Laman

Saturday, June 17, 2017

 Analisis Kesalahan Kohesi dan Koherensi dalam Teks Eksposisi Kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Tahun Ajaran 2017/2018


Selpina Tekege/14410104/6c/pbsi/fpbs/upgris

Abstrak
Artikel ini berjudul “Analisis Kesalahan Kohesi dan Koherensi Dalam Teks Eksposisi Kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire”. Penelitian ini dilakukan dengan cara mendeskripikan. Adapun permasalahannya adalah terdapat banyak kesalahan dalam menempatkan kata dalam penulisan. Dengan adanya permasalaha itu penulis mencoba meneliti secara garis besar tentang kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa agar menjadi pembelajaran untuk siswa dalam menulis dan menjadi pegangan guru dalam mengajar. Kohesi dan koherensi merupakan keterkaitan makna antara kata dan kata, kata dan kalimat dan kalimat dan kalimat. Untuk menghasilkan sebuah teks yang menarik perluh mengetahui kapan dan dimana seharusnya suatu kata itu ditempatkan karena ketidakkoherensian suatu kalimat memunculkan makna yang ganda.

Kata Kunci: Analisis. Kohesi, dan koherensi

I.         Pendahuluan


A.      Latar Belakang
    Menulis merupakan salah satu dari empat keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam menulis tidak pernah terlepas dari yang namanya keterpaduan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain. Menulis bukan sesuatu hal yang mudah. Untuk menghasilkan suatu kalimat yang sesuai dengan kaidah tulis, butuh penyesuaian dan perhatian yang khusus. Memantau dan mengawasih agar tidak terjadi kesalahan dalam suatu tulisan tersebut. Salah satunya menulis yang dilakukan di kalangan sekolah dalam suatu pembelajaran.
Dari sekian banyak teks yang harus dikuasai oleh siswa, salah satunya adalah teks eksposisi. Melalui teks eskposisi siswa dapat menuliskan sesuatu rangkuman atau apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut. Siswa dapat menyusun sebuah rangkaian ide secara runtut logis dan dapat mengaitkan kata demi kata, kalimat demi kalimat secara baik dan benar.
Sebuah teks yang baik harus mempunyai kesatuan, penyatuan dan kecukupan pengembangan. Kesatuan ditimbulkan oleh kalimat-kalimat yang mendukung pikiran pokok yang ada dalam teks tersebut, sedangkan penyatuan merupakan proses hubungan yang membentuk hubungan yang serasi antarkalimat dalam sebuah teks. Setelah ada kesatuan dan penyatuan, sebuah teks perlu dikembangkan dengan pola pengembangan tertentu. Dengan demikian, teks akan menjadi wacana yang utuh dan mudah dipahami.
Paragraf eksposisi biasanya digunakan untuk menyajikan pengetahua atau ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan, metode, cara dan proses terjadinya sesuatu Nasucha (2009:50). Mau atau tidak, teks ini harus dikusai oleh siswa. Dalam menuliskan, dilihat dari gagasan yang dicurahkan sering tidak koheren dan meloncat-loncat dalam menghubungkan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi paragraf, dan paragraf menjadi sebuah wacana. Meskipun makna yang disampaikan sudah cukup terang, dan tulisannya cukup rapi, tetapi suatu karangan tertulis dituntut harus baik dan sedapat mungkin tanpa kesalahan.
Dalam berbahasa secara tertulis, seseorang idealnya memiliki kemampuan-kemampuan yang lebih daripada seseorang yang berbahasa secara lisan. Kemampuan-kemampuan yang dimaksud antara lain menyangkut pemakaian ejaan, struktur kalimat, kosakata, dan penyusunan paragraf agar terlihat kekoherensian antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainpula. Hal tersebut dimaksudkan agar penulis tetap dapat menyampaikan ide atau gagasannya kepada pembaca dan dapat dipahami secara tepat dengan tidak mengabaikan kaidah kebahasaan.
Mengingat bahwa kelas X tersebut masih dalam taraf pembelajaran, pastilah siswa mengalami banyak kendala dalam menulis sebuah teks. Baik tentang kosakatanya yang masih sangat minim, sulitnya menuangkan gagasan atau ide, dan lain sebagainya. Pengalaman guru dalam mengoreksi hasil tulisan siswa, ternyata hasilnya masih belum memuaskan. Masih terlihat dalam hasil teks yang diproduksi. Siswa tersebut masih kesulitan dalamnya. Hal itu disampaikan oleh guru kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire saat ditanyakan melalui via telpon.
     Fenomena seperti itu mendorong penulis untuk menganalis lebih jauh tentang letak kesalahan yang dilakukan oleh sisiwa dalam memproduksi teks eksposisi. Pada penelitian ini hanya dikhususkan pada kesalahan kohesi dan koherensi dalam teks eksposisi yang diproduksi oleh siswa. Dengan penelitian ini akan diketahui kesalahan dalam penggunaan kohesi dan koherensi agar dapat diketahui kemampuan siswa dalam menuliskan teks di dalam pembelajaran.


B.       Rumusan Masalah
     Bagimana wujud kesalahan kohesi dan koherensi dalam penulisan teks eksposisi kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire?
C.  Tujuan Penelitian
     Artikel ini dibuat untuk mendeskripsikan kesalahan kohesi dan koherensi dalam penulisan teks eksposisi kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.
D.  Manfaat Penelitian
     Semoga artikel ini memberikan sebuah sumbagsih ilmu dalam bidan wacana bahasa indonesia terlebih dalam kohesi dan koherensi agar menjadi bekal untuk guru dalam mengajar, bekal siswa dalam memahami dan dapat memberika pengalaman yang berharga untuk penulis.
F.  Landasan Teori
1. Analisis kesalahan
     Analisis kesalahan menurut Cristal (via Pateda, 1978: 32) merupakan suatu teknik untuk mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar bahasa dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan linguistik. Menurut Parera (1993:7), analisis kesalahan dapat dilaksanakan untuk :
a)        menemukan seberapa baik dan benar seseorang mengetahui bahasa ajaran;
b)        mengetahui bagaimana seseorang belajar bahasa;
c)        memperoleh informasi tentang kesulitan biasa dalam belajar bahasa sebagai salah satu sarana dalam pengajaran atau penyiapan materi pelajaran.
     Menurut Ellis (via Tarigan, 1988: 300) mengatakan bahwa analisis kesalahan adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut. Penelitian tersebut mencakup pengumpulan sampel, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel itu, pendeskripsian kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan serta pengevaluasian keseriusannya
2. Kohesi
Menurut Gutwinsky yang ditulis dalam buku Pengajaran Wacana oleh Hendri Guntur(1987:95), kohesi merupakan padu dan padat untuk menghasilkan tuturan. Hal itu berarti bahwa kohesi adalah hubungan antar kalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam trata leksikal tertentu. Sependapat dengan itu, Tariagan(1987:96) mengemukakan bahwa kohesi atau keterpaduan wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana.
Halliday dan Hasan pada tahun 1976 telah mengemukakan sarana kohesif. Hal tersebut dikemukakan dalam karya mereka choesion in english. Ada lima kategori
1. Pronomina
2. Subtitusi
3. Elipsis
4. Konjungsi
5. Leksikal
3. Koherensi
   Jika dilihat dari pengertian kohesi yang diutarakan dalam KBBI oleh Webster, (1987:352), kohesi dan koherensi dapat disimpulkan tidak jauh beda. Saling menunjang, saling berkaitan, ibarat dua sisi pada satu mata uang. Menurut Wohl yang di tuliskan oleh Tarigan, koherensi adalah pengaturan secara rapih kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya.
     Adapun beberapa sarana penghubung kohesi menurut Tarigan (2009:100) yaitu penambahan, rentetan, keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan, pertentangan, hasil, contoh, kesejajaran, tempat dan waktu

II. Metode Penelitian


A. Desain Penelitian
     Penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Moleong(2012: 6) penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B. Subjek dan Objek Penelitian
     Penelitian ini menggunakan teks eksposisi produksi siswa kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire sebagai subjek penelitian. Teks yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks eksposisi. Diambil salah satu kelas dari empat kelas X dan dari 15 peserta didik dapat diambil 10 karya peserta didik yang sudah terkumpul.
C. Teknik Pengumpulan Data
     Pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat. Metode simak digunakan dengan cara peneliti membaca langsung karangan siswa kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data secara konkret. Selanjutnya, data yang diperoleh dicatat dalam kartu data dengan menggunakan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135).
D. Instrumen Penelitian
     Instrumen penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen pengumpul data dan instrumen analisis data. Instrumen pengumpul data yang berupa angket terkait kriteria-kriteria kesalahan yang dikuasai oleh penulis dan instrumen analisis data adalah human instrument yaitu peneliti sendiri yang berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul data, penganalisis, penafsir data, sampai pada tahap pelaporan hasil penelitian.      
F. Teknik Analisis Data
     Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tersebut adalah sebagai berikut.
1.        Menandai semua kesalahan kalimat yang dijumpai dalam karangan siswa.
2.        Mengelompokkan data sesuai jenis kesalahannya.
3.        Menganalisis kesalahan kalimat dengan cara mendeskripsikan kesalahan   kalimat dengan menunjukkan kesalahannya dan menunjukkan bentuk-bentuk yang benar.



III. Hasil Penelitian dan Pembahasan
     Kesalahan dalam menulis tentu terdapat di mana saja dalam bentuk apapun karena bahasa pada hakekatnya beraneka ragam. Penggunaan bahasa dikatakan benar atau salah dapat dilihat dari suatu produk tulisan oleh seseorang setelah mengamati. Hal-hal tersebut terjadi karena berbagai alasan yang tanpa disadari oleh penulis. Biasanya seperti itu terjadi bukan hanya dikalangan siswa namun pada seluruh masyarakat. Namun dalam konteks ini, sesuai dengan judul yang diambil, saya hanya fokuskan pada teks eksposisi yang diproduksi oleh siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire. Untuk menangani akan masalah itu, perluh adanya penelitian lanjut.
     Kriteria kesalahan penggunaan alat kohesi yang digunakan sebagai pembahasan dalam penelitian ini meliputi kohesi dan koherensi. Dalam menganalisis artikel ini hanya mengabil, mengumpulkan dan menganalisis yang seperluhnya saja. Jika dalam teks tersebut kriteria yang digunakan dari terori tidak ada maka penulis tidak menuliskan.:
    Kesalahan penggunaa kohesi yang digunakan sebagai instrumen dalam mengumpulkan data guna menganalisis kesalahan pada piranti kohesi ini antara lain:
1.        kesalahan penggunaan konjungsi, yaitu penggunaan kata sambung, perangkai, atau penghubung yang tidak tepat dan tidak sesuai antara kata dengan kata, frasa    frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan seterusnya;
        “proses belajar mengajar membutuhkan sebuah lingkungan yang sehat. Namun, kenyataannya apa yang dipikirkan dan dibutuhkan oleh orang tidak selalu terpenuhi.”
        Kutipan diatas merupakan sebuah kutipan yang menunjukkan kesalahan dalan penggunaan konjungsi. Atau yang dituliskan di dalam kalimat tersebut merupakan sebuah kalimat yang menunjukkan konjungsi pilihan atau alternatif. Sementara dalam kalimat di atas membutuhkan konjungsi dan sebagai penambahan atau adiktif.
        Yang seharusnya tertulis dalam kutipan di atas agar terlihat koheren atau enak dibaca adalah “proses belajar mengajar membutuhkan sebuah lingkungan yang sehat. Namun, kenyataannya tidak selalu sejalan dengan apa yang dipikir dan dibutuhkan.”
         Konjungsi memiliki banyak fungsi. Hal paling sering terjadi kesalahan adalah dalam penggunaan konjungsi. Hal ini terjadi karena siswa kurang mampu menalar. Dapat dibuktikan dengan kesalahan yang ditemukan. Penggunahan konjungsi penambahan kembali terdapat dalam teks yang diproduksi siswa ini. “HP merupakan salah satu alat komunikasih yang diciptakan untuk mempermudah informasih. Bukan hanya digunakan untuk telpon tapi dengan adanya HP dapat mengakses pelajaran” kutipan tersebut terlihat tidak koheren karena penghilangan kata yang tidak seharusnya terjadi. Untuk lebih memperjelas, kalimat itu menjadi “HP merupakan salah satu alat komunikasih yang diciptakan untuk mempermudah informasih. Adanya hp bukan hanya digunakan untuk telpon sekedar mempermudah informasih melainkan, dapat mengakses pelajaran.” kalimat tersebut lebih bisa diterima dibandingan kalimat yang diawal.
2.        kesalahan penggunaan repetisi, yaitu pemakaian kata yang sama atau hampir sama secara berulang namun dalam pemakaiannya tidak tepat;
        “orang tua dalah segalanya bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.” dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena penggunaan kata yang berulang.
         Yang seharusnya dituliskan oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih dalam mendukun pendidikan anaknya.”
3.        kesalahan penggunaan subtitusi, yaitu ketidaktepatan penggantian unsur bahasa oleh unsur lain;
        Subtitusi kata lainnya adalah penambahan atau pergantian. Menambahkan beberapa kata yang memperjelas maksud. Hal ini dalam teks boleh ada dan tidak. Jika ada, seorang penulis harus menempatnya pada tempatnya dan telitih. Karena hal sepeleh seperti ini membuat pembaca sulit untuk memahami sepenunya.
        “orang tua dalah segalanya bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.” dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena penghilangan yang tidak seharusnya ada.
        Kalimat tersebut seharusnya menjadi “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan segalanya terlbih dalam pendidikan anak-anaknya.” Kalimat inilebih jelas dan lebih enak dan lebih komplesk untuk dipahami. Karena ukuran kalimat yang baik itu dapat dilihat juga dari S, P, O, K nya. Yang artinya SPOK adalah terdapat keterangan yang dapat memperjelas agar pembaca menangkap langsung apa yang dimaksud.
        Yang seharusnya dituliskan oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih dalam mendukun pendidikan anaknya.
4.        kesalahan penggunaan elipsis, yaitu penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain yang tidak tepat;
        “Helm merupakan salah satu alat pelindung saat berkendara. Bukan hanya melindungi dari terik mata hari namun, dari kecelakaan.” Kesalahan dalam penggunaan repitisi kembali dilakukan oleh salah satu siswa lagi. Elipsis sendiri merupakan penghilangan dalam suatu kalimat atau paragaf untuk tidak memboros kata-kata. Hal ini boleh digunakan di mana dan kapan saja namun harus memperhatikan keterkaitan atau hubungan yang bisa diterima oleh pembaca agar tidak diartian dua atau lebih makna.
        Kalimat diatas, seharusnya dituliskan “Helm merupakam salah satu alat pelindung saat berkendara. Bukan hanya dari terik mata hari namun, helm juga dapat melindungi kita daribahaya kecelakaan.” Kalimat seperti itu lebih berterima dari pada tak menyebutkan keterangan satupun dari kalimat-kaimat sebelumnya.
        “kertas bekas adalah kertas yang habis dipakai namun masih ada ruang untuk digunakan lagi. Banyak hal yaitu untuk menghitung, sebagai perhiasan, dan dapat dikemas untuk menggambar.” kutipan tersebut adalah salah satu kutipan yang diambil dari teks ekposisi yang diproduksi siswa. Dari kalimat yang dituliskan oleh siswa ini dapat disimpulkan terlihat tidak padu antara kalimat pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena peghilangan kata yang kurang sesuai.
        Solusi yang bisa dilakukan dalam kutipan tersebut adalah mengganti “banyak hal” dengan “seperti.” karena kalau menggunakan “Banyak hal akan terlihat ketidakkoherensiaan antara kalimat yang awal dan kalimat selanjutnya.
5.        kesalahan penggunaan sinonim, yaitu penggunaan satuan lingual yang maknanya tidak mirip atau kurang lebih tidak sama dengan satuan lingual lain;
        “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.” dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena keslaahan penggunaan kata yang berulang.
        Yang seharusnya dituliskan oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih dalam mendukun pendidikan anaknya.” yang menunjukkan kesalahan sinonimi adalah kata segalanya dan apapun. Kedua hal tersebut memiliki makna yang sama. Jika di tuliskannya seperti kalimat awal tadi pembaca akan jenuh dalam membaca. Karena seringnya ada pengulangan yang tidak seharusnya ada atau dapat digantikan dengan kata lain yang maknanya sama.
6.        kesalahan penggunaan referensi, yaitu kesalahan konsep semantis yang mempertalikan unsur yang satu dengan unsur yang lain dalam sebuah wacana.
        “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.” dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat kesalahan yang membuat tidak koheren.
    Kalimat di atas merupakan sebuah kesalahan yang dikategorikan dalam referensi endosfora. Ia menujuk pada kedua oran tua. Meskipun demikian hal ini tidak pantas untuk berada pada kalimat ini karena yang sebenarnya ia itu hanya menunjuk pada tunggal. Semntara dalam kalimat ini orang tua memiliki maksud lebih dari satu orang.
         Yang seharusnya dituliskan oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih dalam mendukun pendidikan anaknya.”

     Kesalahan penggunaan alat koherensi yang digunakan sebagai instrumen dalam penelitian ini guna menganalisis kesalahan pada piranti koherensi antara lain:
1.        kesalahan penggunaan penekanan.
        “lingkungan yang sehat, memberikan sebuah oksigen yang baik. Tentu mendukun proses belajar mengajar pula.”
         Kutipan diatas merupakan salah satu kesalahan koherensi yang digunakan oleh salah satu dari sisiwa. Kesalahan ini tergolong dalam kesalahan penekanan yang menekankan atau memperjelas sesuatu. Kutipan diatas yang sebenarnya dituliska agar  dalam kalimat tersebut terlihat koheren adalah sebagai berikut “lingkungan yang sehat, memberikan sebuah oksigen yang baik. Hal demikian, sudah tentu mendukun proses belajar mengajar.”
2.        kesalahan penggunaan penambahan.
        “jendela adalah salah satu tempat yang terdapat di setiap rumah maupun kamar. Jedela memiliki multifungsi seperti penerang, pemberi sejuk dan penhiyar rumah.”. Sebenarnya kutipan tersebut sudah bagus. Jika dibacapun maknanya sudah tersampai. Namun demikin dalam menuliskan jenis yang sama lebih tepatnya di sebutkan kata “juga” di belakang kata dan.
3.        Kesalahan simpulan hasil.
        Menyimpulkan sesuatu selalu ada dalam setiap teks. Terutama dalam teks eksposisi. Karena eksposisi sesungguhnya adalah suatu teks yang mengulas dan memiliki struktur yangg di dalamnya ada unsur penyimpulan. Dalam teks yang diproduksi siswa terdapat banyak kesalahan dalam hal ini. Salah satunya adalah sebagai berikut.
    “jadi tidak benar kalau orang mengatakan sampah nonorganik susah didaur ulang.”
         Kalimat ini lebih tepat di tuliskan, dengan demikian, sampah non organikpun bisa didaur ulang. Jika tetap seperti di kalimat yang pertama, pembaca akan mengetahui bahwa sebenarnya yang dituliskan oleh penulis menggunakan bahasa lisan. Karena menulis sesungguhnya dengan memperhatikan kaidah.
         Hal demikian ini yang menjadi kecenderungan siswa pada umumnya. Terutama pad siswa kelas X yang baru mengenal teks eksposisi dan baru bergabung dalam dunia tulis menulis. Sudah tentu memiliki kekurangan dalam penguasaan kosa kata dan ejaan maupun tata bahasa yang harus digunakan.
4.        kesalahan penggunaan pronomina;
        Pronomina adalah kata ganti orang. Dalam teks yang diproduksi oleh siswa, terdapat juga kesalahan kata ganti orang. Seperti hal dalam kutipan berikut ini.”Orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam pendidikan.” kalimat tersebut tidak terlihat padu dan mendapatngkan makna yang bertanaya-tanya karena Ia mennjuk pada kata ganti orang hanya tunggal. Sementara orang tua umumnya memiliki dua yaitu ayah dan ibu.
        Lebih cocok dalam menuliskan pada teks itu agar pembaca dapat menerima maksud dari penulis adalah “Orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun untuk anaknya. Terlebih dalam dunia pendidikan”

IV. Penutup
A.      Kesimpulan


     Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang membutuhkan keseriusan dalam menuliskan, berpikir, manalar dan menyimpulkan. Sebagai siswa, dituntut untuk mampu mengetahui keseluruhan gendre teks yang ditentukan kurikulum. Salah satu yang sering ada adalah teks eksposisi.
     Teks eksposisi adalah teks yang mengulas sesuatu . Di dalamnya terdapat tiga bagian yaitu, tesis, argumen dan penegasan ulang. Dalam teks yang memiliki struktur yang seperti ini,cenderung terdapat banyak kesalahan. Kesalahan dalam menalar. Hal ini menyebabkan suatu teks tidak semprna karena ketidak koherensin berupa makna maupun bentuk.
Dari pembahasan yang penulis paparkan, teks eksposisi yang di produksi oleh sisiwa memiliki banyak kesalahan. Kesalahan kesalahan tersebut meliputi secara keseluruhan kohesi dan koherensi. Sehingga teks yang ditulis dapat dikatakan tidak komplit.
Kohesi merupakan keterpaduan bentuk. Kesalahan terdapaat dalam kohesi meliputi kesalahan penggunaan elipsis, konjungsi, repitisi, subtitusi, referensi. Sementara koherensi adalah keterpaduan makna. Kesalahan yang terdapa dalam teks-teks yang diproduksi siswa kelas X ini meliputi, kesalahan penekanan, perbandingan, pronomina, simpulan dan penambahan.


          
V. Daftar pustaka
Alwi, Hasan, dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia(Edisi ketiga).Jakarta:Balai pustaka.
Jorgenesen, Mariane, dkk. 2017. Analisis Wacana. Yogyakarya:Pustaka Pelajaran.
Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:Puskubuk, Balitbang, Kemendikbud.
Targan, Hendri Guntur. 2009. Penjaran Wacana. Bandung:Agkasa.


Lampiran


No comments:

Post a Comment