Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis pada Teks Berita Siswa
Kelas VIII
F
SMP
Negeri 37 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
Martina Rahayu / 14410112 / PBSI / FPBS / martinarahayu1@gmail.com
Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis
pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang tahun ajaran 2016/2017. Kesalahan berbahasa
pada tataran sintaksis pada umumnya meliputi kesalahan frasa terjadi karena adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi
yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang
berlebihan atau mubazir, kesalahan dalam bentuk kalimat antara lain kalimat
tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat yang tidak logis, kalimat
yang ambigu, dan penghilangan konjungsi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini
menunjukkan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan berbahasa pada penyusunan struktur bentuk
kalimat dalam teks berita, di antaranya susunan kata maupun frasa yang kurang
lengkap, penggunaan unsur yang belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat,
dan konjungsi yang berlebihan. Temuan tersebut membuktikan bahwa siswa
kurang memerhatikan kaidah kebahasaan dalam menulis, dan minimnya kosakata yang
dimiliki siswa.
Kata kunci: kesalahan
berbahasa, sintaksis, dan teks berita.
Pendahuluan
Latar Belakang
Kesalahan
merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar.
Kesalahan tersebut merupakan bagaian-bagian komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma
terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Pada suatu realisasi, bahwa berbuat kesalahan
merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Kita hendaknya
menyadari benar bahwa orang tidak dapat belajar bahasa tanpa pertama sekali
berbuat kesalahan-kesalahan secara sistematis. Kegiatan analisis kesalahan pada hakikatnya merupakan penyelidikan yang
dilakukan pada suatu objek untuk mengetahui keadaan sebenarnya, kemudian
menyimpulkan dan mengganti kesalahan-kesalahan yang ada menjadi benar atau
lebih tepatnya mengevaluasi kesalahan, sehingga akan mengurangi tingkat
kesalahan terutama terhindar dari kesalahan yang sama. Analisis kesalahan
sering digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses
pembelajaran. Kesalahan yang akan
ditunjukkan di sini adalah kesalahan dalam bentuk bahasa. Analisis kesalahan
berbahasa akan mengatasi permasalahan yang terjadi dalam bahasa atau lebih tepatnya terhadap
semua tataran tingkat bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik,
dan wacana. Namun dalam hal ini akan lebih memfokuskan pada tataran sintaksis.
Tataran
sintaksis yang kita ketahui adalah tentang kalimat, klausa, dan frasa. Ramlan
(1987: 21) mendefinisikan bahwa sintaksis
sebagai bagian atau cabang dari
ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa,
berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem. Kesalahan pada tataran sintaksis antara lain, frasa
terjadi karena adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak
tepat, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang berlebihan atau
mubazir, kesalahan dalam bentuk kalimat antara lain kalimat tidak bersubjek,
kalimat tidak berpredikat, kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambigu, dan
penghilangan konjungsi.
Pada
proses pembelajaran siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang masih banyak
ditemukan kesalahan-kesalahan penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks
berita. Sudarman (2008: 76) menjelaskan bahwa teks berita adalah cerita
atau laporan
tercepat tentang sesuatu peristiwa, fakta atau hal yang baru, menarik dan perlu
diketahui oleh masyarakat umum. Adapun
kesalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya
pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa
Indonesia. Berdasarkan
banyaknya kesalahan yang terjadi dalam tataran sintaksis, maka peneliti
bermaksud untuk menganalisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks
berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis
pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang Tahun Ajaran
2016/2017? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud kesalahan
berbahasa tataran sintaksis pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37
Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.
Manfaat
Hasil
penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah
khasanah ilmu pengetahuan tentang kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam
teks berita mata pelajaran bahasa Indonesia dalam ilmu analisis kesalahan
sintaksis. Adapun manfaat
praktis pada penlitian ini meliputi: (1) bagi siswa, penelitian ini sebagai sarana
penunjang untuk menambah pengetahuan kesalahan pada teks berita, dan menambah pengetahuan
mengenai kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar; (2) bagi guru, penelitian ini berguna untuk memperoleh
data yang akan dipergunakan untuk menarik simpulan mengenai hakikat proses
belajar bahasa, guru
lebih cepat mengetahui kadar persentase siswa yang belum menguasai materi
struktur fungsi kalimat pada teks berita, guru
memperoleh indikasi atau petunjuk tentang kesalahan sintaksis sasaran yang
paling sukar diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar serta tipe
kesalahan yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk
berkomunikasi secara efektif, guru
akan lebih mudah dalam menitikberatkan pembelajaran pada struktur fungsi
tertentu yang belum dikuasai oleh siswa; (3)
Bagi peneliti, penelitian
ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bentuk kesalahan sintaksis
serta untuk memperoleh pengalaman menganalisis kesalahan sintaksis dalam teks
berita milik siswa.
Landasan Teori
Teori 1: Analisis Kesalahan Berbahasa
Tarigan, Djago,
dan Sulistyaningsih (dalam Setyawati, 2010: 15-16) berpendapat bahwa analisis
kesalahan berbahasa adalah suatu
prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang
meliputi kegiatan mengumpukan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang
terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut mengklasifikasi kesalahan
itu dan mengevaluasi taraf keseiusan kesalahan itu.
Tarigan
(dalam Setyawati, 2010: 15-16) kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat
diklasifikasikan menjadi lima yaitu:
1.
Berdasarkan tataran
linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklaifikasikan menjadi: kesalahan
berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana;
2.
Berdasarkan kegiatan
berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan
berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
3.
Berdasarkan sarana atau
jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan
terulis;
4.
Berdasarkan penyebab kesalahan
tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran,
dan kesalahan berbahasa karena interferensi.
5.
Kesalahan berbahasa
berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan
berbahasa yang sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi.
Kesalahan dalam
tataran sintaksis terdapat pada frasa dan kalimat (Setyawati, 2010: 27-102).
a.
Kesalahan dalam
bidang frasa: adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak
tepat, susunan kata yang tidak tepat, pengunaan unsur yang berlebih atau
mubazir, penggunaan bentuk superelatif yang berlebihan, penjamakan ganda.
b.
Kesalahan dalam
bidang kalimat: adanya kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat,
kalimat tidak bersubjek dan berpredikat, penggandaan subjek, kalimat tidak
logis, kalimat ambiguitas, penghilangan konjungsi, penggunaan konjungsi yang
berlebihan.
Teori 2: Sintaksis
Ramlan (1987: 21)
mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang
membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan
morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem. Ditambahkan menurut
Stryker (dalam Tarigan, 1993: 5) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola
yang digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan kata menjadi kalimat.
Setyawati (2010: 27-102) mengemukakan bahwa kesalahan dalam sintaksis terdapat
pada frasa dan kalimat.
Ditambahkan
pendapat Chaer (2007: 231) klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan
kata-kata berkonstruksi predikat.
Artinya pada konstruksi itu adanya ada komponen berupa kata atu frase yang berfungsi sebagai
objek dan keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi
klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lain
bersifat tidak wajib.
Frasa adalah
satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau
lazim disebut
gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi di dalam kalimat (Chaer, 2007:
222).
Teori 3: Teks Berita
Ishwara (2005: 58)
mengungkapkan bahwa berita adalah suatu kejadian yang baru saja pecah yang akan
menarik perhatian sebagian besar publik disampaikan secepat mungkin. Adapun
pengungkapan lebih lanjut tentang teks berita oleh Sudarman (2008: 76) bahwa
teks berita adalah cerita atau laporan tercepat tentang sesuatu peristiwa,
fakta atau hal yang baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum.
Adapun unsur-unsur
berita menurut Djuraid (2006: 15) yaitu aktual, kedekatan, penting, luar biasa,
tokoh, eksklusif, ketegangan, konflik, human interest, seks, progresif, trend,
dan humor.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil
analisis peneliti sebelumnya mengenai konsep,
terdapat adanya keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adanya
konsep serupa dengan penelitian sebelumnya, hal ini tentu akan memperkuat hasil
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Nur Endah Ariningsih, Sumarwati
Sumarwati, Kundharu Sadhono
(2012) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Kesalahan
Berbahasa Indonesia dalam
Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas. Vol. 1. No. 1. Penelitian ini bertujuan
untuk mendeskripsikan: (1) kesalahan bahasa Indonesia
dalam karangan eksposisi siswa kelas X, (2) penyebab kesalahan, dan (3) upaya
yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk meminimalkan kesalahan berbahasa
tersebut. Simpulan penelitian ini adalah sebagai
berikut. Pertama, kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan
siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, kesalahan diksi,
kesalahan kalimat, dan kesalahan paragraf. Kedua, kesalahan bahasa yang
sering terjadi dalam karangan eksposisi siswa disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain: penguasaan bahasa siswa kurang, kurangnya contoh dari guru,
pengaruh bahasa asing, kurangnya latihan menulis, dan kurangnya waktu menulis. Ketiga,
upaya untuk mengurangi kesalahan berbahasa dalam karangan eksposisi siswa
antara lain yaitu: meningkatkan penguasaan kaidah bahasa siswa, memperbanyak
latihan mengarang, menerapkan teknik koreksi yang tepat, dan melaksanakan
pembelajaran menulis dengan pendekatan proses.
Metode Penelitian
Penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Pengkajian pada penelitian ini dilakukan secara mendalam dan terperinci guna memperoleh
suatu deskripsi yang
jelas terhadap kesalahan berbahasa tataran
sintaksis pada teks berita. Oleh karena itu, penelitian ini
merupakan penelitian deskriptif karena data yang dihasilkan dari penelitian bukanlah
angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu (Djajasudarma,
1993:15).
Data dalam
penelitian ini adalah kesalahan berbahasa, khususnya kesalahan penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks
berita, di antaranya susunan kata yang kurang lengkap, penggunaan unsur yang
belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat, dan konjungsi yang berlebihan pada siswa kelas
VIII F SMP Negeri 37 Semarang. Sumber data dalam penelitian ini
adalah teks berita.
Teknik pengumpulan dalam
penelitian ini adalah metode simak kemudian dilanjutkan teknik catat. Metode
simak berarti di sini peneliti menyimak penggunaan bahasa. Hal ini disejajarkan
dengan ‘metode pengamatan’ atau ‘observasi’ dalam ilmu sosial khususnya
antropologi (Sudaryanto, 2005: 203).
Pada penelitian ini peneliti mengamati teks berita siswa dan
menganalisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita. Kemudian,
menggunakan teknik lanjut dan teknik cacat. Teknik cacat, yaitu pencatatan pada
kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan dilakukan
langsung ketika teknik pertama dan kedua selesi digunakan atau diterapkan
(Sudaryanto, 2015: 205-206).
Teknik analisis data merupakan
upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan
itu nampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah
atau menguraikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu (Sudaryanto,
2015: 7). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode
agih adalah metode yang pelaksanaannya menggunakan unsur penentu yang berupa
unsur-unsur bahasa itu sendiri. Metode agih dilaksanakan dengan teknik dasar
bagi unsur langsung (BUL), yaitu membagi suatu lingual datanya menjadi beberapa
bagian atau unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang
langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 37).
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan data dan hasil
temuan penelitian mencakup kesalahan
penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di antaranya (1) susunan
kata maupun frasa yang kurang lengkap, (2) penggunaan unsur yang belebihan, (3)
penggunan preposisi yang tidak tepat, dan (4) konjungsi yang berlebihan dalam teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang. Berikut
penjabarannya.
Kesalahan
penyusunan kata maupun frasa yang kurang lengkap (subjek, predikat, objek,
keteranagan maupun pelengkap)
Data 1
Rabu, 4 Juni 2016 kejadian
memilukan terulang kembali. Perbuatan si jago merah telah melahap dengan
sekejap. Kebakaran di pasar Johar diduga terjadi akibat hubungan arus listrik
(komslet). “Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian satu jam yang
lalu” ungkap Jarwo sebagai saksi mata. Kobaran api baru bisa dipadamkan 30
menit kemudian setelah petugas pemadam kebakaran bertugas di lokasi.
Data 2
Acara pelepasan siswa kelas IX SMP
Negeri 37 Semarang berlangsung di aula sekolah. Pihak sekolah merancang
sedemikian rupa agar terlihat meriah. Hal ini karena acara pelepasan akan
dihari oleh bapak gubernur kota Semarang, yaitu bapak Ganjar Pranowo. Tentu
acara ini memerlukan banyak anggaran, seperti untuk pengeluaran demokrasi,
makanan, minuman, hiburan, dan lain sebagainya.
Data 3
Ujian Nasional tingkat SMP
dilaksanakan dua minggu yang akan datang. Pihak sekolah bersama siswa
melaksanakan pengajian atau bermunajat kepada sang pencipta. Ratusan siswa memohon
agar ujian nasional berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. Selain
itu, tidak terkecuali semua pihak berdoa agar bisa lulus 100%.
Bentuk tidak baku:
1.
Perbuatan si jago
merah telah melahap dengan sekejap. (Data 1).
2.
Pihak sekolah merancang
sedemikian rupa agar terlihat meriah. (Data 2).
3.
Ratusan siswa memohon
agar ujian nasional berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. (Data
3)
Berdasarkan data tersebut terkait
penyusunan struktur kalimat yang kurang lengkap. Terbukti bahwa pada data 1, 2,
dan 3 tidak terdapat struktur fungsi objek (o). Ketiga data tersebut tergolong
dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang membutuhkan kehadiran
objek. Kata yang bergaris bawah menunjukan fungsi predikat berafiks meN- yang
masih menimbulkan pertanyaan, sehingga kata melahap, merancang, dan memohon
perlu adanya kehadiran objek. Misalnya melahap bangunan pasar, merancang
desain panggung, dan memohon doa.
Kesalahan
penggunaan unsur yang berlebihan (mubazir)
Penggunaan unsur yang berlebihan ini sering dijumpai pada
pemakaian kata-kata yang mengandung makna sama (bersinonim). Berikut
data-datanya.
Data 4
Kini kata merokok sudah tidak
asing lagi bagi telinga kita. Walaupun sebagaian masyarakat sudah mengetahui
tentang bahaya merokok, mereka tetap saja mengonsumsinya. Selain bahaya bagi
diri sendiri, merokok juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar
apalagi ketika berada di tempat-tempat terlarang seperti rumah sakit, SPBU, di
dalam ruangan ber-AC dan sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut sering kita
jumpai papan bertuliskan “Dilarang tidak boleh merokok di sini!”
Data 5
Dua orang pelajar digrebeg
petugas karena berzina. Senin, 5 April 2017 di warnet dekat dengan sekolah
mereka. Perbuatan mereka telah mencoreng nama baik sekolah. Lebih khusus lagi
bagi para orang tua. Kedua orang tua mereka tentu sangat kecewa setelah
mendengar kabar miris itu. Merekapun juga harus menanggung malu akibat
perbuatan anak perempuannya itu.
Data 6
Pada tahun ini Olimpiade Sains diraih
oleh Ruhan Jaya Kusuma, SMP Negeri 3 Semarang siswa kelas VIII A. Ruhan adalah
siswa yang paling terpanadai di kelas itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan
beberapa piagam yang ia miliki saat ini.
Ia tidak hanya berprestasi pada bidang akademik tetapi juga berprestasi pada
bidang olaharaga. Tentu kedua orang tua Ruhan sangat bangga mendengar kabar
tersebut.
Bentuk tidak baku:
1.
Dilarang tidak
boleh merokok di sini! (Data 4).
2.
Merekapun juga
harus menanggung malu akibat perbuatan anak perempuannya itu. (Data 5).
3.
Ruhan siswa yang
paling terpandai di kelas itu. (Data 6).
Kata-kata yang bergaris bawah merupakan kata yang
bersinonim. Penggunaan dua kata yang bersinonim sekaligus dalam sebuah kalimat
dianggap mubazir atau tidak hemat. Oleh karena itu, hanya perlu digunakan satu
saja agar tidak mubazir.
Kesalahan
penggunaan preposisi yang tidak tepat
Data 7
Senin, 4 Maret 2017 terjadi
perampokan pada bank Mandiri komplrk Gajah Mada pukul 04.15 WIB. Dua orang
pelaku kejahatan tersebut berhasil merampas uang tunai sejumlah 500 juta
rupiah. Petugas keamanan yang berjaga dihajar perampok sampai babak belur
kemudian diikat dan dikunci dalam toilet.
Data 8
Tanggal 22 Desember adalah
peringatan hari Ibu. “Di hari bahagia ini aku ingin mempersembahkan sebuah lagu
untukmu” ujar Amir. Kesempatan ini tentu sangat berharga bagi mereka yang
berstatus anak. Hal ini sebagai ajang pembuktian rasa terima kasih kepada sang
ibu tercinta.
Bentuk tidak baku:
1.
Senin, 4 Maret 2017
terjadi perampokan pada bank Mandiri komplek Gajah Mada pukul 04.15 WIB.
(Data 7).
2.
Di hari bahagia ini aku persembahkan sebuah lagu untukmu.
(Data 8).
Kata-kata yang bergaris bawah pada ketiga kalimat di atas
merupakan penggunaan preposisi yang tidak tepat. Pada kalimat (1) lebih tepat
menggunakan preposisi yang menyatakan tempat, yaitu di; pada kalimat (2)
lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan waktu, yaitu pada.
Kesalahan
penggunaan konjungsi yang berlebihan
Kekurangcermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan
penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa
bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Berikut contoh data:
Data 9
Undangan pengajian yang
diselenggarakan oleh warga Kemayoran sudah menjadi rutinitas H. Soleh untuk
menghadiri acara tersebut. Keliling kampung memenuhi panggilan warga. Walaupun
beliau belum istirahat seharian, tetapi beliau datang juga dipertemuan RT.
Data 10
Bencana longsor yang melanda
daerah Wonosobo meluluhlantakan puluhan rumah warga. Selain itu, akses jalan
menuju lokasi juga terganggu akibat curah hujan yang tinggi membuat jalan
licin. Untuk penyaluran bantuan sosial yang efektif, maka harus dipergunakan
angkutan-angkutan bermuatan ringan agar sampai di tempat tujuan.
Bentuk tidak baku:
1.
Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang
juga di pertemuan RT. (Data 9).
2.
Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus
dipergunakan sinar inframerah karena sinar itu mempunyai desperse yang kecil.
(Data 10).
Pemakaian bahasa akibat penggunaan konjungsi yang
berlebihan menjadikan kalimat tersebut tidak padu atau tidak serasi.
Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil
penelitian tersebut dapat simpulkan oleh peneliti bahwa wujud
kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita kelas VIII F SMP Negeri
37 Semarang tahun ajaran 2016/2017 menunjukkan
bahwa siswa banyak melakukan kesalahan berbahasa pada penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di
antaranya susunan kata maupun frasa yang kurang lengkap, penggunaan unsur yang
belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat, dan konjungsi yang berlebihan. Temuan tersebut membuktikan bahwa siswa kurang memerhatikan kaidah
kebahasaan dalam menulis, dan minimnya kosakata yang dimiliki siswa.
Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.
Jakarta:
Rineka Cipta.
Ariningsih, Nur
Endah Sumarwati Sumarwati, Kundharu Saddhono. 2012.
“Analisis
Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam
Karangan Eksposisi
Dikutip
pada tanggal 10 Linguistik Umum April 2017.
Chaer, Abdul. 2007. Jakarta: Rineka Cipta.
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar.
Jakarta: Buku Kompas.
Ramlan, Muhamad.
2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis.
Yogyakarta:
C.V Karyono
Setyawati, Nanik.
2010. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia
Teori dan Praktik.
Surakarta:
Yurna Pustaka.
Sudarman, Paryati.
2008. Menulis di Media Masa.
Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa:
Pengantar
Penelitian
Wahana Kebudayaan Secara Linguistics.
Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan
Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry
Guntur. 1993. Pengajaran Sintaksis.
Bandung: Angkasa.
No comments:
Post a Comment