Keefektifan Model Think Talk Write Dalam Pembelajaran Menulis Teks Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI SMA Gita Bahari Semarang Tahun Ajaran 2016/2017
Fiki Nur Hidayati-14410092-6C-PBSI-FPBS-UPGRIS
Abstrak
Penelitian
ini dilatarbelakangi kemampuan keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017. Kelebihan model think
talk write yang digunakan adalah guru lebih mengetahui kemampuan tiap-tiap
siswa, melatih siswa untuk berfikir, berbicara dan menulis, serta pembelajaran
lebih menyenangkan. Rumusan masalahnya
adalah bagaimana keefektifan model think
talk write dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017? Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk
mendeskripsikan keefektifan model think
talk write dalam pembelajaran menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari Semarang tahun ajaran 2016/2017.
Metode
pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik tes dan
nontes. Teknik tes sedangkan teknik nontes berupa observasi dan dokumentasi. Uji persyaratan data
kemampuan menulis teks berita pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari ini
berupa teknik analisis data yang meliputi, uji normalitas, uji homogenitas, dan
uji hipotesis.
Kata Kunci: Keefektifan, Model Think Talk Write, Menulis Teks Cerita Pendek.
I.
Pendahuluan
1. Latar
Belakang
Bahasa merupakan sarana
penting dalam berkomunikasi baik secara lisan dan tulis. Bahasa dalam perannya
sebagai sarana komunikasi merupakan sarana untuk mengekspresikan perasaan dan
pemikiran secara estetis dan logis, guna mencapai maksud dan tujuan tertentu.
Kualitas dalam berbahasalah yang nantinya akan mempengaruhi tersampaikan atau
tidaknya maksud pembicara atau penulis kepada pendengar atau pembaca dalam
berkomunikasi.
Kegiatan menulis
merupakan aktivitas menyampaikan gagasan dan pesan pada waktu yang hampir bersamaan,
antara pemikiran yang diwakili oleh otak dan kegiatan aplikatif tulis yang
diwakili oleh tangan. Untuk itulah, keterampilan menulis disebut sebagai
kegiatan yang bersifat aktif produktif. Tarigan (2008:22) mengatakan bahwa menulis adalah menurunkan atau melukiskan
lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh
seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik. Keterampilan
menulis yang bersifat aktif dan produktif ini menuntut seseorang untuk terus
belajar dan mengembangkan potensinya dalam hal menulis. Hal ini dikarenakan
keterampilan menulis merupakan keterampilan merangkai kata-kata untuk
mengekspresikan, menyatakan, menyampaikan pikiran, gagasan, dan perasaan.
Berdasarkan observasi di SMA Gita Bahari Semarang, selama ini pembelajaran menulis cerita
pendek masih berlangsung kurang maksimal. Motivasi siswa dalam pembelajaran
menulis cerita pendek masih rendah. Hal terebut berbanding lurus dengan
pandangan siswa yang menganggap pembelajaran menulis cerita pendek tidak
menyenangkan dan tidak ada gunanya. Terlebih bagi siswa pembelajaran menulis
cerita pendek adalah pembelajaran yang menjemukan. Salah satu hal yang menjadi
sebab yaitu siswa kesulitan untuk menuangkan idenya ke dalam tulisan cerita
pendek. Siswa cenderung menulis cerita pendek dengan asal-asalan, bahkan
mengkopi dari internet. Kondisi seperti ini mengakibatkan ada beberapa
kompetensi siswa yang tidak dapat tercapai dengan maksimal.
Model think
talk write memfasilitasi latihan berbahasa secara lisan dan menulis bahasa
tersebut dengan lancar. Model think talk
write mendorong siswa untuk berpikir, berbicara, dan kemudian menuliskan
suatu topik tertentu. Model ini digunakan untuk mengembangkan tulisan dengan
lancar dan melatih bahasa sebelum dituliskan. Model ini membantu siswa dalam
mengumpulkan dan mengembangkan ide-ide melalui percakapan terstruktur (Huda,
2014: 218). Dengan penerapan model ini dalam menulis cerita pendek, siswa dapat
berpikir kritis terhadap permasalahan yang ada di sekitarnya.
Dengan menggunakan model think talk write, siswa lebih mudah mengekspresikan pikirannya ke
dalam cerita pendek karena pembelajaran lebih terasa menyenangkan, kreatif, dan
tidak membosankan, serta dalam pembelajaran ini diharapkan efektif digunakan
dalam menulis khususnya menulis cerita pendek.
2. Rumusan
Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, masalah yang
diteliti dalam penelitian ini adalah: Bagaimanakah
keefekfektifan model think talk write dalam
pembelajaran keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari tahun ajaran 2016/2017.
3. Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diambil dari melakukan
penelitian ini adalah manfaat teoritis dan manfaat praktis.a. manfaat teoretis
(1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan pengembangan salah satu
teori. (2) Untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam keterampilan menulis dengan
model think talk write sehingga dapat
dipakai sebagai referensi dalam penelitian lebih lanjut.b.manfaat praktis. (1) Bagi guru penelitian ini diharapakan dapat dijadikan
alternatif pembelajaran bagi guru dalam keterampilan menulis teks cerita
pendek. (2) Bagi siswa pembelajaran yang dilakukan dengan model think talk write dapat meningkatkan
motivasi siswa dalam keterampilan menulis. (3) Bagi
Sekolah penelitian ini dapat dijadikan masukan bagi sekolah dalam meningkatkan
kinerja pendidik khususnya dalam keterampilan menulis.
4.
Landasan Teori
a.
Pembelajaran
Pembelajaran dapat dikatakan sebagai hasil dari
memori, kognisi, dan metakognisi yang berpengaruh terhadap pemahaman. Hal
inilah yang terjadi ketika seseorang sedang belajar, dan kondisi ini juga
sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari, karena belajar merupakan proses
alamiah setiap orang (Huda, 2014:2).
b.
Keterampilan Menulis
1. Pengertian menulis
Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa
yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap
muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu
kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis
haruslah terampil memanfaatkan grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata
(Tarigan, 2008:3).
Menurut Lado (dalam
Tarigan, 2008:22) menulis ialah menurunkan atau
melukiskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami
oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik
tersebut kalau mereka memahami bahasan dan gambaran grafik itu.
2.
Tujuan Menulis
Tujuan
menulis adalah untuk mengungkapkan fakta-fakta, perasaan, sikap dan isi pikiran
secara jelas dan efektif, kepada para pembaca. Sebab itu ada beberapa persoalan
yang harus diperhatikan untuk mencapai penulisan yang efektif, misalnya
pertama-tama pengarang harus mempunyai suatu obyek yang ingin dibicarakan; bisa
ia sudah menemukan obyek itu, maka ia harus memikirkan dan merenungkan gagasan
atau idenya secara jelas, kemudian mengembangkan gagasan-gagasan utamanya
terperinci secara segar, jelas dan terperinci
(Keraf, 2004:38).
c.
Teks Cerita Pendek
1.
Pengertian teks
Teks ialah ungkapan bahasa yang menurut
isi, sintaksis, dan pragmatik merupakan suatu kesatuan (Hartoko, 1992: 86).
2.
Pengertian Cerita Pendek
Sumardjo (dalam Purba, 2010: 50) mengemukakan
pengertian cerita pendek sebagai fiksi pendek yang selesai dibaca dalam “sekali
duduk”. Cerita pendek hanya memiliki satu arti satu krisis dan satu efek untuk
pembacanya.
Dalam memahami kesusastraan, Sumardjo
berpengertian bahwa cerita pendek adalah cerita yang membatasi diri dalam
membahas salah satu unsur fiksi dalam aspeknya yang terkecil. Kependekan cerita
pendek bukan karena bentuknya yang jauh lebih pendek dari novel, melainkan
karena aspek masalah yang sangat dibatasi. Dengan pembatasan ini, sebuah
masalah akan tergambarkan jauh lebih jelas dan jauh lebih mengesankan bagi
pembaca. Kesan yang ditinggalkan oleh sebuah cerita pendek harus tajam dan
dalam sehingga sekali membacanya kita tak akan mudah lupa (Purba, 2010:51).
5. Tinjauan Pustaka
Dalam penulisan skripsi peneliti menggali
informasi dari penelitian sebelumnya sebagai bahan perbandingan, baik mengenai
kekurangan atau kelebihan yang sudah ada. Selain itu peneliti menggali
informasi yang sebelumnya berkaitan dengan judul yang digunakan untuk
memperoleh landasan teori. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan judul, di
antaranya:
Penelitian
yang dilakukan oleh Diyah Fitriyani pada tahun 2015 dengan judul “Keefektifan
Metode Think Talk Write Terhadap
Kemampuan Menulis Teks Berita Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 4 Pati Tahun
Ajaran 2014/2015”. Penelitian ini memiliki hasil rata-rata nilai kelas kontrol
sebesar 71,46 dan hasil rata-rata nilai kelas eksperimen sebesar 80,31.
Disimpulkan penggunaan metode think talk write efektif dan memperoleh hasil
yang signifikan dalam pembelajaran menulis teks berita.
Berdasarkan beberapa tinjauan pustaka di atas,
dapat disimpulkan bahwa skripsi yang berjudul “Keefektifan Model Think Talk Write dalam Pembelajaran
Keterampilan Menulis Cerita Pendek Pada Siswa Kelas XI SMA Gita Bahari Semarang Tahun Ajaran
2016/2017” layak dijadikan sebagai bahan penelitian dalam skripsi karena
berbeda dengan skripsi yang lain dan diharapkan dapat menjadi pembanding atau
penyempurna bagi skripsi-skripsi serupa yang sudah diteliti sebelumnya sehingga
dapat menambah wawasan bagi para pembaca.
II.
Metode Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Pada penelitian ini, penulis menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian kuantitatif ditunjukan untuk memahami
fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang atau prespektif. Partisipan adalah
orang-orang yang diajak untuk berwawancara, diobservasi, diminta memberikan
data, pendapat pemikiran dan persepsinya. Pemahaman diperoleh melalui analisis
berbagai keterkaitan dari partisipan dan melalui penguraian pemaknaan
partisipantentang situasi-situasi dariperistiwa. Pemaknaan partisipasi meliputi
perasaan, keyakinan, ide-ide, pemikira dan kegiatan dari partisipan. Beberapa
penelitian kuantitatif diarahkan lebih dari sekadar memahami fenomena tetapi
juga mengembangkan teori
(Sukmadinata, 2012: 94).
2. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Menurut
Sugiyono (2010:117) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas
obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu uang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Berdasarkan
hal tersebut, populasi dalam penelitian ini yaitu keseluruhan kelas XI SMA Gita Bahari Semarang.
b. Sampel
Menurut
Sugiyono (2010:118) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang
dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini menggunakan teknik random sampling. Teknik random sampling
adalah teknik pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara
acak (Sugiyono, 2010:124).
3. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling
utama dalam penelitian, karena bertujuan utama dari penelitian adalah
mendapatkan data (Sugiyono, 2010:308).
Teknik yang
digunakan dalam penelitian ini adalah teknik tes dan teknik nontes.
a. Teknik Tes
Teknis tes
bersifat mengukur karena menggunakan standarisasi instrumen (Sukmadinata,
2013:223). Teknik ini digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis teks cerita
pendek setelah mendapatkan materi pembelajaran menulis teks cerita pendek
menggunakan model think talk write
pada pembelajaran menulis teks cerita pendek secara
konvensional pada kelas kontrol.
Aspek yang
dinilai dalam penelitian ini adalah (1) keautentikan isi (2) kelengkapan dan
keutuhan struktur isi (3) pemilihan kata dan gaya bahasa. Tes pada penelitian
ini dilakukan sekali di akhir (post-test)
pada kedua kelas.
b. Teknik Nontes
Teknik nontes bersifat menghimpun karena tidak
perlu standarisasi instrumen, cukup dengan baliditas isi dan konstruk
(Sukmadinata, 2013:223).
Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen pedoman observasi dan wawancara.
1)
Observasi
merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data dengan jalan mengadakan
pengamatan terhadap kegiatan yang sedang berlangsung (Sukmadinata, 2013:220).
Teknik ini digunakan untuk mengamati aktivitas siswa dalam pembelajaran menulis
teks cerita pendek dengan saksama.
2) Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
permasalah yang harus diteliti, tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui
hal-hal dari responden yang lebih mendalam (Sugiyono, 2010:317). Teknik
wawancara dilakukan sebelum penelitian untuk mengetahui permasalahan pada pembelajaran
menulis teks cerita pendek.
III.
Hasil Penelitian dan
Pembahasan
Hasil belajar
siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol berasal dari distribusi normal dan
homogen. Oleh karena itu, digunakan statistik parametis menggunakan uji t untuk
mengetahui apakah ada perbedaan kemampuan menulis teks cerita pendek menggunakan metode pembelajaran kuantum dengan yang tidak
menggunakan metode pembelajaran kuantum. Setelah mengetahui hasil posttest, perlu menghitung uji
hipotesis.
Praktik pembelajarannya adalah guru
menggunakan metode pembelajaran kuantum pada kelas eksperimen. Adapun langkah
yang dilakukan yaitu Siswa merespon salam dan
pertanyaan dari guru berhubungan dengan kondisi dan pembelajaran sebelumnya.
Siswa menerima informasi tentang keterkaitan pembelajaran
sebelumnya dengan pembelajaran yang akan dilaksanakan.
Siswa menerima informasi kompetensi, materi, tujuan, manfaat, dan
langkah pembelajaran yang akan dilaksanakan. Apersepsi dan motivasi. Siswa
mempertanyakan mengenai
teks cerpen. Siswa dibentuk menjadi
sepuluh kelompok sebagai bentuk penataan lingkungan belajar agar membuat siswa
merasa aman dan nyaman serta guru membebaskan gaya belajar pada siswa dan tidak
terpaku pada satu gaya belajar saja. Masing-masing kelompok mendapatkan amplop
yang berisi teks acak
mengenai teks cerita. Siswa dalam kelompok menyusun teks acak
menjadi teks yang
runtut yang
baik dan benar sebagai wujud kesempatan siswa untuk lebih mengembangkan
pemahamannya sehingga lebih tertarik dan tertantang untuk mempelajarinya. Siswa
dalam kelompok menentukan
tema/topik/sudut
pandang/alur/latar/gaya bahasa dengan cermat. Siswa dalam kelompok
membuat teks cerita pendek disusun
secara baik dan benar sebagai wujud untuk menjadikan siswa lebih kreatif
sehingga menghasilkan ide-ide yang segar dalam belajarnya. Masing-masing kelompok
mendiskusikan dan menyimpulkan teks acak yang telah disusun menjadi teks cerita pendek yang telah disusun serta
guru menjelaskan materi sehingga dalam penamaan siswa telah memiliki bekal dan
penguasaan materi oleh siswa dapat lebih maksimal disertai dengan siswa
membiasakan mencatat.
Kemampuan menulis teks cerita pendek pada kelas kontrol dilakukan
dengan menggunakan metode konvensional. Diketahui bahwa selama proses pembelajaran
siswa kurang aktif dan kurang merespon pembelajaran menulis teks cerita pendek. Siswa cenderung
pemalu untuk mengungkapkan pendapat dan gagasannya. Salah satu faktanya adalah
pada kelas kontrol siswa justru meremehkan pembelajaran bahasa Indonesia. Siswa
menganggap bahwa pembelajaran bahasa Indonesia adalah pelajaran yang mudah dan
tidak menuntut keterampilan. Hal inilah yang menyebabkan kemampuan menulis teks
cerita pendek pada
kelas kontrol kurang maksimal.
Berdasarkan uraian
di
atas menunjukkan bahwa kondisi kelas eksperimen lebih baik dibandingkan dengan
kelas kontrol. Hasil pengamatan mengenai situasi belajar mengajar menggunakan
metode pembelajaran think talk write siswa
lebih memiliki banyak kesempatan untuk mengolah informasi, meningkatkan
keterampilan berkomunikasi, saling bekerja sama dengan teman, dan tidak membosankan.
Oleh karena itu, penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran menulis teks cerita pendek menggunakan metode
pembelajaran think talk write sangat efektif dibandingkan dengan menggunakan
metode konvensional.
IV.
Simpulan
Penelitian ini dilakukan di SMA Gita Bahari Semarang
dengan tujuan untuk mengetahui keefektifan pembelajaran menulis cerpen dengan
model Think Talk Write dengan model sinektik dalam pembelajaran menulis
cerpen di SMA. Hasil penelitian eksperimen ini diperoleh dari hasil pre-test
dan post-test. “Keefektifan
model think talk write dalam pembelajaran
keterampilan menulis teks cerita pendek pada siswa kelas XI SMA Gita Bahari Semarang tahun ajaran 2016/2017” dapat
diterima dan data yang diperoleh sangat signifikan. Hal ini disimpulkan bahwa
ada keefektifan yang sangat signifikan antara kemampuan menulis teks cerita pendek yang diajarkan
menggunakan metode pembelajaran think talk write dengan metode konvensional terhadap siswa
kelas XI
SMA Gita Bahari Semarang
tahun ajaran 2016/2017.
V.
Daftar Pustaka
Banung, Esallo Medri.
2014. “Keefektifan Penggunaan Strategi Think Talk Write Dalam
Keterampilan Menulis Slogan Pada Siswa Kelas VIII SMP N 1 Patebon Kabupaten
Kendal Tahun Ajaran 2013/2014”. Skripsi Universitas PGRI Semarang.
Fitriyani, Diyah. 2015. “Keefektifan Motode Think Talk Write Terhadap
Kemampuan Menulis Teks Berita Pada Siswa SMP Negeri 4 Pati Tahun Ajaran
2014/2015”. Skripsi Universitas PGRI Semarang.
Harjito.
2007. Melek Sastra Untuk 17 Tahun Ke Atas..
Semarang: Kontak Media.
Hartoko, Dick. 1992. Pengantar Ilmu Sastra. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama.
Huda, Miftahul. 2014. Model-Model Pengajaran Dan Pembelajaran.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Keraf, Gorys. 2004. Komposisi. Ende: Nusa Indah.
Keraf, Gorys. 2007. Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta: Gramedia
Pustaka Utama
Ngatmini,
dkk. 2012. Perencanaan Pembelajaran
Bahasa Indonesia. Semarang: IKIP Press.
Purba, Antilan. 2010. Sastra Indonesia Kontemporer.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
Suharso,
dan Ana Retnoningsis. 2005. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Semarang: Balai Widya Karya.
Sukmadinata, Nana
Syaodih. 2013. Metode Penelitian
Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Menulis
Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa.
No comments:
Post a Comment