Laman

Saturday, June 17, 2017

Kesalahan Berbahasa Tataran Sintaksis pada Teks Berita Siswa Kelas VIII F
SMP Negeri 37 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
 

Martina Rahayu / 14410112 / PBSI / FPBS / martinarahayu1@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan mendeskripsikan wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang tahun ajaran 2016/2017. Kesalahan berbahasa pada tataran sintaksis pada umumnya meliputi kesalahan frasa terjadi karena adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, kesalahan dalam bentuk kalimat antara lain kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambigu, dan penghilangan konjungsi. Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan berbahasa pada penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di antaranya susunan kata maupun frasa yang kurang lengkap, penggunaan unsur yang belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat, dan konjungsi yang berlebihan. Temuan tersebut membuktikan bahwa siswa kurang memerhatikan kaidah kebahasaan dalam menulis, dan minimnya kosakata yang dimiliki siswa.
Kata kunci: kesalahan berbahasa, sintaksis, dan teks berita.

Pendahuluan
Latar Belakang
Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagaian-bagian komposisi yang menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performansi bahasa orang dewasa. Pada suatu realisasi, bahwa berbuat kesalahan merupakan suatu bagian belajar yang tidak terhindarkan. Kita hendaknya menyadari benar bahwa orang tidak dapat belajar bahasa tanpa pertama sekali berbuat kesalahan-kesalahan secara sistematis. Kegiatan analisis kesalahan pada hakikatnya merupakan penyelidikan yang dilakukan pada suatu objek untuk mengetahui keadaan sebenarnya, kemudian menyimpulkan dan mengganti kesalahan-kesalahan yang ada menjadi benar atau lebih tepatnya mengevaluasi kesalahan, sehingga akan mengurangi tingkat kesalahan terutama terhindar dari kesalahan yang sama. Analisis kesalahan sering digunakan untuk mengatasi permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran.  Kesalahan yang akan ditunjukkan di sini adalah kesalahan dalam bentuk bahasa. Analisis kesalahan berbahasa akan mengatasi permasalahan yang terjadi  dalam bahasa atau lebih tepatnya terhadap semua tataran tingkat bahasa, seperti fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana. Namun dalam hal ini akan lebih memfokuskan pada tataran sintaksis.
Tataran sintaksis yang kita ketahui adalah tentang kalimat, klausa, dan frasa. Ramlan (1987: 21) mendefinisikan bahwa sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem. Kesalahan pada tataran sintaksis antara lain, frasa terjadi karena adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, penggunaan unsur yang berlebihan atau mubazir, kesalahan dalam bentuk kalimat antara lain kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat yang tidak logis, kalimat yang ambigu, dan penghilangan konjungsi.
Pada proses pembelajaran siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang masih banyak ditemukan kesalahan-kesalahan penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita. Sudarman (2008: 76) menjelaskan bahwa teks berita adalah cerita atau laporan tercepat tentang sesuatu peristiwa, fakta atau hal yang baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum. Adapun kesalahan tersebut disebabkan oleh kurangnya pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa Indonesia. Berdasarkan banyaknya kesalahan yang terjadi dalam tataran sintaksis, maka peneliti bermaksud untuk menganalisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang.
Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang Tahun Ajaran 2016/2017.
Manfaat
Hasil penelitian ini memiliki manfaat teoritis dan manfaat praktis. Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan tentang kesalahan berbahasa tataran sintaksis dalam teks berita mata pelajaran bahasa Indonesia dalam ilmu analisis kesalahan sintaksis. Adapun manfaat praktis pada penlitian ini meliputi: (1) bagi siswa, penelitian ini sebagai sarana penunjang untuk menambah pengetahuan kesalahan pada teks berita, dan menambah pengetahuan mengenai kaidah penulisan bahasa Indonesia yang benar; (2) bagi guru, penelitian ini berguna untuk memperoleh data yang akan dipergunakan untuk menarik simpulan mengenai hakikat proses belajar bahasa, guru lebih cepat mengetahui kadar persentase siswa yang belum menguasai materi struktur fungsi kalimat pada teks berita, guru memperoleh indikasi atau petunjuk tentang kesalahan sintaksis sasaran yang paling sukar diproduksi oleh para pelajar secara baik dan benar serta tipe kesalahan yang paling menyukarkan atau mengurangi kemampuan pelajar untuk berkomunikasi secara efektif, guru akan lebih mudah dalam menitikberatkan pembelajaran pada struktur fungsi tertentu yang belum dikuasai oleh siswa; (3) Bagi peneliti, penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai bentuk kesalahan sintaksis serta untuk memperoleh pengalaman menganalisis kesalahan sintaksis dalam teks berita milik siswa.
Landasan Teori
Teori 1: Analisis Kesalahan Berbahasa
Tarigan, Djago, dan Sulistyaningsih (dalam Setyawati, 2010: 15-16) berpendapat bahwa analisis kesalahan berbahasa adalah suatu prosedur kerja yang biasa digunakan oleh peneliti atau guru bahasa, yang meliputi kegiatan mengumpukan sampel kesalahan, mengidentifikasi kesalahan yang terdapat dalam sampel, menjelaskan kesalahan tersebut mengklasifikasi kesalahan itu dan mengevaluasi taraf keseiusan kesalahan itu.
Tarigan (dalam Setyawati, 2010: 15-16) kesalahan berbahasa dalam bahasa Indonesia dapat diklasifikasikan menjadi lima yaitu:
1.        Berdasarkan tataran linguistik, kesalahan berbahasa dapat diklaifikasikan menjadi: kesalahan berbahasa di bidang fonologi, morfologi, sintaksis, semantik, dan wacana;
2.        Berdasarkan kegiatan berbahasa atau keterampilan berbahasa dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa menyimak, berbicara, membaca, dan menulis;
3.        Berdasarkan sarana atau jenis bahasa yang digunakan dapat berwujud kesalahan berbahasa secara lisan dan terulis;
4.        Berdasarkan penyebab kesalahan tersebut, dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa karena pengajaran, dan kesalahan berbahasa karena interferensi.
5.        Kesalahan berbahasa berdasarkan frekuensi terjadinya dapat diklasifikasikan menjadi kesalahan berbahasa yang sering, sedang, kurang, dan jarang terjadi. 
Kesalahan dalam tataran sintaksis terdapat pada frasa dan kalimat (Setyawati, 2010: 27-102).
a.         Kesalahan dalam bidang frasa: adanya pengaruh bahasa daerah, penggunaan preposisi yang tidak tepat, susunan kata yang tidak tepat, pengunaan unsur yang berlebih atau mubazir, penggunaan bentuk superelatif yang berlebihan, penjamakan ganda.
b.        Kesalahan dalam bidang kalimat: adanya kalimat tidak bersubjek, kalimat tidak berpredikat, kalimat tidak bersubjek dan berpredikat, penggandaan subjek, kalimat tidak logis, kalimat ambiguitas, penghilangan konjungsi, penggunaan konjungsi yang berlebihan.
Teori 2: Sintaksis
Ramlan (1987: 21) mendefinisikan sintaksis sebagai bagian atau cabang dari ilmu bahasa yang membicarakan seluk beluk wacana, kalimat, klausa, dan frasa, berbeda dengan morfologi yang membicarakan seluk beluk kata dan morfem. Ditambahkan menurut Stryker (dalam Tarigan, 1993: 5) sintaksis adalah telaah mengenai pola-pola yang digunakan sebagai sarana untuk menghubungkan kata menjadi kalimat. Setyawati (2010: 27-102) mengemukakan bahwa kesalahan dalam sintaksis terdapat pada frasa dan kalimat.
Ditambahkan pendapat Chaer (2007: 231) klausa adalah satuan sintaksis berupa runtutan kata-kata  berkonstruksi predikat. Artinya pada konstruksi itu adanya ada komponen berupa kata atu frase yang berfungsi sebagai objek dan keterangan. Selain fungsi predikat yang harus ada dalam konstruksi klausa ini, fungsi subjek boleh dikatakan bersifat wajib, sedangkan yang lain bersifat tidak wajib.
Frasa adalah satuan gramatikal yang berupa gabungan kata yang bersifat nonpredikatif atau lazim disebut gabungan kata yang mengisi salah satu fungsi di dalam kalimat (Chaer, 2007: 222).
Teori 3: Teks Berita
Ishwara (2005: 58) mengungkapkan bahwa berita adalah suatu kejadian yang baru saja pecah yang akan menarik perhatian sebagian besar publik disampaikan secepat mungkin. Adapun pengungkapan lebih lanjut tentang teks berita oleh Sudarman (2008: 76) bahwa teks berita adalah cerita atau laporan tercepat tentang sesuatu peristiwa, fakta atau hal yang baru, menarik dan perlu diketahui oleh masyarakat umum.
Adapun unsur-unsur berita menurut Djuraid (2006: 15) yaitu aktual, kedekatan, penting, luar biasa, tokoh, eksklusif, ketegangan, konflik, human interest, seks, progresif, trend, dan humor.
Tinjauan Pustaka
Berdasarkan hasil analisis peneliti sebelumnya mengenai konsep, terdapat adanya keterkaitan dengan penelitian yang akan dilakukan. Adanya konsep serupa dengan penelitian sebelumnya, hal ini tentu akan memperkuat hasil penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.
Nur Endah Ariningsih,  Sumarwati Sumarwati, Kundharu Sadhono (2012) dalam jurnal yang berjudul “Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi Siswa Sekolah Menengah Atas. Vol. 1. No. 1. Penelitian ini  bertujuan untuk mendeskripsikan: (1) kesalahan bahasa Indonesia dalam karangan eksposisi siswa kelas X, (2) penyebab kesalahan, dan (3) upaya yang dilakukan oleh guru dan siswa untuk meminimalkan kesalahan berbahasa tersebut.  Simpulan penelitian ini adalah sebagai berikut. Pertama, kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan siswa dibagi menjadi empat kesalahan: kesalahan ejaan, kesalahan diksi, kesalahan kalimat, dan kesalahan paragraf. Kedua, kesalahan bahasa yang sering terjadi dalam karangan eksposisi siswa disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain: penguasaan bahasa siswa kurang, kurangnya contoh dari guru, pengaruh bahasa asing, kurangnya latihan menulis, dan kurangnya waktu menulis. Ketiga, upaya untuk mengurangi kesalahan berbahasa dalam karangan eksposisi siswa antara lain yaitu: meningkatkan penguasaan kaidah bahasa siswa, memperbanyak latihan mengarang, menerapkan teknik koreksi yang tepat, dan melaksanakan pembelajaran menulis dengan pendekatan proses.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Pengkajian pada penelitian ini dilakukan secara mendalam dan terperinci guna memperoleh suatu deskripsi yang jelas terhadap kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita. Oleh karena itu, penelitian ini merupakan penelitian deskriptif karena data yang dihasilkan dari penelitian bukanlah angka-angka, tetapi berupa kata-kata atau gambaran sesuatu (Djajasudarma, 1993:15).
Data dalam penelitian ini adalah kesalahan berbahasa, khususnya kesalahan penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di antaranya susunan kata yang kurang lengkap, penggunaan unsur yang belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat, dan konjungsi yang berlebihan pada siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang. Sumber data dalam penelitian ini
adalah teks berita.
Teknik pengumpulan dalam penelitian ini adalah metode simak kemudian dilanjutkan teknik catat. Metode simak berarti di sini peneliti menyimak penggunaan bahasa. Hal ini disejajarkan dengan ‘metode pengamatan’ atau ‘observasi’ dalam ilmu sosial khususnya antropologi (Sudaryanto, 2005: 203).  Pada penelitian ini peneliti mengamati teks berita siswa dan menganalisis kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita. Kemudian, menggunakan teknik lanjut dan teknik cacat. Teknik cacat, yaitu pencatatan pada kartu data yang segera dilanjutkan dengan klasifikasi. Pencatatan dilakukan langsung ketika teknik pertama dan kedua selesi digunakan atau diterapkan (Sudaryanto, 2015: 205-206).
Teknik analisis data merupakan upaya peneliti menangani langsung masalah yang terkandung pada data. Penanganan itu nampak dari adanya tindakan mengamati yang segera diikuti dengan membedah atau menguraikan masalah yang bersangkutan dengan cara-cara khas tertentu (Sudaryanto, 2015: 7). Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode agih. Metode agih adalah metode yang pelaksanaannya menggunakan unsur penentu yang berupa unsur-unsur bahasa itu sendiri. Metode agih dilaksanakan dengan teknik dasar bagi unsur langsung (BUL), yaitu membagi suatu lingual datanya menjadi beberapa bagian atau unsur-unsur yang bersangkutan dipandang sebagai bagian yang langsung membentuk satuan lingual yang dimaksud (Sudaryanto, 2015: 37).
Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini dipaparkan data dan hasil temuan penelitian mencakup kesalahan penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di antaranya (1) susunan kata maupun frasa yang kurang lengkap, (2) penggunaan unsur yang belebihan, (3) penggunan preposisi yang tidak tepat, dan (4) konjungsi yang berlebihan dalam teks berita siswa kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang. Berikut penjabarannya.
Kesalahan penyusunan kata maupun frasa yang kurang lengkap (subjek, predikat, objek, keteranagan maupun pelengkap)
Data 1
Rabu, 4 Juni 2016 kejadian memilukan terulang kembali. Perbuatan si jago merah telah melahap dengan sekejap. Kebakaran di pasar Johar diduga terjadi akibat hubungan arus listrik (komslet). “Petugas pemadam kebakaran tiba di lokasi kejadian satu jam yang lalu” ungkap Jarwo sebagai saksi mata. Kobaran api baru bisa dipadamkan 30 menit kemudian setelah petugas pemadam kebakaran bertugas di lokasi.
Data 2
Acara pelepasan siswa kelas IX SMP Negeri 37 Semarang berlangsung di aula sekolah. Pihak sekolah merancang sedemikian rupa agar terlihat meriah. Hal ini karena acara pelepasan akan dihari oleh bapak gubernur kota Semarang, yaitu bapak Ganjar Pranowo. Tentu acara ini memerlukan banyak anggaran, seperti untuk pengeluaran demokrasi, makanan, minuman, hiburan, dan lain sebagainya.
Data 3
Ujian Nasional tingkat SMP dilaksanakan dua minggu yang akan datang. Pihak sekolah bersama siswa melaksanakan pengajian atau bermunajat kepada sang pencipta. Ratusan siswa memohon agar ujian nasional berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. Selain itu, tidak terkecuali semua pihak berdoa agar bisa lulus 100%.  
Bentuk tidak baku:
1.      Perbuatan si jago merah telah melahap dengan sekejap. (Data 1).
2.      Pihak sekolah merancang sedemikian rupa agar terlihat meriah. (Data 2).
3.      Ratusan siswa memohon agar ujian nasional berjalan dengan lancar dan memperoleh hasil yang maksimal. (Data 3)
Berdasarkan data tersebut terkait penyusunan struktur kalimat yang kurang lengkap. Terbukti bahwa pada data 1, 2, dan 3 tidak terdapat struktur fungsi objek (o). Ketiga data tersebut tergolong dalam kalimat aktif transitif, yaitu kalimat aktif yang membutuhkan kehadiran objek. Kata yang bergaris bawah menunjukan fungsi predikat berafiks meN- yang masih menimbulkan pertanyaan, sehingga kata melahap, merancang, dan memohon perlu adanya kehadiran objek. Misalnya melahap bangunan pasar, merancang desain panggung, dan memohon doa.
Kesalahan penggunaan unsur yang berlebihan (mubazir)
Penggunaan unsur yang berlebihan ini sering dijumpai pada pemakaian kata-kata yang mengandung makna sama (bersinonim). Berikut data-datanya.
Data 4
Kini kata merokok sudah tidak asing lagi bagi telinga kita. Walaupun sebagaian masyarakat sudah mengetahui tentang bahaya merokok, mereka tetap saja mengonsumsinya. Selain bahaya bagi diri sendiri, merokok juga menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan sekitar apalagi ketika berada di tempat-tempat terlarang seperti rumah sakit, SPBU, di dalam ruangan ber-AC dan sebagainya. Berkaitan dengan hal tersebut sering kita jumpai papan bertuliskan “Dilarang tidak boleh merokok di sini!”
Data 5
Dua orang pelajar digrebeg petugas karena berzina. Senin, 5 April 2017 di warnet dekat dengan sekolah mereka. Perbuatan mereka telah mencoreng nama baik sekolah. Lebih khusus lagi bagi para orang tua. Kedua orang tua mereka tentu sangat kecewa setelah mendengar kabar miris itu. Merekapun juga harus menanggung malu akibat perbuatan anak perempuannya itu.
Data 6
Pada tahun ini Olimpiade Sains diraih oleh Ruhan Jaya Kusuma, SMP Negeri 3 Semarang siswa kelas VIII A. Ruhan adalah siswa yang paling terpanadai di kelas itu. Hal ini dapat dibuktikan dengan beberapa piagam yang  ia miliki saat ini. Ia tidak hanya berprestasi pada bidang akademik tetapi juga berprestasi pada bidang olaharaga. Tentu kedua orang tua Ruhan sangat bangga mendengar kabar tersebut.
Bentuk tidak baku:
1.      Dilarang tidak boleh merokok di sini! (Data 4).
2.      Merekapun juga harus menanggung malu akibat perbuatan anak perempuannya itu. (Data 5).
3.      Ruhan siswa yang paling terpandai di kelas itu. (Data 6).
Kata-kata yang bergaris bawah merupakan kata yang bersinonim. Penggunaan dua kata yang bersinonim sekaligus dalam sebuah kalimat dianggap mubazir atau tidak hemat. Oleh karena itu, hanya perlu digunakan satu saja agar tidak mubazir.
Kesalahan penggunaan preposisi yang tidak tepat
Data 7
Senin, 4 Maret 2017 terjadi perampokan pada bank Mandiri komplrk Gajah Mada pukul 04.15 WIB. Dua orang pelaku kejahatan tersebut berhasil merampas uang tunai sejumlah 500 juta rupiah. Petugas keamanan yang berjaga dihajar perampok sampai babak belur kemudian diikat dan dikunci dalam toilet.
Data 8
Tanggal 22 Desember adalah peringatan hari Ibu. “Di hari bahagia ini aku ingin mempersembahkan sebuah lagu untukmu” ujar Amir. Kesempatan ini tentu sangat berharga bagi mereka yang berstatus anak. Hal ini sebagai ajang pembuktian rasa terima kasih kepada sang ibu tercinta.
Bentuk tidak baku:
1.      Senin, 4 Maret 2017 terjadi perampokan pada bank Mandiri komplek Gajah Mada pukul 04.15 WIB. (Data 7).
2.      Di hari bahagia ini aku persembahkan sebuah lagu untukmu. (Data 8).
Kata-kata yang bergaris bawah pada ketiga kalimat di atas merupakan penggunaan preposisi yang tidak tepat. Pada kalimat (1) lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan tempat, yaitu di; pada kalimat (2) lebih tepat menggunakan preposisi yang menyatakan waktu, yaitu pada.
Kesalahan penggunaan konjungsi yang berlebihan
Kekurangcermatan pemakai bahasa dapat mengakibatkan penggunaan konjungsi yang berlebihan. Hal itu terjadi karena dua kaidah bahasa bersilang dan bergabung dalam sebuah kalimat. Berikut contoh data:
Data 9
Undangan pengajian yang diselenggarakan oleh warga Kemayoran sudah menjadi rutinitas H. Soleh untuk menghadiri acara tersebut. Keliling kampung memenuhi panggilan warga. Walaupun beliau belum istirahat seharian, tetapi beliau datang juga dipertemuan RT. 
Data 10
Bencana longsor yang melanda daerah Wonosobo meluluhlantakan puluhan rumah warga. Selain itu, akses jalan menuju lokasi juga terganggu akibat curah hujan yang tinggi membuat jalan licin. Untuk penyaluran bantuan sosial yang efektif, maka harus dipergunakan angkutan-angkutan bermuatan ringan agar sampai di tempat tujuan.
Bentuk tidak baku:
1.      Walaupun dia belum istirahat seharian, tetapi dia datang juga di pertemuan RT. (Data 9).
2.      Untuk penyaluran informasi yang efektif, maka harus dipergunakan sinar inframerah karena sinar itu mempunyai desperse yang kecil. (Data 10).
Pemakaian bahasa akibat penggunaan konjungsi yang berlebihan menjadikan kalimat tersebut tidak padu atau tidak serasi.

Penutup
Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat simpulkan oleh peneliti bahwa wujud kesalahan berbahasa tataran sintaksis pada teks berita kelas VIII F SMP Negeri 37 Semarang tahun ajaran 2016/2017 menunjukkan bahwa siswa banyak melakukan kesalahan berbahasa pada penyusunan struktur bentuk kalimat dalam teks berita, di antaranya susunan kata maupun frasa yang kurang lengkap, penggunaan unsur yang belebihan, penggunan preposisi yang tidak tepat, dan konjungsi yang berlebihan. Temuan tersebut membuktikan bahwa siswa kurang memerhatikan kaidah kebahasaan dalam menulis, dan minimnya kosakata yang dimiliki siswa.

Daftar Pustaka
Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:
 Rineka Cipta.
Ariningsih, Nur Endah Sumarwati Sumarwati, Kundharu Saddhono. 2012.
Analisis Kesalahan Berbahasa Indonesia dalam Karangan Eksposisi
Siswa Sekolah Menengah Atas. http://jurnal.fkip.uns.ac.id. Vol. 1. No. 1.
Dikutip pada tanggal 10 Linguistik Umum April 2017.
Chaer, Abdul. 2007. Jakarta: Rineka Cipta.
Ishwara, Luwi. 2005. Catatan-Catatan Jurnalisme Dasar. Jakarta: Buku Kompas.
Ramlan, Muhamad. 2005. Ilmu Bahasa Indonesia Sintaksis. Yogyakarta:
C.V Karyono
Setyawati, Nanik. 2010. Analisis Kesalahan Bahasa Indonesia Teori dan Praktik.
Surakarta: Yurna Pustaka.
Sudarman, Paryati. 2008. Menulis di Media Masa. Yogjakarta: Pustaka Belajar.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar
Penelitian Wahana Kebudayaan Secara Linguistics. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kualitatif,
Kuantitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.
Tarigan, Henry Guntur. 1993. Pengajaran Sintaksis. Bandung: Angkasa.






No comments:

Post a Comment