untuk bergengsi. Hal ini terjadi apabila faktor situasi, lawan bicara, topik, dan faktor-faktor sosiosituasional tidak mengharapkan adanya alih kode, sehingga tampak adanya pemaksaan, tidak wajar, dan cenderung tidak komunikatif. Alih kode demikian biasanya didasari oleh penilaian penutur bahwabahasa yang satu lebih tinggi nilai sosialnya daripada bahasa lain. Contoh tuturan sebagai berikut.
KONTEKS : PERISTIWA SAAT GURU MENANYAKAN MATERI YANG BELUM DIPAHAMI.
Siswa   : Pak struktur teks negosiasi apa saja ?
Guru    :Struktur teks negosiasi terdiri dari orientasi, permintaan,
                 pemenuhan, penawaran, persetujuan, pembelian, penutup.
Siswa   : Jadi kalau membuat teks negoisasi harus sesuai dengan struktur
                 ya Pak ?
Guru    : Yes ofcourse. Understand ?
Siswa   : Paham Pak
Tuturan tersebut menunjukkan bahwa Guru merasa bergengsi jika menjawab dengan bahasa Indonesia, oleh karena itu guru menjawab dengan bahasa Inggris agar terlihat keren. Jawaban dari guru “Yes ofcourse. Understand ?” termasuk peralihan kode yang awalnya menggunakan bahasa Indonesia kemudian dijawab menggunakan bahasa Inggris.

Alih kode dan campur kode dilakukan oleh seseorang karena ada beberapa macam tujuan yang disampaikan oleh tuturan. Kegiatan komunikasi penutur menggunakan bahasa yang sesuai dan dibutuhkan. Siswa dan guru sebagai masyarakat multilingual melakukan alih kode dan campur kode dengan tujuan yaitu
1.        Mengakrabkan suasana
Sebuah informasi dalam gagasan yang disampaikan oleh seorang penutur akan lebih mudah dipahami atau lebih cepat berterima jika ada kedekatan secara emosional antara individu-individu yang terlibat dalam peristiwa tutur.
Siswa     : “Pak, hanya sepuluh percakapan tidak apa-apa ?”
Guru       : “Iya nggak apa-apa, asal maksud sudah tertuangkan”
Siswa     : “Oh ya terimakasih Pak”
Guru       : “Ayo uwong Jepara wes bar iki. Uwong Pati ojo sampe kalah”
Siswa     : “ Pak, kula maju”
Guru       : “Wah malah didisiki uwong Kudus”
Siswa     : “Percaya aja Pak, pancen  pinter pinyambake
Tuturan tersebut menunjukkan adanya alih kode dan campur kode yang terjadi karena keakraban antara siswa dengan guru dengan cara menghafal asal daerah siswa.

2.        Menghormati lawan bicara
Peristiwa tuturan antara penutur dan mitra tutur biasanya bersifat menghormati. Seperti pembicaran yang dilakukan orang lebih tua dengan yang lebih muda atau seseorang dengan status sosial yang lebih rendah dengan orang yang memiliki status sosial lebih tinggi, atau antara atasan dan bawahan,  alih kode dan campur kode kerap terjadi dengan tujuan menghargai atau menghormati lawan bicara.
Guru       : “kok pada tidak semangat, tadi sudah sarapan apa belum ?”
Reno      : “Sampun Pak”
Ardi       : “Dereng Pak”
Guru       : “Lhoo kenapa kok ada yang belum sarapan ?”
Ardi       : “Mboten kober”
Data tersebut menunjukkan adanya alih kode antara Guru, Reno dan Ardi. Guru yang awalnya menggunakan bahasa Indonesia dijawab oleh Reno dan Ardi menggunakan bahasa Jawa krama karena sebagai siswa ketika ditanyakan perihal makan menjawab dengan sopan.



3.        Membangkitkan rasa humor
Peristiwa berbahasa  dalam situasi tertentu. Biasanya terjadi alih kode yang dilakukan dengan alih varian, alih ragam, atau alih gaya bicara dengan tujuan membangkitkan rasa humor untuk memecahkan kekakuan.
Sarah     : “Kamu udah selesai mengerjakan itu ?”
Rama     : “Jelaass (terdiam sejenak)”
Sarah      : “Heh Jos.e cah iki”
Rama      : “Jelas durung maksute. Hahaha”
Sarah      : “ Dasar gemblung”
Percakapan diatas dilakukan hanya untuk membangkitkan rasa humor, karena awalnya menggunakan bahasa Indonesia kemudian beralih menjadi bahasa jawa. Pecakapan di atas dapat dikatakan membangkitkan rasa humor karena Rama bilang jelas durung dan Sarah mengira jelas sudah selesai.
Penutup
a.       Simpulan
Berdasarkan pembahasan di atas alasan guru melakukan alih kode karena guru memahami siswa masih dominan menggunakan bahasa ibu, sehingga guru pada saat menyampaikan materi sering menggunakan bahasa Indonesia dan bahasa Jawa yang dilakukan secara bergantian, sedangkan alasan yang menjelaskan tentang guru melakukan campur kode karena adanya hubungan timbal balik antara peranan penutur bentuk bahasa dan fungsi bahasa. Alih kode dan campur kode dalam kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia terjadi dapat mempengaruhi tingkat pemahaman dan membantu menjelaskan hal yang tidak dimengerti siswa. Selain itu pembelajaran terasa tidak membosankan karena adanya campur kode dan alih kode dapat mengakrabkan suasana, membangkitkan rasa humor, dan menghormati lawan bicara. Faktor penyebab alih kode yaitu penutur, mitra tutur, perubahan situasi hadirnya orang ketiga, perubahan topik, dan sekadar bergengsi.


Daftar Pustaka
Kosasih, Engkos. 2013. Cerdas Berbahasa Indonesia: untuk SMA/MA
         Kelas X
. Jakarta: Djambatan.
Kridalaksana, Harimurti. 1982. Pengantar Soisiolinguistik. Bandung :
         Angkasa.
Mahsun. 2007. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: PT Raja Grafindo.
Manik, Persada, Riwayanti. 2016. “Pembelajaran Memahami Teks
          Negosiasi Pada Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Bandar Lampung
          Tahun Pelajaran 2014/2015”. Skripsi. Lampung: Universitas
          Lampung.
Ohoiwutun, Paul. 2007. Sosiolinguistik Memahami Bahasa dalam Konteks
         Masyarakat dan Kebudayaan.
Jakarta: Kesaint Blanc.
Purnamawati, Azizah. 2010. “Campur Kode dan Alih Kode Tuturan
          Penjual Dan Pembeli di Pasar Johar Semarang”. Skripsi. Semarang:
         Universitas PGRI Semarang.
Rohmani, Siti, Amir Fuady, Atiakh Anindyarini. 2013. Analisis Alih Kode
         dan Campur Kode pada Novel Negeri 5 Menara Karya Ahmad
         Fuadi.Volume 2, nomor 1. Diakses pada 4 April 2017.
Tim. 2013. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:
         Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


No comments:

Post a Comment