Laman

Saturday, June 17, 2017

Keefektifan Model Think Talk Write Dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI SMA Gita Bahari Semarang Tahun Ajaran 2016/2017



Fiki Nur Hidayati-14410092-6C-PBSI-FPBS-UPGRIS

Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi kemampuan keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017. Kelebihan model think talk write yang digunakan adalah guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap siswa, melatih siswa untuk berfikir, berbicara dan menulis, serta pembelajaran lebih menyenangkan. Rumusan masalahnya adalah bagaimana keefektifan model think talk write dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan keefektifan model think talk write dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari Semarang tahun ajaran 2016/2017.
      Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes dan nontes. Teknik tes sedangkan teknik nontes berupa observasi dan dokumentasi. Uji persyaratan data kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari ini berupa teknik analisis data yang meliputi, uji normalitas, uji homogenitas, dan uji hipotesis.

Kata Kunci: Keefektifan, Model Think Talk Write, Menulis Teks Cerita Pendek.



                 I.            Pendahuluan
1.      Latar Belakang
Bahasa merupakan sarana penting dalam berkomunikasi baik secara lisan dan tulis. Bahasa dalam perannya sebagai sarana komunikasi merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan dan pemikiran secara estetis dan logis, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu. Kualitas dalam berbahasalah yang nantinya akan mempengaruhi tersampaikan atau tidaknya maksud pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca dalam berkomunikasi.
Kegiatan menulis merupakan aktivitas menyampaikan gagasan dan pesan pada waktu yang hampir bersamaan, antara pemikiran yang diwakili oleh otak dan kegiatan aplikatif tulis yang diwakili oleh tangan. Untuk itulah, keterampilan menulis disebut sebagai kegiatan yang bersifat aktif produktif. Tarigan (2008:22) mengatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik. Keterampilan menulis yang bersifat aktif dan produktif ini menuntut seseorang untuk terus belajar dan mengembangkan potensinya dalam hal menulis. Hal ini dikarenakan keterampilan menulis merupakan keterampilan merangkai kata-kata untuk mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan observasi di SMA Gita Bahari Semarang, selama ini pembelajaran menulis cerita pendek masih berlangsung kurang maksimal. Motivasi siswa dalam pembelajaran menulis cerita pendek masih rendah. Hal terebut berbanding lurus dengan pandangan siswa yang menganggap pembelajaran menulis cerita pendek tidak menyenangkan dan tidak ada gunanya. Terlebih bagi siswa pembelajaran menulis cerita pendek adalah pembelajaran yang menjemukan. Salah satu hal yang menjadi sebab yaitu siswa kesulitan untuk menuangkan idenya ke dalam tulisan cerita pendek. Siswa cenderung menulis cerita pendek dengan asal-asalan, bahkan mengkopi dari internet. Kondisi seperti ini mengakibatkan ada beberapa kompetensi siswa yang tidak dapat tercapai dengan maksimal.
Model think talk write memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Model think talk write mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan suatu topik tertentu. Model ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Model ini membantu siswa dalam mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur (Huda, 2014: 218). Dengan penerapan model ini dalam menulis cerita pendek, siswa dapat berpikir kritis terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya.
Dengan menggunakan model think talk write, siswa lebih mudah mengekspresikan pikirannya ke dalam cerita pendek karena pembelajaran lebih terasa menyenangkan, kreatif, dan tidak membosankan, serta dalam pembelajaran ini diharapkan efektif digunakan dalam menulis khususnya menulis cerita pendek.
2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah keefekfektifan model think talk write dalam pembelajaran keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017.
3.      Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari melakukan penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.a. manfaat teoretis (1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengembangan salah satu teori. (2) Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis dengan model think talk write sehingga dapat dipakai sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut.b.manfaat praktis. (1) Bagi guru penelitian ini diharapakan dapat dijadikan alternatif pembelajaran bagi guru dalam keterampilan menulis teks cerita pendek. (2) Bagi siswa pembelajaran yang dilakukan dengan model think talk write dapat meningkatkan motivasi siswa dalam keterampilan menulis. (3) Bagi Sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan kinerja pendidik khususnya dalam keterampilan menulis.
4.      Landasan Teori
a.       Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses alamiah setiap orang (Huda, 2014:2).
b.      Keterampilan Menulis
1.      Pengertian menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata (Tarigan, 2008:3).
Menurut Lado (dalam Tarigan, 2008:22) menulis ialah menurunkan atau melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasan dan gambaran grafik itu.
2.      Tujuan Menulis
Tujuan menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran secara jelas dan efektif, kepada para pembaca. Sebab itu ada beberapa persoalan yang harus diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif, misalnya pertama-tama pengarang harus mempunyai suatu obyek yang ingin dibicarakan; bisa ia sudah menemukan obyek itu, maka ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan atau idenya secara jelas, kemudian mengembangkan gagasan-gagasan utamanya terperinci secara segar, jelas dan terperinci (Keraf, 2004:38).
c.       Teks Cerita Pendek
1.      Pengertian teks
Teks ialah ungkapan bahasa yang menurut isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan suatu kesatuan (Hartoko, 1992: 86).
2.      Pengertian Cerita Pendek
Sumardjo (dalam Purba, 2010: 50) mengemukakan pengertian cerita pendek sebagai fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali duduk”. Cerita pendek hanya memiliki satu arti satu krisis dan satu efek untuk pembacanya.
Dalam memahami kesusastraan, Sumardjo berpengertian bahwa cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan cerita pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, melainkan karena aspek masalah yang sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini, sebuah masalah akan tergambarkan jauh lebih jelas dan jauh lebih mengesankan bagi pembaca. Kesan yang ditinggalkan oleh sebuah cerita pendek harus tajam dan dalam sehingga sekali membacanya kita tak akan mudah lupa (Purba, 2010:51).
5.      Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi peneliti menggali informasi dari penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu peneliti menggali informasi yang sebelumnya berkaitan dengan judul yang digunakan untuk memperoleh landasan teori. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul, di antaranya:
Penelitian yang dilakukan oleh Diyah Fitriyani pada tahun 2015 dengan judul “Keefektifan Metode Think Talk Write Terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Pati Tahun Ajaran 2014/2015”. Penelitian ini memiliki hasil rata-rata nilai kelas kontrol sebesar 71,46 dan hasil rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 80,31. Disimpulkan penggunaan metode think talk write efektif dan memperoleh hasil yang signifikan dalam pembelajaran menulis teks berita.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka di atas, dapat disimpulkan bahwa skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Think Talk Write dalam Pembelajaran Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI SMA Gita Bahari Semarang Tahun Ajaran 2016/2017” layak dijadikan sebagai bahan penelitian dalam skripsi karena berbeda dengan skripsi yang lain dan diharapkan dapat menjadi pembanding atau penyempurna bagi skripsi-skripsi serupa yang sudah diteliti sebelumnya sehingga dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

              II.            Metode Penelitian
1.      Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif ditunjukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau prespektif. Partisipan adalah orang-orang yang diajak untuk berwawancara, diobservasi, diminta memberikan data, pendapat pemikiran dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis berbagai keterkaitan dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan partisipantentang situasi-situasi dariperistiwa. Pemaknaan partisipasi meliputi perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikira dan kegiatan dari partisipan. Beberapa penelitian kuantitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi juga mengembangkan teori (Sukmadinata, 2012: 94).
2.      Populasi dan Sampel
a.    Populasi
Menurut Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu uang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan hal tersebut, populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan kelas XI SMA Gita Bahari Semarang.
b.      Sampel
Menurut Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak  (Sugiyono, 2010:124).
3.      Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308).
Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik nontes.
a.       Teknik Tes
Teknis tes bersifat mengukur karena menggunakan standarisasi instrumen (Sukmadinata, 2013:223). Teknik ini digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks cerita pendek setelah mendapatkan materi pembelajaran menulis teks cerita pendek menggunakan model think talk write pada pembelajaran menulis teks cerita pendek secara konvensional pada kelas kontrol.
Aspek yang dinilai dalam penelitian ini adalah (1) keautentikan isi (2) kelengkapan dan keutuhan struktur isi (3) pemilihan kata dan gaya bahasa. Tes pada penelitian ini dilakukan sekali di akhir (post-test) pada kedua kelas.
b.      Teknik Nontes
Teknik nontes bersifat menghimpun karena tidak perlu standarisasi instrumen, cukup dengan baliditas isi dan konstruk (Sukmadinata, 2013:223).
Dalam penelitian ini menggunakan instrumen pedoman observasi dan wawancara.
1)        Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2013:220). Teknik ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek dengan saksama.
2)     Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:317). Teknik wawancara dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui permasalahan pada pembelajaran menulis teks cerita pendek.

                         III.      Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari distribusi normal dan homogen. Oleh karena itu, digunakan statistik parametis menggunakan uji t untuk mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan menulis teks cerita pendek menggunakan metode pembelajaran kuantum dengan yang tidak menggunakan metode pembelajaran kuantum. Setelah mengetahui hasil posttest, perlu menghitung uji hipotesis.

Praktik pembelajarannya adalah guru menggunakan metode pembelajaran kuantum pada kelas eksperimen. Adapun langkah yang dilakukan yaitu Siswa merespon salam dan pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya. Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan. Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Apersepsi dan motivasi. Siswa mempertanyakan mengenai teks cerpen. Siswa dibentuk menjadi sepuluh kelompok sebagai bentuk penataan lingkungan belajar agar membuat siswa merasa aman dan nyaman serta guru membebaskan gaya belajar pada siswa dan tidak terpaku pada satu gaya belajar saja. Masing-masing kelompok mendapatkan amplop yang berisi teks acak mengenai teks cerita. Siswa dalam kelompok menyusun teks acak menjadi teks yang runtut yang baik dan benar sebagai wujud kesempatan siswa untuk lebih mengembangkan pemahamannya sehingga lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Siswa dalam kelompok menentukan tema/topik/sudut pandang/alur/latar/gaya bahasa dengan cermat. Siswa dalam kelompok membuat teks cerita pendek disusun secara baik dan benar sebagai wujud untuk menjadikan siswa lebih kreatif sehingga menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. Masing-masing kelompok mendiskusikan dan menyimpulkan teks acak yang telah disusun menjadi teks cerita pendek yang telah disusun serta guru menjelaskan materi sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan penguasaan materi oleh siswa dapat lebih maksimal disertai dengan siswa membiasakan mencatat.

Kemampuan menulis teks cerita pendek pada kelas kontrol dilakukan dengan menggunakan metode konvensional. Diketahui bahwa selama proses pembelajaran siswa kurang aktif dan kurang merespon pembelajaran menulis teks cerita pendek. Siswa cenderung pemalu untuk mengungkapkan pendapat dan gagasannya. Salah satu faktanya adalah pada kelas kontrol siswa justru meremehkan pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa menganggap bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah dan tidak menuntut keterampilan. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan menulis teks cerita pendek pada kelas kontrol kurang maksimal.

Berdasarkan uraian di atas menunjukkan bahwa kondisi kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan kelas kontrol. Hasil pengamatan mengenai situasi belajar mengajar menggunakan metode pembelajaran think talk write siswa lebih memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi, meningkatkan keterampilan berkomunikasi, saling bekerja sama dengan teman, dan tidak membosankan. Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks cerita pendek menggunakan metode pembelajaran think talk write sangat efektif dibandingkan dengan menggunakan metode konvensional.

           IV.            Simpulan

Penelitian ini dilakukan di SMA Gita Bahari Semarang dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran menulis cerpen dengan model Think Talk Write dengan model sinektik dalam pembelajaran menulis cerpen di SMA. Hasil penelitian eksperimen ini diperoleh dari hasil pre-test dan post-test. “Keefektifan model think talk write dalam pembelajaran keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari Semarang tahun ajaran 2016/2017dapat diterima dan data yang diperoleh sangat signifikan. Hal ini disimpulkan bahwa ada keefektifan yang sangat signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek yang diajarkan menggunakan metode pembelajaran think talk write dengan metode konvensional terhadap siswa kelas XI SMA Gita Bahari Semarang tahun ajaran 2016/2017.


              V.            Daftar Pustaka

Banung, Esallo Medri. 2014. “Keefektifan  Penggunaan Strategi Think Talk Write   Dalam Keterampilan Menulis Slogan Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Patebon Kabupaten Kendal Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi Universitas PGRI Semarang.
Fitriyani, Diyah. 2015. “Keefektifan Motode Think Talk Write Terhadap Kemampuan Menulis Teks Berita Pada Siswa SMP Negeri 4 Pati Tahun Ajaran 2014/2015”. Skripsi Universitas PGRI Semarang.
Harjito. 2007. Melek Sastra Untuk 17 Tahun Ke Atas.. Semarang: Kontak Media.
Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran. Yogyakarta:       Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
Ngatmini, dkk. 2012. Perencanaan Pembelajaran Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP  Press.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharso, dan Ana Retnoningsis. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Semarang: Balai Widya Karya.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2013. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.



No comments:

Post a Comment