Kajian Nilai Sosial Terhadap Cerpen Sang Primadona Karya A. Mustofa Bisri Pada Siswa Kelas XI SMA
TEGAR
FAIK WIJI WICAKSONO 14410133/6C PBSI FPBS UPGRIS
Email:
tegww@yahoo.co.id
ABSTRAK
` Penelitian ini bertujuian untuk mendeskripsikan nilai
sosial cerpen Sang Primadona karya A.
Mustofa Bisri pada siswa kelas XI SMA. Penelitian ini dilatarbelakangi nilai
sosial lewat tema, latar dan tokoh-tokohnya, serta pikiran dan penyelesaian
alur yang menyangkut problematika kehidupan. Sehingga penelitian ini mengangkat
unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh-tokohnya serta latar yang didalaminya
terdapat nilai-nilai dalam kehidupan termasuk nilai sosial. Hasil penelitian
ini yaitu dalam kumpulan cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri , pengarang menggambarkan nilai sosial
melalui tokoh yang melakukan tindakan atau peristiwa yang mengandung status
sosial dan proses sosial. Dalam cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri, pengarang menggambarkan hal-hal yang
berisi tentang curahan isi hati seorang wanita akan kehidupannya yang penuh
lika-liku sosial mulai dari menjadi anak sekolah yang cerdas, berlanjut menjadi
artis terken al hingga menjadi seorang ustadzah.
Kata
kunci: Nilai sosial, Unsur intrinsik
1. Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pembelajaran
sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, sehingga harus
dipandang sebagai sesuatu yang penting. Jika dilakukan dengan cara yang tepat,
maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan besar untuk memecahhkan
masalah yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1993:
15). Adanya hubungan antara pengajaran sastra dengan kehidupan nyata yang
melibatkan suatu masalah yang nantinya dapat diselesaikan dengan cermat. Nilai
sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang
dianggap buruk oleh masyarakat. Cerpen merupakan karya fiksi, maka proses
pengajarannya pun mengikuti kaidah-kaidah fiksi. Orientasi pengajaran cerpen
tak jauh beda dengan pengajaran fiksi pada umumnya (Endraswara, 2005: 155).
Pada
pembelajarannya mengacu pada Standar Kompetensi (SK) Bahasa Indonesia.
Pembelajaran cerpen ini berdasrakan silabus SMA kelas XI dengan standar
kompetensi mebahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Aspek
pembelajarannya yaitu mendengarkan. Berkaitan dengan pengajaran apresiasi
sastra, peserta didik diharapkan mampu
mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuannya, supaya siswa dengan mudah
memahami materi pembelajaran sastra, sehingga siswa dapat menganalisis
nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pengajaran sastra dapat memberikan
pengetahuan baru bagi siswa khususnya berkaitan dengan nilai sosial.
B,.
Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah
Nilai Sosial Cerpen Sang Primadona
Karya A. Mustofa Bisri Pada Siswa Kelas XI SMA ?
C.
Manfaat
Manfaat
teoretis dalam penelitian ini untuk menambah pengetahuan nilai sosial dalam
cerita pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Manfaat praktis dilihat dari
segi praktis, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui nilai sosial pada
cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri pada studi kasus kelas XI SMA.
D. Landasan Teori
a. Nilai sosial dalam karya sastra
Nilai
sosial mempunyai fungsi di masyarakat, diantaranya nilai-nilai ynag dapat
menyambungkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan
bertingkah laku. Nilai sosial sebagai
petunjuk umum yang telah berlangsung lama, mengarahkan tingkah laku dan
kepuasan dalam kehidupan sehari-hari (Damono, 1978: 1).
Manusia
adalah makhluk sosial atau makhluk yang paling tinggi derajatnya diantara
makhluk-makhluk di dunia ini. Dengan demikian, dimanapun manusiia manusia akan
berkembang apabla mampu dan ingin beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Menerima
peranan tertentu dalam struktur sosial kehidupan di masyarakat tidak lepas dari
menerima peranan-peranan tertentu dealam struktur sosial. Hal ini akan
menunjukan untuk membentuk komunitas sosial yang seimbang di masyarakat.
b.
Pengertian
Cerpen
Cerpen
merupakan salah satu bentuk karya sastra pendek yang berwujud cerita rekaan
atau fiksi (Aminuddin, 2000: 66). Cerita rekaan yang dimaksud yaitu kisah atau
cerita yang diemban oleh pelaku tertentu yang bertolak belakang dari hasil
immajinasi pengarangnya, sehingga menjadi sebuah cerita.
Unsur Pembangun Cerpen
Unsur
pembangun sebuah cerpen yang membentuk sebuah totalitas yang dapat dikeluarkan
menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur
intrinsik merupakan unsur-unsur yang membanngun karya sastra itu sendiri
(Nurgiyantoro, 2000: 23). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra
hadir, unsur-unsur yang secara aktual akan dijumpai jika orang membaca karya
sastra. Menganalisis nilai sosial dalam
cerpen, tidak semua unsur dilibatkan, adapun unsur yang digunakan adalah
tokoh/penokohan dan latar/setting.
1)
Tokoh/
penokohan
Ketika membicarakan
fiksi, tidak akan terlepas dari istilah tokoh atau penokohan. Keduanya memiliki
pengertian yang berbbeda tapi saling berhubungan dalam struktur cerpen. Berikut
penjelasannya.
Tokoh
Tokoh merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah
karya sasdtra berbentuk fiksi. Karena keberadaan tokoh merupakan pusat
penceritaan dan juga sebagai pelaku cerita. Tokoh merupakan menunjuk kepada
orangnya atau pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 16).
Karena perbedaan sudut pandang dan tinjauan, maka seorang
tokoh dapat saya kateggorikan dalam beberapa jenis tokoh, antara lain
(Nurgiyantoro, 2000: 176) :
a)
Tokoh utama
Tokoh
utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang memegang peranan penting. Tokoh
sentral ada dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Sudjiman, 1988:
17-18).
b)
Tokoh bawahan
Tokoh
bawahan mencakup tokoh yang terikat dengan tokoh utama. Sedangkan tokoh
tambahan adalahh tokoh yang tidak memegang peranan sama sekali di dalam sebuah
cerita Sudjiman (dalam Harjito, 1992: 12).
2)
Penokohan
Penokohan merupakan
pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah
cerita ( Nurgiyantoro 2000: 165). Terdapat dua cara untuk menggambarkan
karakter tokoh dalam cerita, yaitu secara langsung maupun secara tidak
langsung, bisa lewat penggambaran ciri-ciri fisik maupun sifat-sifat serta
sikap batin tokoh.
3) Latar
Latar/setting dalam karya sastra fiksi bukan hanya berupa
tempat, waktu, peristiwa, susana serta benda-benda dalam lngkungan tertentu
melainkan juga dapat berupa susana yang berhubungan dengan sikap, jalan
pikiran, prasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu
masalah tertentu (Aminuddin, 1995: 68). Adapun unsur-unsur latar/setting
sebagai berikut:
Latar tempat
Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat
dengan nama tertentu. Tempat adalah yang dijumpai dalam dunia nyata
(Nurgiyantoro, 2000: 227).
Latar waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya
peristiwa-peristiwa yang dicceritkan dalam sebuah karya fiksi, waktu yang ada
kaitanya atau dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2000: 230).
Latar sosial
Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan
dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam
lingkup yang sudah kompleks berupa kebiasaan hidup. Cara berfikir dan bersikap
juga berhubungan denagn status sosal tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 233-234).
E.
Metode Penelitian
Jenis
pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan inii
mengkaji sastra dengan menganggap sastra sebagai cerminan kenyataan. Melalui
pendekatan ini diharapkan pembaca mau mencotoh hal-hal yang baik dari karya
sastra terutama cerpen. Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku,
dan tidak dituangkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari
pada sekedar angka atau frekuensi. Populasi dalam penelitian ini adalah cerpen
Sang Primadona karya A. Mustofa
Bisri. Kemudian populasi dalam pembelajaran sastra adalah pada siswa SMA.
Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan cerpen Sang Primadona
yang diambil dari populasi. Ciri spesifik yang digunakan untuk menetukan sampel
adalah dengan cara mencari nilai sosial. Melalui ciri tersebut sampel yang
dipilih dalam penelitian ini meliputi SMA Nusa Bhakti Semarang, kemudian dalam
sampel pembelajaran sastra pada siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang.
Sumber
data dalam penelitian ini adalah cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri dan fokus dalam penelitian ini adalah
nilai sosial. Sedangkan, datanya adalah siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti
Semarang. Teknik pengumpulan data yang pertama adalah teknik Analisis, teknik
ini digunakan untuk dalam meneliti deskripsi cerpen Sang Primadona. Teknk pengumpulan data yang kedua adalah observasi,
penelitian ini menggunakan instrumen pedoman observasi, mencoba memberikan
pembelajaran sastra pada siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang dengan
menggunakan hasil analisis nilai sosial cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri sebagai strategi bahan ajar
pembelajaran.Teknik yang terakhr adalah teknik kepustakaan, studi pustaka
digunakan untuk memperoleh data yang
relevan dengan penelitian yakni berupa teori tentang nilai sosial cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri pada
siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang
F.
Pembahasan dan Hasil Penelitian
1) Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri yaitu aku (tanpa nama), suami tokoh aku
(tanpa nama), kedua anak tokoh aku (Gita dan Ragil) dan ustadz (tanpa nama).
a) Tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tema
dalam cerpen Sang Primadona karya A.
Mustofa Bisri adalah tokoh “Aku” dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Sungguh, aku
tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibukota seperti sekarang
ini. Cita-citaku dari kecil adalah menjadi pengacara yang di setiap persdangan
menjadi bintang, seperti yang aku lihat di film. Ini gara-gara ketika aku baru
beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main
film. Kuliahku pun tak berlanjut. Seperti umumnya artis-artis populer di negeri
ini, aku pun menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk membuat iklan, diminta
menjadi presenter dalam acara-acara
seremonial, menjadi host di TV, bahkan tidak jarang diundang untuk presentasi
dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh
jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Ah, apa rugiku? Materi cukup”
(Bisri, 2003: 40).
Melalui kutipan tersebut dijelaskan bahwa tokoh yang banyak berhububgan
dengan tema adalah tokoh “Aku” yang menceritakan tentang masa ketika tokoh aku
menjadi seorang bintang atau primadona yanng menjadi awal mula tokoh “Aku” akhirnya
merasa bingung dengan arah hidupnya.
b)
Tokoh yang
paling banyak berhubungan dengan tokoh lain.
Tokoh “Aku” dan Suaminya. Mereka saling perhatan dan mengagumi satu sama
lain. Hal ini dapat dibuktikan pada kutpan berikut.
“Sebagai artis tenar, tentu saja banyak yang
mengagumiku. Namun ada seorang yang mengidolakanku justru sebelum aku menjadi
setenar sekarang. Tidak. Ia tidak sekedar mengidolakanku. Dia mencintaiku
habis-habisan. Ini ia tujukan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam event-event dimana akau tampil, ia juga
seta menungguku shooting film dan
mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia
selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan kangen.
Di antara yang mengagumiku lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia
seorang pengusaha yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian.
Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihan dan kesabarannya” (Bisri,
2003: 43).
c)
Tokoh yang
paling banyak memerlukan waktu penceritaan.
Tokoh yang paling banyak memerulukan waktu penceritaan dari awal, tengah,
hingga akhir cerita, dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“Beberapa bulan setelah
Ragil, anak keduaku lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis
moneter. Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi yang memang tidak diduga
ini. Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan. Perangainya
berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang tersinggung. Bicaranya juga tidak
seperti dulu. Kini, bicaranya terasa sangat sinis dan kasar. Dia yang dulu
jarang keluar malam, kini hampir setiap malam keluar dan baru pulang setelah
dini hari. Entah apa saja yang dkerjakanya diluar sana. Beberapa kali kutanya
dia selalu marah-marah. Aku pun tak pernah lagi bertanya” (Bisri, 2003: 41-42).
Melalui kutipan tersebut dijelaskan bahwa setelah tokh “Aku” melahirkan
anak yang kedua, keudian terjadi masalah atau goncangan dalam rumah tangganya.
Usaha suaminya bangkrut sehingga terjadi kemelut hebat dalam rumah
tangganya.
2) Penokohan
a) Tokoh “Aku”
Penokohan “Aku” digambarkan secara langsung sebaagi tokoh yang cantik,
perawakan yang menawan dan berprestasi. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan
berkut:
“Aku lahir
dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah- kecukupan. Aku di anugerahi Tuhan
wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah
menjadi “primadona” keluarga. Kedua orang tuaku pun meski tidak memanjakaknku,
sangat menyayangiku. Di sekolah, mulai SD sampai SMA, aku pun Alhamdulillah juga disayangi guru-guru
dan kawan-kawanku. Apalagi, aku sering mewakili sekolah dalam
perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara” (Bisri, 2003: 40).
Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “Aku” adalah seorang
yang cantik, perawakan menawan dan berprestasi di sekolahnya dengan mengikuti
berbagai lomba.
b) Anak dari tokoh “Aku” (Gita dan Ragil)
Penokohan Gita dan Ragil digambarkan secara langsung sebaagai anak yang
lucu dan manis. Hal tersebut dapat dibuktikaan pada kutipan berikut :
“Apabila
masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahan nya aku
khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam
masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis, Gita dan
Ragil” (Bisri, 2003: 40).
Melalui kuitpan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Gita dan Ragil adalah
anak yang manis dan berharga.
c) Ibu dari tokoh “Aku”
Penokohan tokoh “ibu” digambarkan secara langsung sebagai tokoh yang
perhatian, peduli dan penyayang, hal tersebut dibuktikan pada kutipan berikut :
“Ibuku yang
biasanya menyindir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku ini
itu, kini tampak sudah menganggapku benar-benar orang dewasa. Entah kenyataanya
demikian atau hanya karena segan kepada anaknya yang kini sudah benar-benar
hidup mandiri. Yang masih selalu ibu ingatkan, baik secara langsung maupun
melalui surat, ialah soal ibadah” (Bisri, 2003: 42).
Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “ibu” adalah tokoh yang
peduli, perhatian dan penyayang.
d) Ustadz
Penokohan “ustadz” deigambarkan secara tidak langsung sebagai tokoh yang
religius, hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan berikut :
“Ada sesuatu
yang menyentuh kalbuku yang terdalam, baik ketika sang Ustadz berbicara tentang
kefanaan hidup di dunia ini, dan kematian yang kekal kelak di akhirat, tentang
kematian dan amal sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir”
(Bisri, 2003: 42).
Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “ustadz” begitu
religius dan berilmu ketika memberi siraman rohani kepada para jamaahnya yang
salah satunya merupakan tokoh “Aku”.
3) Latar
Latar yang digunakan dalam cerpen ini yaitu latar
tempat, latar waktu dan latar sosial. Berikut ini analisis latar dalam cerpen Sang Primadona :
a) Latar
Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya perstwa yang diceritakan
dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat dalam cerpen ini yaitu ketika tokoh
“Aku” menemukan barang mencurigakan di kamar. Hal tersebut dibuktikan pada
kutipan berikut :
“Lalu terjadi sesuatu yang membuatku terpukul.
Suatu hari tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di kamar
suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja. Semula, aku dam saja, tapi hari-hari
berikutnya, kutemukan lagi dan lagi. Akhirnya, aku pun menanyakan hal itu
kepadanya. Mula-mula dia seperti kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji
akan menghentikannya” (Bisri, 2003: 43).
Melalui kutipan tersebut dapat dijelaskan tempat terjadinya peristiwa
ketika tokoh “Aku” tidak sengaja menemukan lintingan rokok berisi ganja di
kamar suaminya.
b) Latar Waktu
Latar waktu dalam cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri yaitu pada kutipan berikut :
“Siang itu, sepulangku dari umrah, aku bersama
kawan-kawanku, aku mulai memakai busana muslimah yang menutup aurat. Bahkan
jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan muslimah” (Bisri,
2003: 43).
Melalui kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa latar waktu terjadinya
peristiwa di siang hari, ketika tokoh “Aku” bersama kawan-kawannya pulang dari
umrah mulai mengenakan pakaian muslimah.
c) Latar Sosial
Latar
sosial pada cerpen Sang Primadona
karya A. Mustofa Bisri terdapat pada kutipan berikut :
“ Memang
sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan yang boleh
dikata serba berkecukupan. Aku sudah mampu membeli rumah sendiri yang cukup
indah di kawasan elite. Kemana-mana ada mobil yang siap mengantarku. Pendek
kata, aku bangga bisa menjadi perempuan yang mandiri. Tidak lagi bergantung
pada orang tua. Bahkan, kini sedikit banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi
mereka di kampung. Sementara itu, banyak kawanku yang sudah lulus kuliah, masih
luntang-lantung mencari pekerjaan” (Bisri, 2003: 42).
Melalui
kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa latar sosial terjadi pada tokoh “Aku”
adanya rasa bangga karena sudah bisa mencukupi hidupnya sendiri atau mandiri.
Sedangkan teman-teman kuliahnya dulu setelah lulus masih menganggur atau masih
cari pekerjaan. Dengan kecukupan materi tersebut dia mampu membantu ekonomi
keluarganya di kampungnya.
G.
Simpulan
Setelah
melakukan analisis cerpen Sang Primadona
karya A. Mustofa Bisri, maka simpulannya adalah cerpen tersebut terdiri dari
tiga latar (tempat, waktu, sosial).
Nilai
sosial yang terkandung dalam cerpen Sang
Primadona karya A. Mustofa Bisri adalah semangat, berjuang dan pantang
menyerah dalam menghadapi problematika kehidupan di dunia. Nilai sosial pada
cerpen Sang Primadona karya A.mustofa
Bisri dapat digunakan sebagai bahan materi sastra mata pelajaran bahasa
indonesia di SMA yang masuk dalam aspek mendengarkan cerpen yang dibacakan,
indikator yang hendak dicapai yaitu menemukan nilai sosial, nlai religius,
nilai moral dan nilai budaya dalam cerpen serta mendiskusikannya.
Maka
dari penjelasan tersebut, tujuan dari ini yaitu siswa dapat menemukan nilai
sosial dalam cerpen Sang Primadona
karya A. Mustofa Bisri.
Daftar Pustaka
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.
Bisri, A.
Mustofa. 2003. Sang Primadona.
Jakarta: Kompas.
Damono. 1978.
Sosisologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Balai Pustaka.
Endraswara,
Suwardi. 2008. Penelitian Sastra Edisi
Revisi Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakaarta: FBS
Universitas Negeri Yogyakarta.
Harjito. 2007. Melek Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
Koentjaraningrat.
1992. Beberapa Antropologi Sosial.
Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Nurgiyantoro,
Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi.
Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ngatmini,
dkk. 2008. Perencanaan Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP PGRI PRESS.
Sudjiman, Panuti. 1989. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.
No comments:
Post a Comment