Laman

Saturday, June 17, 2017

Kajian Nilai Sosial Terhadap Cerpen Sang Primadona Karya A. Mustofa Bisri Pada Siswa Kelas XI SMA


TEGAR FAIK WIJI WICAKSONO 14410133/6C PBSI FPBS UPGRIS

ABSTRAK
`           Penelitian ini bertujuian untuk mendeskripsikan nilai sosial cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri pada siswa kelas XI SMA. Penelitian ini dilatarbelakangi nilai sosial lewat tema, latar dan tokoh-tokohnya, serta pikiran dan penyelesaian alur yang menyangkut problematika kehidupan. Sehingga penelitian ini mengangkat unsur intrinsik yang meliputi tema, tokoh-tokohnya serta latar yang didalaminya terdapat nilai-nilai dalam kehidupan termasuk nilai sosial. Hasil penelitian ini yaitu dalam kumpulan cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri , pengarang menggambarkan nilai sosial melalui tokoh yang melakukan tindakan atau peristiwa yang mengandung status sosial dan proses sosial. Dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri, pengarang menggambarkan hal-hal yang berisi tentang curahan isi hati seorang wanita akan kehidupannya yang penuh lika-liku sosial mulai dari menjadi anak sekolah yang cerdas, berlanjut menjadi artis terken al hingga menjadi seorang ustadzah.
Kata kunci: Nilai sosial, Unsur intrinsik

1.      Pendahuluan
A.    Latar Belakang
Pembelajaran sastra mempunyai relevansi dengan masalah-masalah dunia nyata, sehingga harus dipandang sebagai sesuatu yang penting. Jika dilakukan dengan cara yang tepat, maka pengajaran sastra dapat memberikan sumbangan besar untuk memecahhkan masalah yang cukup sulit untuk dipecahkan di dalam masyarakat (Rahmanto, 1993: 15). Adanya hubungan antara pengajaran sastra dengan kehidupan nyata yang melibatkan suatu masalah yang nantinya dapat diselesaikan dengan cermat. Nilai sosial merupakan nilai yang dianut oleh suatu masyarakat, mengenai apa yang dianggap buruk oleh masyarakat. Cerpen merupakan karya fiksi, maka proses pengajarannya pun mengikuti kaidah-kaidah fiksi. Orientasi pengajaran cerpen tak jauh beda dengan pengajaran fiksi pada umumnya (Endraswara, 2005: 155).
Pada pembelajarannya mengacu pada Standar Kompetensi (SK) Bahasa Indonesia. Pembelajaran cerpen ini berdasrakan silabus SMA kelas XI dengan standar kompetensi mebahas cerita pendek melalui kegiatan diskusi. Aspek pembelajarannya yaitu mendengarkan. Berkaitan dengan pengajaran apresiasi sastra, peserta didik diharapkan mampu  mengembangkan potensi sesuai dengan kemampuannya, supaya siswa dengan mudah memahami materi pembelajaran sastra, sehingga siswa dapat menganalisis nilai-nilai kehidupan. Oleh karena itu, pengajaran sastra dapat memberikan pengetahuan baru bagi siswa khususnya berkaitan dengan nilai sosial.
B,. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah bagaimanakah Nilai Sosial Cerpen Sang Primadona Karya A. Mustofa Bisri Pada Siswa Kelas XI SMA ?
C. Manfaat
Manfaat teoretis dalam penelitian ini untuk menambah pengetahuan nilai sosial dalam cerita pendek pada mata pelajaran bahasa Indonesia. Manfaat praktis dilihat dari segi praktis, penelitian ini bermanfaat untuk mengetahui nilai sosial pada cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri pada studi kasus kelas XI SMA.
D. Landasan Teori
a.       Nilai sosial dalam karya sastra
Nilai sosial mempunyai fungsi di masyarakat, diantaranya nilai-nilai ynag dapat menyambungkan seperangkat alat untuk mengarahkan masyarakat dalam berfikir dan bertingkah  laku. Nilai sosial sebagai petunjuk umum yang telah berlangsung lama, mengarahkan tingkah laku dan kepuasan dalam kehidupan sehari-hari (Damono, 1978: 1).
Manusia adalah makhluk sosial atau makhluk yang paling tinggi derajatnya diantara makhluk-makhluk di dunia ini. Dengan demikian, dimanapun manusiia manusia akan berkembang apabla mampu dan ingin beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Menerima peranan tertentu dalam struktur sosial kehidupan di masyarakat tidak lepas dari menerima peranan-peranan tertentu dealam struktur sosial. Hal ini akan menunjukan untuk membentuk komunitas sosial yang seimbang di masyarakat.
b.                  Pengertian Cerpen
Cerpen merupakan salah satu bentuk karya sastra pendek yang berwujud cerita rekaan atau fiksi (Aminuddin, 2000: 66). Cerita rekaan yang dimaksud yaitu kisah atau cerita yang diemban oleh pelaku tertentu yang bertolak belakang dari hasil immajinasi pengarangnya, sehingga menjadi sebuah cerita.
Unsur Pembangun Cerpen
Unsur pembangun sebuah cerpen yang membentuk sebuah totalitas yang dapat dikeluarkan menjadi dua bagian, yaitu unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik.
Unsur intrinsik merupakan unsur-unsur yang membanngun karya sastra itu sendiri (Nurgiyantoro, 2000: 23). Unsur-unsur inilah yang menyebabkan karya sastra hadir, unsur-unsur yang secara aktual akan dijumpai jika orang membaca karya sastra.  Menganalisis nilai sosial dalam cerpen, tidak semua unsur dilibatkan, adapun unsur yang digunakan adalah tokoh/penokohan dan latar/setting.
1)                  Tokoh/ penokohan
Ketika membicarakan fiksi, tidak akan terlepas dari istilah tokoh atau penokohan. Keduanya memiliki pengertian yang berbbeda tapi saling berhubungan dalam struktur cerpen. Berikut penjelasannya.
Tokoh
            Tokoh merupakan unsur yang paling penting dalam sebuah karya sasdtra berbentuk fiksi. Karena keberadaan tokoh merupakan pusat penceritaan dan juga sebagai pelaku cerita. Tokoh merupakan menunjuk kepada orangnya atau pelaku cerita (Nurgiyantoro, 2000: 16).
            Karena perbedaan sudut pandang dan tinjauan, maka seorang tokoh dapat saya kateggorikan dalam beberapa jenis tokoh, antara lain (Nurgiyantoro, 2000: 176) :
a)                  Tokoh utama
Tokoh utama atau tokoh sentral adalah tokoh yang memegang peranan penting. Tokoh sentral ada dua, yaitu tokoh protagonis dan tokoh antagonis (Sudjiman, 1988: 17-18).
b)                  Tokoh bawahan
Tokoh bawahan mencakup tokoh yang terikat dengan tokoh utama. Sedangkan tokoh tambahan adalahh tokoh yang tidak memegang peranan sama sekali di dalam sebuah cerita Sudjiman (dalam Harjito, 1992: 12).  


2)                  Penokohan
Penokohan merupakan pelukisan gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita ( Nurgiyantoro 2000: 165). Terdapat dua cara untuk menggambarkan karakter tokoh dalam cerita, yaitu secara langsung maupun secara tidak langsung, bisa lewat penggambaran ciri-ciri fisik maupun sifat-sifat serta sikap batin tokoh.
3)      Latar
            Latar/setting dalam karya sastra fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa, susana serta benda-benda dalam lngkungan tertentu melainkan juga dapat berupa susana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka, maupun gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu masalah tertentu (Aminuddin, 1995: 68). Adapun unsur-unsur latar/setting sebagai berikut:
Latar tempat
            Unsur tempat yang dipergunakan berupa tempat-tempat dengan nama tertentu. Tempat adalah yang dijumpai dalam dunia nyata (Nurgiyantoro, 2000: 227).
Latar waktu
            Latar waktu berhubungan dengan masalah kapan terjadinya peristiwa-peristiwa yang dicceritkan dalam sebuah karya fiksi, waktu yang ada kaitanya atau dikaitkan dengan peristiwa sejarah (Nurgiyantoro, 2000: 230).
Latar sosial
            Latar sosial menyarankan pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang sudah kompleks berupa kebiasaan hidup. Cara berfikir dan bersikap juga berhubungan denagn status sosal tokoh (Nurgiyantoro, 2000: 233-234).

E.     Metode Penelitian
Jenis pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan mimetik. Pendekatan inii mengkaji sastra dengan menganggap sastra sebagai cerminan kenyataan. Melalui pendekatan ini diharapkan pembaca mau mencotoh hal-hal yang baik dari karya sastra terutama cerpen. Data yang diperoleh berupa kata-kata, gambar, perilaku, dan tidak dituangkan dalam bentuk kualitatif yang memiliki arti lebih kaya dari pada sekedar angka atau frekuensi. Populasi dalam penelitian ini adalah cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri. Kemudian populasi dalam pembelajaran sastra adalah pada siswa SMA. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI dan cerpen Sang Primadona yang diambil dari populasi. Ciri spesifik yang digunakan untuk menetukan sampel adalah dengan cara mencari nilai sosial. Melalui ciri tersebut sampel yang dipilih dalam penelitian ini meliputi SMA Nusa Bhakti Semarang, kemudian dalam sampel pembelajaran sastra pada siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang.
Sumber data dalam penelitian ini adalah cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri dan fokus dalam penelitian ini adalah nilai sosial. Sedangkan, datanya adalah siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang. Teknik pengumpulan data yang pertama adalah teknik Analisis, teknik ini digunakan untuk dalam meneliti deskripsi cerpen Sang Primadona. Teknk  pengumpulan data yang kedua adalah observasi, penelitian ini menggunakan instrumen pedoman observasi, mencoba memberikan pembelajaran sastra pada siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang dengan menggunakan hasil analisis nilai sosial cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri sebagai strategi bahan ajar pembelajaran.Teknik yang terakhr adalah teknik kepustakaan, studi pustaka digunakan untuk  memperoleh data yang relevan dengan penelitian yakni berupa teori tentang nilai sosial cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri pada siswa kelas XI SMA Nusa Bhakti Semarang

F.     Pembahasan dan Hasil Penelitian
1)      Tokoh dan Penokohan
Tokoh-tokoh yang terdapat dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri yaitu aku (tanpa nama), suami tokoh aku (tanpa nama), kedua anak tokoh aku (Gita dan Ragil) dan ustadz (tanpa nama).
a)       Tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tema dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri adalah tokoh “Aku” dapat dilihat dari kutipan berikut.

“Sungguh, aku tidak pernah bermimpi akhirnya aku menjadi artis di ibukota seperti sekarang ini. Cita-citaku dari kecil adalah menjadi pengacara yang di setiap persdangan menjadi bintang, seperti yang aku lihat di film. Ini gara-gara ketika aku baru beberapa semester kuliah, aku memenangkan lomba foto model. Lalu ditawari main sinetron dan akhirnya keasyikan main film. Kuliahku pun tak berlanjut. Seperti umumnya artis-artis populer di negeri ini, aku pun menjadi incaran perusahaan-perusahaan untuk membuat iklan, diminta menjadi presenter dalam acara-acara seremonial, menjadi host di TV, bahkan tidak jarang diundang untuk presentasi dalam seminar-seminar bersama tokoh-tokoh cendekiawan. Yang terakhir ini, boleh jadi aku hanya dijadikan alat menarik peminat. Ah, apa rugiku? Materi cukup” (Bisri, 2003: 40).
Melalui kutipan tersebut dijelaskan bahwa tokoh yang banyak berhububgan dengan tema adalah tokoh “Aku” yang menceritakan tentang masa ketika tokoh aku menjadi seorang bintang atau primadona yanng menjadi awal mula tokoh “Aku” akhirnya merasa bingung dengan arah hidupnya.
b)      Tokoh yang paling banyak berhubungan dengan tokoh lain.
Tokoh “Aku” dan Suaminya. Mereka saling perhatan dan mengagumi satu sama lain. Hal ini dapat dibuktikan pada kutpan berikut.
“Sebagai artis tenar, tentu saja banyak yang mengagumiku. Namun ada seorang yang mengidolakanku justru sebelum aku menjadi setenar sekarang. Tidak. Ia tidak sekedar mengidolakanku. Dia mencintaiku habis-habisan. Ini ia tujukan tidak hanya dengan hampir selalu hadir dalam event-event dimana akau tampil, ia juga seta menungguku shooting film dan mengantarku pulang. Tidak itu saja. Hampir setiap hari, bila berjauhan, dia selalu telepon atau mengirim SMS yang seringkali hanya untuk menyatakan kangen. Di antara yang mengagumiku lelaki yang satu ini memang memiliki kelebihan. Dia seorang pengusaha yang sukses. Masih muda, tampan, sopan, dan penuh perhatian. Pendek kata, akhirnya aku takluk di hadapan kegigihan dan kesabarannya” (Bisri, 2003: 43).
c)      Tokoh yang paling banyak memerlukan waktu penceritaan.
Tokoh yang paling banyak memerulukan waktu penceritaan dari awal, tengah, hingga akhir cerita, dapat  dilihat dari kutipan berikut.

          “Beberapa bulan setelah Ragil, anak keduaku lahir, perusahaan suamiku bangkrut gara-gara krisis moneter. Kami, terutama suamiku, tidak siap menghadapi yang memang tidak diduga ini. Dia begitu terpukul dan seperti kehilangan keseimbangan. Perangainya berubah sama sekali. Dia jadi pendiam dan gampang tersinggung. Bicaranya juga tidak seperti dulu. Kini, bicaranya terasa sangat sinis dan kasar. Dia yang dulu jarang keluar malam, kini hampir setiap malam keluar dan baru pulang setelah dini hari. Entah apa saja yang dkerjakanya diluar sana. Beberapa kali kutanya dia selalu marah-marah. Aku pun tak pernah lagi bertanya” (Bisri, 2003: 41-42).

Melalui kutipan tersebut dijelaskan bahwa setelah tokh “Aku” melahirkan anak yang kedua, keudian terjadi masalah atau goncangan dalam rumah tangganya. Usaha suaminya bangkrut sehingga terjadi kemelut hebat dalam rumah tangganya. 

2)      Penokohan
a)      Tokoh “Aku”
Penokohan “Aku” digambarkan secara langsung sebaagi tokoh yang cantik, perawakan yang menawan dan berprestasi. Hal tersebut dibuktikan dalam kutipan berkut:

“Aku lahir dan tumbuh dalam keluarga yang -katakanlah- kecukupan. Aku di anugerahi Tuhan wajah yang cukup cantik dan perawakan yang menawan. Sejak kecil aku sudah menjadi “primadona” keluarga. Kedua orang tuaku pun meski tidak memanjakaknku, sangat menyayangiku. Di sekolah, mulai SD sampai SMA, aku pun Alhamdulillah juga disayangi guru-guru dan kawan-kawanku. Apalagi, aku sering mewakili sekolah dalam perlombaan-perlombaan dan tidak jarang aku menjadi juara” (Bisri, 2003: 40).

Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “Aku” adalah seorang yang cantik, perawakan menawan dan berprestasi di sekolahnya dengan mengikuti berbagai lomba.

b)      Anak dari tokoh “Aku” (Gita dan Ragil)
Penokohan Gita dan Ragil digambarkan secara langsung sebaagai anak yang lucu dan manis. Hal tersebut dapat dibuktikaan pada kutipan berikut :

“Apabila masalahku ini berlarut-larut dan aku tidak segera menemukan pemecahan nya aku khawatir akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan kegiatanku dalam masyarakat. Lebih-lebih terhadap dua permataku yang manis-manis, Gita dan Ragil” (Bisri, 2003: 40).

Melalui kuitpan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh Gita dan Ragil adalah anak yang manis dan berharga.

c)      Ibu dari tokoh “Aku”
Penokohan tokoh “ibu” digambarkan secara langsung sebagai tokoh yang perhatian, peduli dan penyayang, hal tersebut dibuktikan pada kutipan berikut :
“Ibuku yang biasanya menyindir mengomentari apa saja yang kulakukan dan menasehatiku ini itu, kini tampak sudah menganggapku benar-benar orang dewasa. Entah kenyataanya demikian atau hanya karena segan kepada anaknya yang kini sudah benar-benar hidup mandiri. Yang masih selalu ibu ingatkan, baik secara langsung maupun melalui surat, ialah soal ibadah” (Bisri, 2003: 42).

Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “ibu” adalah tokoh yang peduli, perhatian dan penyayang.

d)     Ustadz
Penokohan “ustadz” deigambarkan secara tidak langsung sebagai tokoh yang religius, hal tersebut dapat dibuktikan dari kutipan berikut :

“Ada sesuatu yang menyentuh kalbuku yang terdalam, baik ketika sang Ustadz berbicara tentang kefanaan hidup di dunia ini, dan kematian yang kekal kelak di akhirat, tentang kematian dan amal sebagai bekal, maupun ketika mengajak jamaah berdzikir” (Bisri, 2003: 42).

Melalui kutipan tersebut dapat dilihat bahwa tokoh “ustadz” begitu religius dan berilmu ketika memberi siraman rohani kepada para jamaahnya yang salah satunya merupakan tokoh “Aku”.

3)      Latar
Latar yang digunakan dalam cerpen ini yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Berikut ini analisis latar dalam cerpen Sang Primadona :

a)       Latar Tempat
Latar tempat mengarah pada lokasi terjadinya perstwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Latar tempat dalam cerpen ini yaitu ketika tokoh “Aku” menemukan barang mencurigakan di kamar. Hal tersebut dibuktikan pada kutipan berikut :

“Lalu terjadi sesuatu yang membuatku terpukul. Suatu hari tanpa sengaja, aku menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di kamar suamiku, aku menemukan lintingan rokok ganja. Semula, aku dam saja, tapi hari-hari berikutnya, kutemukan lagi dan lagi. Akhirnya, aku pun menanyakan hal itu kepadanya. Mula-mula dia seperti kaget, tapi kemudian mengakuinya dan berjanji akan menghentikannya” (Bisri, 2003: 43).
Melalui kutipan tersebut dapat dijelaskan tempat terjadinya peristiwa ketika tokoh “Aku” tidak sengaja menemukan lintingan rokok berisi ganja di kamar suaminya.

b)      Latar Waktu
Latar waktu dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri yaitu pada kutipan berikut :

“Siang itu, sepulangku dari umrah, aku bersama kawan-kawanku, aku mulai memakai busana muslimah yang menutup aurat. Bahkan jilbabku kemudian menjadi tren yang diikuti oleh kalangan muslimah” (Bisri, 2003: 43).

Melalui kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa latar waktu terjadinya peristiwa di siang hari, ketika tokoh “Aku” bersama kawan-kawannya pulang dari umrah mulai mengenakan pakaian muslimah.

c)      Latar Sosial
Latar sosial pada cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri terdapat pada kutipan berikut :

“ Memang sebagai perempuan yang belum bersuami, aku cukup bangga dengan yang boleh dikata serba berkecukupan. Aku sudah mampu membeli rumah sendiri yang cukup indah di kawasan elite. Kemana-mana ada mobil yang siap mengantarku. Pendek kata, aku bangga bisa menjadi perempuan yang mandiri. Tidak lagi bergantung pada orang tua. Bahkan, kini sedikit banyak aku bisa membantu kehidupan ekonomi mereka di kampung. Sementara itu, banyak kawanku yang sudah lulus kuliah, masih luntang-lantung mencari pekerjaan” (Bisri, 2003: 42).

Melalui kutipan tersebut dapat dijelaskan bahwa latar sosial terjadi pada tokoh “Aku” adanya rasa bangga karena sudah bisa mencukupi hidupnya sendiri atau mandiri. Sedangkan teman-teman kuliahnya dulu setelah lulus masih menganggur atau masih cari pekerjaan. Dengan kecukupan materi tersebut dia mampu membantu ekonomi keluarganya di kampungnya.


G.    Simpulan
Setelah melakukan analisis cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri, maka simpulannya adalah cerpen tersebut terdiri dari tiga latar (tempat, waktu, sosial).
Nilai sosial yang terkandung dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri adalah semangat, berjuang dan pantang menyerah dalam menghadapi problematika kehidupan di dunia. Nilai sosial pada cerpen Sang Primadona karya A.mustofa Bisri dapat digunakan sebagai bahan materi sastra mata pelajaran bahasa indonesia di SMA yang masuk dalam aspek mendengarkan cerpen yang dibacakan, indikator yang hendak dicapai yaitu menemukan nilai sosial, nlai religius, nilai moral dan nilai budaya dalam cerpen serta mendiskusikannya.
Maka dari penjelasan tersebut, tujuan dari ini yaitu siswa dapat menemukan nilai sosial dalam cerpen Sang Primadona karya A. Mustofa Bisri.


Daftar Pustaka
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Jakarta: Gramedia.
Bisri, A. Mustofa. 2003. Sang Primadona. Jakarta: Kompas.
Damono. 1978. Sosisologi Sastra Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Balai Pustaka.                                                                  
Endraswara, Suwardi. 2008. Penelitian Sastra Edisi Revisi Epistemologi, Model, Teori, dan Aplikasi. Yogyakaarta: FBS Universitas Negeri Yogyakarta.
Harjito. 2007. Melek Sastra. Semarang: IKIP PGRI Semarang Press.
Koentjaraningrat. 1992. Beberapa Antropologi Sosial. Jakarta: Penerbit Dian Rakyat.
Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Ngatmini, dkk. 2008. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP PGRI PRESS.

Sudjiman, Panuti. 1989. Kamus Istilah Sastra. Jakarta: Gramedia.

No comments:

Post a Comment