Laman

Saturday, June 17, 2017

Analisis Deiksis pada Teks Deskripsi
Siswa Kelas VII SMP Negeri 32 Semarang


Dimas Indra Kartasasmita /14410087/ PBSI/ FPBS/ UPGRIS

Abstrak
            Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan jenis-jenis deiksis pada uraian teks siswa kelas VII SMP Negeri 32 Semarang. Manfaat teoretis adalah sebagai bahan pertimbangan untuk menambahkan khasanah dalam belajar bahasa indonesia. Selain itu, penelitian ini berguna bagi para guru dan periset untuk mengetahui gambaran deixis yang terdapat dalam teks deskripsi untuk menambahkan kosata dan kata ganti yang sesuai dalam menyusun teks deskripsi.
            Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah dokumentasi dengan memfotokopi teks deskripsi yang digunakan sebagai objek penelitian. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 7 April 2017 di SMP Negeri 32 Semarang. Subjek dalam penelitian ini adalah siswa cerpen kelas VII SMP Negeri 32 Semarang yang berjumlah tiga teks. Dari hasil penelitian ini ada beberapa jenis deiksis yang terdapat pada tiga teks deskripsi dari tempat deixis, persona, anaphora dan kataphora.

Kata Kunci : Analisis, Deiksis, Teks Deskripsi.

A.    PENDAHULUAN
1.      Latar Belakang
            Kajian deiksis menurut Cahyono (2002: 217) merupakan kajian tentang suatu cara untuk mengacu hakikat tertentu menggunakan bahasa yang hanya dapat ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicara. Deiksis berkaitan dengan ungkapan sesuatu yang menjadi acuan di dalam komunikasi dengan menggunakan bahasa. Deiksis merupakan cara yang paling jelas untuk menggambarkan hubungan antara bahasa dan konteks dalam struktur bahasa itu sendiri.
            Deiksis merupakan bagian dari ruang lingkup pragmatik. Wijana (2001:1) berpendapat bahwa pragmatik adalah cabang ilmu bahasa yang mempelajari struktur bahasa secara eksternal yakni bagaimana satuan bahasa itu digunakan di dalam komunikasi. Adapun Yule (2006: 3) menyatakan bahwa pragmatik adalah studi tentang makna yang disampaikan oleh penutur (atau penulis) dan ditafsirkan oleh pendengar (atau pembaca). Dari dua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pragmatik adalah studi yang mempelajari makna yang disampaikan oleh penutur yang terikat konteks. Konteks itu ialah lawan bicara, tujuan pembicara, masalah yang dibicarakan, dan situasi.
            Bidang kajian pragmatik meliputi deiksis (penunjukan), praanggapan, implikatur, tindak bahasa, dan analisis wacana. Meskipun banyak bidang kajian pragmatik, tetapi peneliti lebih tertarik untuk membahas tentang deiksis. Deiksis menurut Cahyono (1995: 217) ialah suatu cara untuk mengacu hakekat tertentu menggunakan bahasa yang hanya ditafsirkan menurut makna yang diacu oleh penutur dan dipengaruhi oleh situasi pembicaraan. Sehubungan dengan hal tersebut penganalisisan deiksis pada teks deskripsi begitu penting sebab untuk mempermudah dalam pemaknaannya.
            Mata pelajaran kelas VII berdasarkan kurikuum 2013 adalah berbasis teks. Seperti penjelsan dari Mahsun (2014:8) bahwa teks merupakan suatu proses social yang berorientasi pada suatu tujuan sosial. Proses sosial tentu akan mengalami proses berjalan melalui suatu media yang diyakini oleh seluruh masyarakat yakni bahasa. Maka suatu proses social bertransformasi menjadi suatu bahasa yang digunakan berdasarkan tujuan tertentu. Sebuah tujuan tersebut ada karena konteks tertentu dan sebuah konteks ada sangat banyak tentu tekspun mengalami hal serupa. Dari jenis-jenis teks yang diajarkan pada kelas VII, teks deskripsi merupakan salah satunya.
            Teks deskripsi merupakan sebuah teks paragraf yang berisikan penjelasan atau gambaran dari suatu objek, tempat, dan sebagainya sesuai dengan topik yang disajikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui topik yang dijelaskan atau digambarkan pada teks tersebut secara terperinci serta jelas. dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian teks deskripsi adalah teks yang berbentuk paragraf yang mendeskripsikan atau menjelaskan tentang suatu objek, tempat, orang dan lain sebagainya. Dalam menyusun teks deskripsi tentu menggunakan pemilihan deiksis tertentu berdasarkan konteks tertentu. Deiksis harus disesuaikan dengan konteksnya agar nanti pembaca dapat memahami isi teks deskripsi dengan mudah. Terkadang banyak pemilihan deiksis yang kurang tepat. Haltersebutlah yang menjadi poin penelitian ini. Berdasarkan latar belakang tersebut, judul proposal skripsi dalam penelitian ini “Analisis Deiksis Pada Teks Deskripsi Siswa Kelas Vii Smp Negeri 32 Semarang.”   
2.      Rumusan Masalah
Bagaimanakah analisis deiksis pada teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 32 Semarang?

3.      Tujuan Penelitian
Mendeskripsikan analisis deiksis pada teks deskripsi siswa kelas VII SMP Negeri 32 Semarang?
4.      Manfaat
a.       Teoritis
1)      Penelitian ini memberikan gambarakan bentuk deiksis pada teks deskripsi.
2)      Penelitian ini dapat menambah ilmu penegtahuan di bidang kebahasaan.
3)      Penelitian ini dapat menambahkkan pengetahuan dalam menentukan deiksis dalam menyusun teks deskripsi.
b.      Praktis
1)      Manfaat Bagi Guru
Penelitian ini dapat dijadikan referensi mengenai penentuan deiksis (kata ganti) yang tepat dalam menyusun teks deskripsi.
2)      Manfaat bagi siswa
Penelitian ini dapat memberikan pengatahuan mengenai deiksis yang nati mampu berperan menunjang kualitas penulisan teks deskripsi.
c.       Manfaat bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan untuk mengembangkan kurikulum dan pembelajaran di sekolah.
d.      Manfaat bagi peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan yang luas terutama dalam bidang deiksis.
5.      Landasan Teori
a.       Deiksis
1.      Pengertian Deiksis
            Deiksis adalah kata atau frasa yang menunjuk kepada kata, frasa, atau ungkapan yang telah dipakai atau yang akan diberikan menjelaskan bahwa sebuah kata dikatakan bersifat deiksis apabila referensinya berpindah-pindah atau berganti ganti.
            Dalam berbahasa kata-kata atau frasa-frasa yang mengacuh kepada beberapa hal tersebut penunjukannya berganti-ganti, tergantung pada siapa yang sedang berbicara,waktu dan juga tempat dituturkannya kata-kata tersebut. Kata-kata (saya, dia, kamu) merupakan kata-kata yang penunjukannya berganti-ganti. Rujukan kata-kata tersebut barulah dapat diketahui siapa, di mana, dan kapan kata-kata itu diucapkan. Dalam kajian linguistik istilah penunjukan semacam itu disebut DEIKSIS.
            Kata deiksis berasal dari kata yunani deiktikos yang berarti “hal yang menunjuk secara langsung”. Dalam bahasa yunani, deiksis merupakan istilah teknis untuk salah satu hal mendasar yang dilakukan dalam tuturan. Sedangkan istilah deiktikos  yang dipergunakan oleh tata bahasa yunani dalam pengertian sekarang kita sebut kata ganti demonstratif.
            Pengertian deiksis dibedakan dengan pengertian anafora. Deiksis bisat diartikan sebagai luar tuturan, dimana yang menjadi pusat orientasi deiksis senantiasa si pembicara, yang tidak merupakan unsur di dalam bahasa itu sendiri, sedangkan anafora merujuk pada tuturan baik yang mengacuh kata yang berada di belakang maupun mengacuh kata yang berada di depan.
Contoh:
1.      Begitulah isi sms yang dikirimkannya padaku
2.      Hari ini bayar, besok gratis.
3.      Jika Anda berkenan, di tempat ini Anda dapat menunggu saya dua jam lagi.
Kata-kata yang dicetak miring dikategorikan sebagai dieksis.
a.       Pada kalimat (1) yang dimaksud dengan begitulah tidak bisa diketahui karena uraian berikutnya tidak dijelaskan.
b.      Pada kalimat (2) kapan yang dimaksud dengan hari ini dan besok juga tidak jelas, karena kalimat itu terpampang setiap hari di sebuah kafetaria.
c.       Pada kalimat (3) kata Anda tidak jelas rujukannya, apakah seorang wanita atau pria, begitu juga frasa di tempat ini lokasinya tidak jelas.
2.      Jenis-Jenis Deiksis
a.       Deiksis persona merupakan deiksis yang menunjukkan diri penutur. Orang yang sedang berbicara mendapat peranan yang disebut persona pertama. Apabila ia tidak berbicara lagi dan kemudian menjadi pendengar, maka ia berganti memakai topeng yang disebut persona kedua. Orang yang tidak hadir dalam tempat terjadinya pembicaraan (tetapi menjadi bahan pembicaraan) diberi topeng yang disebut persona ketiga.  Bahasa Indonesia mengenal pembagian kata ganti orang menjadi tiga yaitu, kata ganti orang pertama, orang kedua, dan orang ketiga.
      Kata ganti persona pertama dan kedua rujukannya bersifat eksoforis. Hal ini berarti bahwa rujukan pertama dan kedua pada situasi pembicaraan. Oleh karenanya, untuk mengetahui siapa pembicara dan lawan bicara kita harus mengetahui situasi waktu tuturan itu dituturkan. Apabila persona pertama dan kedua akan dijadikan endofora, maka kalimatnya harus diubah, yaitu dari kalimat langsung menjadi kalimat tidak langsung.
      Bentuk pronomina persona pertama jamak bersifat eksofora. Hal ini dikarenakan bentuk tersebut, baik yang berupa bentuk kita maupun bentuk kami masih mengandung bentuk persona pertama tunggal dan persona kedua tunggal.
      Berbeda dengan kata ganti persona pertama dan kedua, kata ganti persona ketiga, baik tunggal, seperti bentuk dia, ia, -nya maupun bentuk jamak, seperti bentuk sekalian dan kalian, dapat bersifat endofora dan eksofora. Oleh karena bersifat endofora, maka dapat berwujud anafora dan katafora (Setiawan, 1997: 9).
      Deiksis persona merupakan deiksis asli, sedangkan deiksis waktu dan deiksis tempat adalah deiksis jabaran. Dalam sistem ini, orang pertama ialah kategori rujukan pembicara kepada dirinya sendiri, seperti saya, aku, kami, dan kita. Orang kedua adalah kategori rujukan kepada seseorang (atau lebih) pendengar atau siapa yang dituju dalam pembicaraan, seperti kamu, engkau, anda, dan kalian. Orang ketiga adalah kategori rujukan kepada orang yang bukan pembicara dan bukan pula pendengar, seperti dia, ia, beliau, -nya, dan mereka.
Contoh pemakaian deiksis orang dapat dilihat dalam kalimat-kalimat berikut.
1)      Mengapa hanya saya yang diberi tugas berat seperti ini?
2)      Saya melihat mereka di pasar kemarin.
b.      Deiksis tempat adalah pemberian bentuk kepada lokasi ruang atau tempat yang dipandang dari lokasi pemeran serta dalam peristiwa berbahasa itu (Agustina, 1995:45). Deiksis tempat ialah pemberian bentuk pada lokasi menurut peserta dalam peristiwa bahasa. Semua bahasa -termasuk bahasa Indonesia- membedakan antara “yang dekat kepada pembicara” (di sini) dan “yang bukan dekat kepada pembicara” (termasuk yang dekat kepada pendengar -di situ).
     Dalam berbahasa, orang akan membedakan antara di sini, di situ dan di sana. Hal ini dikarenakan di sini lokasinya dekat dengan si pembicara, di situ lokasinya tidak dekat pembicara, sedangkan di sana lokasinya tidak dekat dari si pembicara dan tidak pula dekat dari pendengar. Purwo (1984:37) mengistilahkan dengan deiksis ruang dan lebih banyak menggunakan kata penunjuk seperti dekat, jauh, tinggi, pendek, kanan, kiri, dan di depan. Sedangkan Djajasudarma (2010:65) mengistilahkannya dengan dieksis penunjuk.
c.       Deiksis waktu adalah pengungkapan atau pemberian bentuk kepada titik atau jarak waktu yang dipandang dari waktu sesuatu ungkapan dibuat (Agustina, 1995:46). Contoh deiksis waktu adalah kemarin, lusa, besok, bulan ini, minggu ini, atau pada suatu hari.
Kalimat-kalimat berikut adalah contoh pemakaian dari kata penunjuk deiksis waktu.
1)      Gaji bulan ini tidak seberapa yang diterimanya.
2)      Saya tidak dapat menolong Anda sekarang ini.
d.      Deiksis wacana adalah rujukan kepada bagian-bagian tertentu dalam wacana yang telah diberikan atau yang sedang dikembangkan (Agustina, 1995:47). Deiksis wacana ditunjukkan oleh anafora dan katafora. Sebuah rujukan dikatakan bersifat anafora apabila perujukan atau penggantinya merujuk kepada hal yang sudah disebutkan. Senada dengan hal itu, Hasanuddin WS. (2009:70) menjelaskan bahwa anafora adalah hal atau fungsi yang menunjuk kembali kepada sesuatu yang telah disebutkan sebelumnya dalam kalimat atau wacana.
Contoh kalimat yang bersifat anafora dapat dilihat dalam kalimat berikut:
1)      Wati belum mendapatkan pekerjaan, padahal dia sudah diwisuda dua tahun yang lalu.
2)      Joni baru saja membeli mobil BMW. Warnanya merah dan harganya jangan ditanya.
Sebuah rujukan atau referen dikatakan bersifat katafora jika rujukannya menunjuk kepada hal yang akan disebutkan (Agustina, 1995:42).

Contoh kalimat yang bersifat katafora dapat dilihat dalam kalimat berikut.
(a)    Di sini, digubuk tua ini mayat itu ditemukan.
(b)   Setelah dia masuk, langsung Toni memeluk adiknya.
e.       Deiksis sosial adalah mengungkapkan atau menunjukkan perbedaan ciri sosial antara pembicara dan lawan bicara atau penulis dan pembaca dengan topik atau rujukan yang dimaksud dalam pembicaraan itu (Agustina, 1995:50).
Contoh deiksis sosial misalnya penggunaan kata mati, meninggal, wafat dan mangkat untuk menyatakan keadaan meninggal dunia. Masing-masing kata tersebut berbeda pemakaiannya. Begitu juga penggantian kata pelacur dengan tunasusila, kata gelandangan dengan tunawisma, yang kesemuanya dalam tata bahasa disebut eufemisme (pemakaian kata halus). Selain itu, deiksis sosial juga ditunjukkan oleh sistem honorifiks (sopan santun berbahasa). Misalnya penyebutan pronomina persona (kata ganti orang), seperti kau, kamu, dia, dan mereka, serta penggunaan sistem sapaan dan penggunaan gelar.
Contoh pemakaian deiksis sosial adalah pada kalimat berikut:
1)      Apakah saya bisa menemui Bapak hari ini?
2)      Saya harap Pak Haji berkenan memenuhi undangan saya.
b.      Teks Deskripsi
Teks deskripsi merupakan sebuah teks paragraf yang berisikan penjelasan atau gambaran dari suatu objek, tempat, dan sebagainya sesuai dengan topik yang disajikan kepada pembaca agar pembaca dapat mengetahui topik yang dijelaskan atau digambarkan pada teks tersebut secara terperinci serta jelas. dari pernyataan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian teks deskripsi adalah teks yang berbentuk paragraf yang mendeskripsikan atau menjelaskan tentang suatu objek, tempat, orang dan lain sebagainya.
6.      Tinjauan Pustaka
Sumber penelitian terdahulu yang relevan untuk dikaji dalam penelitianiini adalah penelitian mengenai “Deiksis dalam Tajuk Rencana Harian  Solopos tahun 2011 dan Sumbangannya Terhadap Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMK” (Aditya, 2012). Dslam penelitian tersebut juga menganalsis deiksis pada teks. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu dalam penelitian sebelumnya teks yang digunakan adalah tajuk rencana, sedangkan pada penelitian ini teks yang digunakan yaitu teks deskripsi.
7.      Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Penerapan penggunaan pendektan ini, yaitu analisis. Penelitian kualitatif merupkana suatu penelitian yang mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual mupun kelompok (Sukamadinata, 2013: 50). Selain menggunakan pendekatan keuitatif, penelitian ini juga menggunakan pendekatan deskriptif. Pedndekatan deskriptif berusaha menggambarkan dan menginterpretasikan apa yang ada.
8.      Hasil Penelitian dan Pembahasan
1.      Teks Deskripsi Pertama
Ibuku

            Ibu adalah seseorang yang benar-benar dicinta dan disayang oleh anak dan keluargarnya. Sosok ibu di dunia ini pada dasarnya sama, yaitu menyayangi dan mengasihi anak, suami, dan keluarganya. Namun, yang membedakan ialah sifat yang ia miliki diluar sifat menyayangi dan mengasihi. Ibu saya adalah orang yang paling saya sayangi dan cintai di dunia ini. Ia memiliki wajah yang cantik, rambut yang hitam bergelombang, dan senyum yang manis. Ia juga memiliki sifat yang benar-benar membuat saya kagum dan bangga akan dirinya dan membuat saya ingin menjadi seperti dirinya.  

            Ibu saya adalah seorang yang pandai. Pernah ia bercerita sewaktu muda, ibu saya selalu menjadi juara kelas dan menjadi orang yang pintar di kelasnya sehingga banyak di puji oleh semua guru. Ia sangat rajin belajar walaupun keadaan nya dahulu yang memprihatinkan, yaitu belajar hanya dengan cahaya lilin karena persebaran listrik belum pada waktu itu belum merata. Hingga saat ini pun ibu saya tetap pandai terutama dalam hal yang menyangkut tentang perekonomian. Meskipun ia hanya seorang ibu rumah tangga, tetapi kepiawaiannya dalam mengatur dana rumah tangga untuk semua pembayaran dan keperluan keluarga sangatlah mengagumkan.
 
            Selain itu, ibu saya adalah seorang yang kuat dan pantang menyerah. Kondisi suaminya yang kurang sehat serta kondisi ekonomi keluarga yang terkadang tidak selalu baik membuat ibu saya bekerja paruh waktu untuk membuat perekonomian keluarga menjadi lebih baik. Jika satu pekerjaan dirasakannya kurang berhasil untuk mencukupi kekurangan keluarga, ia pun mencoba pekerjaan lain. 

            Pekerjaan apapun ia jalani selama itu baik dan halal. Ia merelakan waktunya yang biasa ia gunakan untuk bermain dengan anak untuk bekerja mencari tambahan nafkah bagi keluarga. Semua itu ia lakukan demi keluarga yang ia sayangi dan cintai. Ibu saya adalah seseorang yang mempunyai hati emas. Saya merasa beruntung memilikinya sebagai seseorang yang telah melahirkan saya. Saya sangat menyayangi ibu saya.

Tabel Data
No
Kata
Deiksis Persona
Deiksis Waktu
Deiksis Tempat
Deiksis Anafora
Deiksis Katafora
1.
Ia
V




2.
Nya



v

3.
Dunia ini


v


4.
Saya
V




5.
Paruh waktu

v



6.
Saat ini

v




2.      Teks Deskripsi Kedua
Kamar Tidurku yang Nyaman
            Kamar tidurku sangatlah lebar dan nyaman. Ruangan itu memiliki luas kira – kira sebesar 42 meter resegi. Di dalamnya terdapat satu tempat tidur dan meja belajar yang diletakkan tepat di sebelah lemari pakaianku yang terbuat dari kayu jati. Tembok kamarku dicat dengan warna biru muda yang melapisi seluruh bagian permukaan tembok kamarku. Pemilihan warna ini dikarenakan warna ini sangat tenang dan memberikan efek rileksasi untuk menghilangkan stress. Aku juga menggantung beberapa lukisan – lukisan yang indah di tembok kamarku. 
            Selain itu, ada juga sebuah poster gambar idolaku, Albert Einstein yang aku tempelkan bersebelahan dengan cermin besar. Cermin itu aku letakkan tepat di samping lemari pakaianku. Untuk menambah suasana yang nyaman di dalam kamarku, aku memasang sebuah air conditioner yang aku letakkan di dekat jendela sehingga aku bisa mengatur kondisi kamarku sesuai dengan kondisi yang aku inginkan. 
            Bahkan aku juga menaruh beberapa hisan dekorasi minatur – miniatur super hero seperti batman, superman, dan masih banyak lagi di sebelah komputer yang aku letakkan di atas meja belajar. Selain itu karena kebetulan aku pencinta Chelsea Football Club, aku memilih sprei yang bergambar logo klub kesayanganku ini. Oleh karena itulah, kamarku sangatlah nyaman bagiku sehingga aku bisa berlama – lama menghabisakan waktu di kamar baik untuk belajar maupun hanya sekedar melepas lelah.
Tebel Data
No
Kata
Deiksis Persona
Deiksis Waktu
Deiksis Tempat
Deiksis Anafora
Deiksis Katafora
1.
Ku
v




2.
Rungan itu


V


3.
Disamping


V



3.      Teks Deskripsi Ketiga
Surau yang Tertinggalkan Zaman
            Aku mengingat tempat ini dahulu adalah sebuah wadah bagi diriku dan teman-teman untuk menimba ilmu agama. Aku juga masih mengingat dengan jelas tempat ini, dahulu adalah tempat yang suci bagi kami untuk melaksanakan segala aktivitas ibadah. Di beranda tempat ini berserakan serpihan lapukan kayu, kotoran tikus, dan debu yang telah menebal. Di sebelah utara aku melihat sebuah bedug tua yang masih berada di tempatnya. Peyangga benda berbunyi keras itu terlihat berjuang keras untuk mengangkat beban meskipun hanya dengan kaki-kaki yang amat rapuh. Dengan sekuat tenaga aku mengambil bedug dari penyangga dan meletakkannya di atas lantai beranda. Bedug besar itu bisa jatuh kapan saja dengan penyangga rapuh itu. Aku tak ingin siapapun teerluka karena tertimpa benda besar itu. Meskipun aku tahu, mungkin saja tak akan ada seorang pun yang akan kemari.
Tabel Data
No
Kata
Deiksis Persona
Deiksis Waktu
Deiksis Tempat
Deiksis Anafora
Deiksis Katafora
1.
Aku
v




2.
Kemari


v


3.
Nya



V

4.
Sebelah utara


V


5.
Kami
V




9.      Simpulan
Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahw pada ketiga teks deskripsi yang menjadi objek penelitian terdapat beberapa jenis deiksis di dalamnya. Namun, deiksis-deiksis tersebut penyebaranya sangat minim dan yang terlihat dominan terdapat di dalam teks deskripsi tersebut adalah deiksis persona. Hal tersebut juga perlu menjadi perhatian bahwanya teks deskripsi yang disajikan sangat monoton. Hal tersebut dipengaruhi terlalu amat sering penggunaan beberapa akata diulang terus-menerus.


Daftar Pustaka

Cahyono, Bambang Yudi. 1995. Kristal-Kristal Ilmu Bahasa. Surabaya. Airlangga             University Press.
Chaer, Abdul. 2006. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Rineka   Cipta.
Mahsun. 2014. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013. Jakarta:       PT Rajagrafindo Persada.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Yogyakarta: Duta   Wacana University Press.
Sugiyono. 2013 Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R&D. Bandung: Alfa Beta


No comments:

Post a Comment