Analisis Deiksis pada Teks Deskripsi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 32 Semarang
Dimas Indra Kartasasmita /14410087/ PBSI/ FPBS/ UPGRIS
Abstrak
Penelitian
ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis deiksis pada uraian teks siswa
kelas VII SMP Negeri 32 Semarang. Manfaat teoretis adalah sebagai bahan
pertimbangan untuk menambahkan khasanah dalam belajar bahasa indonesia. Selain
itu, penelitian ini berguna bagi para guru dan periset untuk mengetahui
gambaran deixis yang terdapat dalam teks deskripsi untuk menambahkan kosata dan
kata ganti yang sesuai dalam menyusun teks deskripsi.
Penelitian
ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah dokumentasi dengan memfotokopi teks deskripsi yang
digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7
April 2017 di SMP Negeri 32 Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
cerpen kelas VII SMP Negeri 32 Semarang yang berjumlah tiga teks. Dari hasil
penelitian ini ada beberapa jenis deiksis yang terdapat pada tiga teks
deskripsi dari tempat deixis, persona, anaphora dan kataphora.
Kata
Kunci : Analisis, Deiksis,
Teks
Deskripsi.
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Kajian
deiksis menurut Cahyono (2002: 217) merupakan kajian tentang suatu cara untuk
mengacu hakikat tertentu menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan
menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicara.
Deiksis berkaitan dengan ungkapan sesuatu yang menjadi acuan di dalam
komunikasi dengan menggunakan bahasa. Deiksis merupakan cara yang paling jelas
untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa
itu sendiri.
Deiksis merupakan bagian dari ruang lingkup pragmatik. Wijana (2001:1)
berpendapat bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur
bahasa secara eksternal yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam
komunikasi. Adapun Yule (2006: 3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi
tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh
pendengar (atau pembaca). Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa
pragmatik adalah studi yang mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur
yang terikat konteks. Konteks itu ialah lawan
bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi.
Bidang kajian pragmatik meliputi deiksis (penunjukan),
praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan analisis wacana. Meskipun banyak
bidang kajian pragmatik, tetapi peneliti lebih tertarik untuk membahas tentang deiksis.
Deiksis menurut Cahyono (1995: 217) ialah suatu cara untuk mengacu hakekat
tertentu menggunakan bahasa yang hanya ditafsirkan menurut makna yang diacu
oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Sehubungan dengan hal
tersebut penganalisisan deiksis pada teks deskripsi begitu penting sebab untuk
mempermudah dalam pemaknaannya.
Mata pelajaran kelas VII berdasarkan kurikuum 2013
adalah berbasis teks. Seperti penjelsan dari Mahsun (2014:8) bahwa teks
merupakan suatu proses social yang berorientasi pada suatu tujuan sosial.
Proses sosial tentu akan mengalami proses berjalan melalui suatu media yang
diyakini oleh seluruh masyarakat yakni bahasa. Maka suatu proses social bertransformasi
menjadi suatu bahasa yang digunakan berdasarkan tujuan tertentu. Sebuah tujuan
tersebut ada karena konteks tertentu dan sebuah konteks ada sangat banyak tentu
tekspun mengalami hal serupa. Dari jenis-jenis teks yang diajarkan pada kelas
VII, teks deskripsi merupakan salah satunya.
Teks deskripsi merupakan sebuah teks paragraf yang
berisikan penjelasan atau gambaran dari suatu objek, tempat, dan sebagainya
sesuai dengan topik yang disajikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui
topik yang dijelaskan atau digambarkan pada teks tersebut secara terperinci
serta jelas. dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian
teks deskripsi adalah teks yang berbentuk paragraf yang mendeskripsikan atau
menjelaskan tentang suatu objek, tempat, orang dan lain sebagainya. Dalam
menyusun teks deskripsi tentu menggunakan pemilihan deiksis tertentu
berdasarkan konteks tertentu. Deiksis harus disesuaikan dengan konteksnya agar
nanti pembaca dapat memahami isi teks deskripsi dengan mudah. Terkadang banyak
pemilihan deiksis yang kurang tepat. Haltersebutlah yang menjadi poin
penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, judul proposal skripsi
dalam penelitian ini “Analisis Deiksis Pada Teks Deskripsi Siswa Kelas Vii Smp
Negeri 32 Semarang.”
2. Rumusan
Masalah
Bagaimanakah analisis deiksis pada teks deskripsi siswa
kelas VII SMP Negeri 32 Semarang?
3. Tujuan
Penelitian
Mendeskripsikan analisis deiksis pada teks deskripsi
siswa kelas VII SMP Negeri 32 Semarang?
4. Manfaat
a.
Teoritis
1)
Penelitian
ini memberikan gambarakan bentuk deiksis pada teks deskripsi.
2)
Penelitian
ini dapat menambah ilmu penegtahuan di bidang kebahasaan.
3)
Penelitian
ini dapat menambahkkan pengetahuan dalam menentukan deiksis dalam menyusun teks
deskripsi.
b.
Praktis
1)
Manfaat
Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai penentuan deiksis
(kata ganti) yang tepat dalam menyusun teks deskripsi.
2)
Manfaat
bagi siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengatahuan mengenai deiksis yang nati
mampu berperan menunjang kualitas penulisan teks deskripsi.
c.
Manfaat
bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan
kurikulum dan pembelajaran di sekolah.
d.
Manfaat
bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang luas terutama dalam
bidang deiksis.
5. Landasan
Teori
a.
Deiksis
1.
Pengertian Deiksis
Deiksis
adalah kata atau frasa yang menunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang
telah dipakai atau yang akan diberikan menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan
bersifat deiksis apabila referensinya berpindah-pindah atau berganti ganti.
Dalam
berbahasa kata-kata atau frasa-frasa yang mengacuh kepada beberapa hal tersebut
penunjukannya berganti-ganti, tergantung pada siapa yang sedang berbicara,waktu
dan juga tempat dituturkannya kata-kata tersebut. Kata-kata (saya, dia, kamu)
merupakan kata-kata yang penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata
tersebut barulah dapat diketahui siapa, di mana, dan kapan kata-kata itu
diucapkan. Dalam kajian linguistik istilah penunjukan semacam itu disebut
DEIKSIS.
Kata
deiksis berasal dari kata yunani deiktikos yang berarti “hal yang menunjuk
secara langsung”. Dalam bahasa yunani, deiksis merupakan istilah teknis untuk
salah satu hal mendasar yang dilakukan dalam tuturan. Sedangkan istilah
deiktikos yang dipergunakan oleh tata
bahasa yunani dalam pengertian sekarang kita sebut kata ganti demonstratif.
Pengertian
deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis bisat diartikan sebagai
luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si
pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan
anafora merujuk pada tuturan baik yang mengacuh kata yang berada di belakang
maupun mengacuh kata yang berada di depan.
Contoh:
1.
Begitulah
isi sms yang dikirimkannya padaku
2. Hari ini bayar,
besok gratis.
3. Jika
Anda berkenan, di tempat ini Anda dapat menunggu saya dua jam lagi.
Kata-kata yang dicetak
miring dikategorikan sebagai dieksis.
a. Pada
kalimat (1) yang dimaksud dengan begitulah tidak bisa diketahui karena uraian
berikutnya tidak dijelaskan.
b. Pada
kalimat (2) kapan yang dimaksud dengan hari ini dan besok juga tidak jelas,
karena kalimat itu terpampang setiap hari di sebuah kafetaria.
c. Pada
kalimat (3) kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau pria,
begitu juga frasa di tempat ini lokasinya tidak jelas.
2. Jenis-Jenis
Deiksis
a. Deiksis
persona merupakan deiksis yang menunjukkan diri penutur. Orang yang sedang
berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila ia tidak
berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar, maka ia berganti memakai topeng
yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya
pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) diberi topeng yang disebut
persona ketiga. Bahasa Indonesia
mengenal pembagian kata ganti orang menjadi tiga yaitu, kata ganti orang
pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
Kata
ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti
bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan. Oleh karenanya, untuk
mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu
tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan
endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi
kalimat tidak langsung.
Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal
ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk
kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.
Berbeda
dengan kata ganti persona pertama dan kedua, kata ganti persona ketiga, baik
tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk
sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat
endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora (Setiawan, 1997: 9).
Deiksis
persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat
adalah deiksis jabaran. Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan
pembicara kepada dirinya sendiri, seperti saya, aku, kami, dan kita. Orang
kedua adalah kategori rujukan kepada seseorang (atau lebih) pendengar atau
siapa yang dituju dalam pembicaraan, seperti kamu, engkau, anda, dan kalian.
Orang ketiga adalah kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara dan
bukan pula pendengar, seperti dia, ia, beliau, -nya, dan mereka.
Contoh pemakaian deiksis
orang dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.
1) Mengapa
hanya saya yang diberi tugas berat seperti ini?
2) Saya
melihat mereka di pasar kemarin.
b. Deiksis
tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang
dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu (Agustina, 1995:45).
Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam
peristiwa bahasa. Semua bahasa -termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara
“yang dekat kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada pembicara”
(termasuk yang dekat kepada pendengar -di situ).
Dalam berbahasa,
orang akan membedakan antara di sini, di situ dan di sana. Hal ini dikarenakan
di sini lokasinya dekat dengan si pembicara, di situ lokasinya tidak dekat
pembicara, sedangkan di sana lokasinya tidak dekat dari si pembicara dan tidak
pula dekat dari pendengar. Purwo (1984:37) mengistilahkan dengan deiksis ruang
dan lebih banyak menggunakan kata penunjuk seperti dekat, jauh, tinggi, pendek,
kanan, kiri, dan di depan. Sedangkan Djajasudarma (2010:65) mengistilahkannya
dengan dieksis penunjuk.
c. Deiksis
waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu
yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (Agustina, 1995:46). Contoh
deiksis waktu adalah kemarin, lusa, besok, bulan ini, minggu ini, atau pada
suatu hari.
Kalimat-kalimat berikut
adalah contoh pemakaian dari kata penunjuk deiksis waktu.
1)
Gaji bulan ini tidak
seberapa yang diterimanya.
2) Saya
tidak dapat menolong Anda sekarang ini.
d. Deiksis
wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan
atau yang sedang dikembangkan (Agustina, 1995:47). Deiksis wacana ditunjukkan
oleh anafora dan katafora. Sebuah rujukan dikatakan bersifat anafora apabila
perujukan atau penggantinya merujuk kepada hal yang sudah disebutkan. Senada
dengan hal itu, Hasanuddin WS. (2009:70) menjelaskan bahwa anafora adalah hal
atau fungsi yang menunjuk kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan
sebelumnya dalam kalimat atau wacana.
Contoh kalimat yang
bersifat anafora dapat dilihat dalam kalimat berikut:
1) Wati
belum mendapatkan pekerjaan, padahal dia sudah diwisuda dua tahun yang lalu.
2) Joni
baru saja membeli mobil BMW. Warnanya merah dan harganya jangan ditanya.
Sebuah rujukan atau
referen dikatakan bersifat katafora jika rujukannya menunjuk kepada hal yang
akan disebutkan (Agustina, 1995:42).
Contoh kalimat yang
bersifat katafora dapat dilihat dalam kalimat berikut.
(a) Di
sini, digubuk tua ini mayat itu ditemukan.
(b) Setelah
dia masuk, langsung Toni memeluk adiknya.
e. Deiksis
sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara
pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan
yang dimaksud dalam pembicaraan itu (Agustina, 1995:50).
Contoh deiksis sosial
misalnya penggunaan kata mati, meninggal, wafat dan mangkat untuk menyatakan
keadaan meninggal dunia. Masing-masing kata tersebut berbeda pemakaiannya.
Begitu juga penggantian kata pelacur dengan tunasusila, kata gelandangan dengan
tunawisma, yang kesemuanya dalam tata bahasa disebut eufemisme (pemakaian kata
halus). Selain itu, deiksis sosial juga ditunjukkan oleh sistem honorifiks
(sopan santun berbahasa). Misalnya penyebutan pronomina persona (kata ganti
orang), seperti kau, kamu, dia, dan mereka, serta penggunaan sistem sapaan dan
penggunaan gelar.
Contoh pemakaian deiksis
sosial adalah pada kalimat berikut:
1) Apakah
saya bisa menemui Bapak hari ini?
2) Saya
harap Pak Haji berkenan memenuhi undangan saya.
b.
Teks
Deskripsi
Teks deskripsi merupakan sebuah teks paragraf yang berisikan penjelasan
atau gambaran dari suatu objek, tempat, dan sebagainya sesuai dengan topik yang
disajikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui topik yang dijelaskan
atau digambarkan pada teks tersebut secara terperinci serta jelas. dari
pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian teks deskripsi
adalah teks yang berbentuk paragraf yang mendeskripsikan atau menjelaskan
tentang suatu objek, tempat, orang dan lain sebagainya.
6. Tinjauan
Pustaka
Sumber penelitian terdahulu yang relevan untuk dikaji
dalam penelitianiini adalah penelitian mengenai “Deiksis dalam Tajuk Rencana
Harian Solopos tahun 2011 dan Sumbangannya
Terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK” (Aditya, 2012). Dslam
penelitian tersebut juga menganalsis deiksis pada teks. Perbedaannya dengan
penelitian ini yaitu dalam penelitian sebelumnya teks yang digunakan adalah
tajuk rencana, sedangkan pada penelitian ini teks yang digunakan yaitu teks
deskripsi.
7. Metode
Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif.
Penerapan penggunaan pendektan ini, yaitu analisis. Penelitian kualitatif
merupkana suatu penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena,
peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang
secara individual mupun kelompok (Sukamadinata, 2013: 50). Selain menggunakan
pendekatan keuitatif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif.
Pedndekatan deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang
ada.
8. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
1. Teks
Deskripsi Pertama
Ibuku
Ibu adalah seseorang yang
benar-benar dicinta dan disayang oleh anak dan keluargarnya. Sosok ibu di dunia ini pada dasarnya sama, yaitu
menyayangi dan mengasihi anak, suami, dan keluarganya. Namun, yang membedakan
ialah sifat yang ia
miliki diluar sifat menyayangi dan mengasihi. Ibu saya adalah orang yang paling saya sayangi dan cintai
di dunia ini. Ia
memiliki wajah yang cantik, rambut yang hitam bergelombang, dan senyum yang
manis. Ia juga memiliki sifat yang benar-benar membuat saya kagum dan bangga akan dirinya dan membuat saya
ingin menjadi seperti dirinya.
Ibu saya adalah seorang yang pandai.
Pernah ia bercerita
sewaktu muda, ibu saya selalu menjadi juara kelas dan menjadi orang yang pintar
di kelasnya sehingga banyak di puji oleh semua guru. Ia sangat rajin belajar walaupun keadaan nya
dahulu yang memprihatinkan, yaitu belajar hanya dengan cahaya lilin karena
persebaran listrik belum pada waktu itu belum merata. Hingga saat ini pun ibu saya
tetap pandai terutama dalam hal yang menyangkut tentang perekonomian. Meskipun
ia hanya seorang ibu rumah tangga, tetapi kepiawaiannya dalam mengatur dana
rumah tangga untuk semua pembayaran dan keperluan keluarga sangatlah
mengagumkan.
Selain itu, ibu saya adalah seorang
yang kuat dan pantang menyerah. Kondisi suaminya yang kurang sehat serta kondisi ekonomi
keluarga yang terkadang tidak selalu baik membuat ibu saya bekerja paruh waktu untuk membuat
perekonomian keluarga menjadi lebih baik. Jika satu pekerjaan dirasakannya
kurang berhasil untuk mencukupi kekurangan keluarga, ia pun mencoba pekerjaan
lain.
Pekerjaan apapun ia jalani selama
itu baik dan halal. Ia merelakan waktunya yang biasa ia gunakan untuk bermain
dengan anak untuk bekerja mencari tambahan nafkah bagi keluarga. Semua itu ia
lakukan demi keluarga yang ia sayangi dan cintai. Ibu saya adalah seseorang
yang mempunyai hati emas. Saya merasa beruntung memilikinya sebagai seseorang yang telah melahirkan
saya. Saya sangat menyayangi ibu saya.
Tabel
Data
No
|
Kata
|
Deiksis Persona
|
Deiksis Waktu
|
Deiksis Tempat
|
Deiksis Anafora
|
Deiksis Katafora
|
1.
|
Ia
|
V
|
|
|
|
|
2.
|
Nya
|
|
|
|
v
|
|
3.
|
Dunia ini
|
|
|
v
|
|
|
4.
|
Saya
|
V
|
|
|
|
|
5.
|
Paruh waktu
|
|
v
|
|
|
|
6.
|
Saat ini
|
|
v
|
|
|
|
2. Teks
Deskripsi Kedua
Kamar Tidurku yang Nyaman
Kamar tidurku sangatlah lebar dan nyaman. Ruangan itu memiliki luas
kira – kira sebesar 42 meter resegi. Di dalamnya terdapat satu tempat tidur dan meja belajar
yang diletakkan tepat di sebelah lemari pakaianku yang terbuat dari kayu jati. Tembok kamarku dicat dengan warna
biru muda yang melapisi seluruh bagian permukaan tembok kamarku. Pemilihan warna ini
dikarenakan warna ini sangat tenang dan memberikan efek rileksasi untuk
menghilangkan stress. Aku juga menggantung beberapa lukisan – lukisan yang
indah di tembok kamarku.
Selain itu, ada juga sebuah poster
gambar idolaku,
Albert Einstein yang aku
tempelkan bersebelahan dengan cermin besar. Cermin itu aku letakkan tepat di samping lemari
pakaianku. Untuk menambah suasana yang nyaman di dalam kamarku, aku
memasang sebuah air conditioner yang aku letakkan di dekat jendela sehingga aku
bisa mengatur kondisi kamarku sesuai dengan kondisi yang aku inginkan.
Bahkan aku juga menaruh beberapa hisan dekorasi minatur –
miniatur super hero seperti batman, superman, dan masih banyak lagi di sebelah
komputer yang aku letakkan di atas meja belajar. Selain itu karena kebetulan
aku pencinta Chelsea Football Club, aku memilih sprei yang bergambar logo klub
kesayanganku ini. Oleh karena itulah, kamarku sangatlah nyaman bagiku
sehingga aku bisa berlama – lama menghabisakan waktu di kamar baik untuk belajar
maupun hanya sekedar melepas lelah.
Tebel Data
No
|
Kata
|
Deiksis Persona
|
Deiksis Waktu
|
Deiksis Tempat
|
Deiksis Anafora
|
Deiksis Katafora
|
1.
|
Ku
|
v
|
|
|
|
|
2.
|
Rungan itu
|
|
|
V
|
|
|
3.
|
Disamping
|
|
|
V
|
|
|
3. Teks
Deskripsi Ketiga
Surau yang Tertinggalkan Zaman
Aku mengingat tempat ini dahulu adalah sebuah
wadah bagi diriku dan teman-teman untuk menimba ilmu agama. Aku juga masih mengingat
dengan jelas tempat ini, dahulu adalah tempat yang suci bagi kami untuk melaksanakan
segala aktivitas ibadah. Di beranda tempat ini berserakan serpihan lapukan
kayu, kotoran tikus, dan debu yang telah menebal. Di sebelah utara aku melihat sebuah bedug tua
yang masih berada di tempatnya.
Peyangga benda berbunyi keras itu terlihat berjuang keras untuk mengangkat
beban meskipun hanya dengan kaki-kaki yang amat rapuh. Dengan sekuat tenaga aku mengambil bedug dari
penyangga dan meletakkannya
di atas lantai beranda. Bedug besar itu bisa jatuh kapan saja dengan penyangga
rapuh itu. Aku tak
ingin siapapun teerluka karena tertimpa benda besar itu. Meskipun aku tahu,
mungkin saja tak akan ada seorang pun yang akan kemari.
Tabel Data
No
|
Kata
|
Deiksis Persona
|
Deiksis Waktu
|
Deiksis Tempat
|
Deiksis Anafora
|
Deiksis Katafora
|
1.
|
Aku
|
v
|
|
|
|
|
2.
|
Kemari
|
|
|
v
|
|
|
3.
|
Nya
|
|
|
|
V
|
|
4.
|
Sebelah utara
|
|
|
V
|
|
|
5.
|
Kami
|
V
|
|
|
|
|
9.
Simpulan
Dari
penelitian tersebut dapat disimpulkan bahw pada ketiga teks deskripsi yang
menjadi objek penelitian terdapat beberapa jenis deiksis di dalamnya. Namun,
deiksis-deiksis tersebut penyebaranya sangat minim dan yang terlihat dominan terdapat
di dalam teks deskripsi tersebut adalah deiksis persona. Hal tersebut juga
perlu menjadi perhatian bahwanya teks deskripsi yang disajikan sangat monoton.
Hal tersebut dipengaruhi terlalu amat sering penggunaan beberapa akata diulang
terus-menerus.
Daftar
Pustaka
Cahyono,
Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu
Bahasa. Surabaya. Airlangga University
Press.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Mahsun. 2014. Teks
dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.
Sudaryanto. 1993. Metode
dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta Wacana University Press.
Sugiyono. 2013 Metode
Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfa Beta
No comments:
Post a Comment