Analisis Kesalahan Kohesi dan Koherensi dalam Teks Eksposisi Kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire Tahun Ajaran 2017/2018
Selpina
Tekege/14410104/6c/pbsi/fpbs/upgris
Abstrak
Artikel
ini berjudul “Analisis Kesalahan Kohesi dan Koherensi Dalam Teks Eksposisi
Kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire”. Penelitian ini dilakukan dengan cara
mendeskripikan. Adapun permasalahannya adalah terdapat banyak kesalahan dalam
menempatkan kata dalam penulisan. Dengan adanya permasalaha itu penulis mencoba
meneliti secara garis besar tentang kesalahan yang sering dilakukan oleh siswa
agar menjadi pembelajaran untuk siswa dalam menulis dan menjadi pegangan guru
dalam mengajar. Kohesi dan koherensi merupakan keterkaitan makna antara kata
dan kata, kata dan kalimat dan kalimat dan kalimat. Untuk menghasilkan sebuah
teks yang menarik perluh mengetahui kapan dan dimana seharusnya suatu kata itu
ditempatkan karena ketidakkoherensian suatu kalimat memunculkan makna yang ganda.
Kata
Kunci: Analisis. Kohesi, dan koherensi
I.
Pendahuluan
A.
Latar Belakang
Menulis merupakan salah satu dari empat
keterampilan berbahasa yang harus dikuasai oleh siswa. Dalam menulis tidak
pernah terlepas dari yang namanya keterpaduan antara kalimat yang satu dengan
kalimat yang lain. Menulis bukan sesuatu hal yang mudah. Untuk menghasilkan
suatu kalimat yang sesuai dengan kaidah tulis, butuh penyesuaian dan perhatian
yang khusus. Memantau dan mengawasih agar tidak terjadi kesalahan dalam suatu tulisan
tersebut. Salah satunya menulis yang dilakukan di kalangan sekolah dalam suatu
pembelajaran.
Dari sekian banyak teks yang harus dikuasai oleh
siswa, salah satunya adalah teks eksposisi. Melalui teks eskposisi siswa dapat
menuliskan sesuatu rangkuman atau apa yang dipikirkan oleh siswa tersebut.
Siswa dapat menyusun sebuah rangkaian ide secara runtut logis dan dapat
mengaitkan kata demi kata, kalimat demi kalimat secara baik dan benar.
Sebuah
teks
yang baik harus mempunyai kesatuan, penyatuan dan kecukupan pengembangan.
Kesatuan ditimbulkan oleh kalimat-kalimat yang mendukung pikiran pokok yang ada
dalam teks tersebut,
sedangkan penyatuan merupakan proses hubungan yang membentuk hubungan yang
serasi antarkalimat dalam sebuah teks. Setelah ada kesatuan dan
penyatuan, sebuah teks perlu dikembangkan dengan pola pengembangan tertentu.
Dengan demikian, teks akan menjadi wacana yang utuh dan mudah dipahami.
Paragraf eksposisi biasanya digunakan
untuk menyajikan pengetahua atau ilmu, definisi, pengertian, langkah-langkah suatu kegiatan,
metode, cara dan proses terjadinya sesuatu Nasucha (2009:50). Mau atau
tidak, teks ini harus dikusai oleh siswa. Dalam menuliskan, dilihat dari gagasan yang dicurahkan sering tidak koheren
dan meloncat-loncat dalam menghubungkan kata menjadi kalimat, kalimat menjadi
paragraf, dan paragraf menjadi sebuah wacana. Meskipun makna yang disampaikan
sudah cukup terang, dan tulisannya cukup rapi, tetapi suatu karangan tertulis
dituntut harus baik dan sedapat mungkin tanpa kesalahan.
Dalam
berbahasa secara tertulis, seseorang idealnya memiliki kemampuan-kemampuan yang
lebih daripada seseorang yang berbahasa secara lisan. Kemampuan-kemampuan yang
dimaksud antara lain menyangkut pemakaian ejaan, struktur kalimat, kosakata,
dan penyusunan paragraf agar terlihat
kekoherensian antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lainpula. Hal tersebut dimaksudkan agar penulis tetap dapat
menyampaikan ide atau gagasannya kepada pembaca dan dapat dipahami secara tepat
dengan tidak mengabaikan kaidah kebahasaan.
Mengingat
bahwa kelas X tersebut masih dalam taraf pembelajaran, pastilah siswa mengalami
banyak kendala dalam menulis sebuah teks. Baik tentang kosakatanya yang
masih sangat minim, sulitnya menuangkan gagasan atau ide, dan lain sebagainya.
Pengalaman guru
dalam mengoreksi hasil tulisan siswa, ternyata hasilnya masih belum memuaskan. Masih terlihat
dalam hasil teks yang diproduksi. Siswa tersebut masih kesulitan dalamnya. Hal itu disampaikan oleh guru kelas X SMA YPPK Adhi
Luhur Nabire saat ditanyakan melalui via telpon.
Fenomena
seperti itu mendorong penulis untuk menganalis lebih jauh tentang letak
kesalahan yang dilakukan oleh sisiwa dalam memproduksi teks eksposisi. Pada
penelitian ini hanya dikhususkan pada kesalahan kohesi dan koherensi dalam teks
eksposisi yang diproduksi oleh siswa. Dengan penelitian ini akan diketahui
kesalahan dalam penggunaan kohesi dan koherensi agar dapat diketahui kemampuan
siswa dalam menuliskan teks di dalam pembelajaran.
B.
Rumusan Masalah
Bagimana wujud kesalahan kohesi dan koherensi dalam penulisan teks eksposisi
kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire?
C.
Tujuan Penelitian
Artikel ini dibuat untuk mendeskripsikan kesalahan kohesi dan koherensi
dalam penulisan teks eksposisi kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire.
D.
Manfaat Penelitian
Semoga artikel ini memberikan sebuah sumbagsih ilmu dalam bidan wacana
bahasa indonesia terlebih dalam kohesi dan koherensi agar menjadi bekal untuk
guru dalam mengajar, bekal siswa dalam memahami dan dapat memberika pengalaman
yang berharga untuk penulis.
F.
Landasan Teori
1. Analisis
kesalahan
Analisis
kesalahan menurut Cristal (via Pateda, 1978: 32) merupakan suatu teknik untuk
mengidentifikasikan, mengklasifikasikan, dan menginterpretasikan secara
sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh siswa yang sedang belajar
bahasa dengan menggunakan teori-teori dan prosedur-prosedur berdasarkan
linguistik. Menurut Parera (1993:7), analisis kesalahan dapat dilaksanakan
untuk :
a)
menemukan seberapa
baik dan benar seseorang mengetahui bahasa ajaran;
b)
mengetahui
bagaimana seseorang belajar bahasa;
c)
memperoleh
informasi tentang kesulitan biasa dalam belajar bahasa sebagai salah satu
sarana dalam pengajaran atau penyiapan materi pelajaran.
Menurut Ellis (via Tarigan, 1988: 300) mengatakan bahwa
analisis kesalahan adalah suatu prosedur yang digunakan oleh para peneliti dan
para guru, yang mencakup pengumpulan sampel bahasa pelajar, pengenalan
kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam sampel tersebut. Penelitian tersebut
mencakup pengumpulan sampel, pengenalan kesalahan-kesalahan yang terdapat dalam
sampel itu, pendeskripsian kesalahan itu, pengklasifikasian berdasarkan
sebab-sebabnya yang telah dihipotesiskan serta pengevaluasian keseriusannya
2. Kohesi
Menurut Gutwinsky yang ditulis dalam buku Pengajaran
Wacana oleh Hendri Guntur(1987:95), kohesi merupakan padu dan padat untuk
menghasilkan tuturan. Hal itu berarti bahwa kohesi adalah hubungan antar
kalimat dalam sebuah wacana, baik dalam strata gramatikal maupun dalam trata
leksikal tertentu. Sependapat dengan itu, Tariagan(1987:96) mengemukakan bahwa
kohesi atau keterpaduan wacana merupakan aspek formal bahasa dalam wacana.
Halliday dan Hasan pada tahun 1976 telah
mengemukakan sarana kohesif. Hal tersebut dikemukakan dalam karya mereka choesion
in english. Ada lima kategori
1. Pronomina
2. Subtitusi
3. Elipsis
4. Konjungsi
5. Leksikal
3. Koherensi
Jika dilihat dari pengertian kohesi yang
diutarakan dalam KBBI oleh Webster, (1987:352), kohesi dan koherensi dapat
disimpulkan tidak jauh beda. Saling menunjang, saling berkaitan, ibarat dua
sisi pada satu mata uang. Menurut Wohl yang di tuliskan oleh Tarigan, koherensi
adalah pengaturan secara rapih kenyataan dan gagasan, fakta dan ide menjadi
suatu untaian yang logis sehingga kita mudah memahami pesan yang dikandungnya.
Adapun
beberapa sarana penghubung kohesi menurut Tarigan (2009:100) yaitu penambahan,
rentetan, keseluruhan ke sebagian, kelas ke anggota, penekanan, perbandingan, pertentangan,
hasil, contoh, kesejajaran, tempat dan waktu
II. Metode Penelitian
A. Desain Penelitian
Penelitian
ini menggunakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Moleong(2012: 6)
penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami fenomena
tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian, secara holistik dengan cara
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu konteks khusus yang
alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah.
B.
Subjek dan Objek Penelitian
Penelitian
ini menggunakan teks eksposisi
produksi siswa kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire
sebagai subjek penelitian. Teks yang digunakan dalam penelitian ini berupa teks eksposisi. Diambil salah satu kelas dari empat kelas X dan dari 15
peserta didik dapat diambil 10 karya peserta didik yang sudah terkumpul.
C.
Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode simak dan teknik catat.
Metode simak digunakan dengan cara peneliti membaca langsung karangan siswa
kelas X SMA YPPK Adhi Luhur Nabire. Metode ini bertujuan untuk mendapatkan data secara
konkret. Selanjutnya, data yang diperoleh dicatat dalam kartu data dengan
menggunakan teknik catat (Sudaryanto, 1993: 135).
D.
Instrumen Penelitian
Instrumen
penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen pengumpul data
dan instrumen analisis data. Instrumen pengumpul data yang berupa angket terkait kriteria-kriteria
kesalahan yang dikuasai oleh penulis dan instrumen analisis data adalah human instrument
yaitu peneliti sendiri yang berperan sebagai perencana, pelaksana, pengumpul
data, penganalisis, penafsir data, sampai pada tahap pelaporan hasil
penelitian.
F.
Teknik Analisis Data
Adapun
langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis data tersebut adalah sebagai
berikut.
1.
Menandai semua
kesalahan kalimat yang dijumpai dalam karangan siswa.
2.
Mengelompokkan data
sesuai jenis kesalahannya.
3.
Menganalisis
kesalahan kalimat dengan cara mendeskripsikan kesalahan kalimat dengan menunjukkan kesalahannya dan menunjukkan
bentuk-bentuk yang benar.
III. Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Kesalahan dalam menulis tentu terdapat di
mana saja dalam bentuk apapun karena bahasa pada hakekatnya beraneka ragam.
Penggunaan bahasa dikatakan benar atau salah dapat dilihat dari suatu produk
tulisan oleh seseorang setelah mengamati. Hal-hal tersebut terjadi karena
berbagai alasan yang tanpa disadari oleh penulis. Biasanya seperti itu terjadi
bukan hanya dikalangan siswa namun pada seluruh masyarakat. Namun dalam konteks
ini, sesuai dengan judul yang diambil, saya hanya fokuskan pada teks eksposisi
yang diproduksi oleh siswa SMA YPPK Adhi Luhur Nabire. Untuk menangani akan
masalah itu, perluh adanya penelitian lanjut.
Kriteria
kesalahan penggunaan alat kohesi yang digunakan sebagai pembahasan dalam penelitian
ini meliputi kohesi dan koherensi. Dalam
menganalisis artikel ini hanya mengabil, mengumpulkan dan menganalisis yang
seperluhnya saja. Jika dalam teks tersebut kriteria yang digunakan dari terori
tidak ada maka penulis tidak menuliskan.:
Kesalahan penggunaa kohesi yang
digunakan sebagai instrumen dalam mengumpulkan data guna menganalisis kesalahan
pada piranti kohesi ini antara lain:
1.
kesalahan
penggunaan konjungsi, yaitu penggunaan kata sambung, perangkai, atau penghubung
yang tidak tepat dan tidak sesuai antara kata dengan kata, frasa frasa, klausa dengan klausa, kalimat dengan kalimat, dan
seterusnya;
“proses belajar mengajar
membutuhkan sebuah lingkungan yang sehat. Namun, kenyataannya apa yang
dipikirkan dan dibutuhkan oleh orang tidak selalu terpenuhi.”
Kutipan diatas merupakan sebuah kutipan
yang menunjukkan kesalahan dalan penggunaan konjungsi. Atau yang dituliskan di
dalam kalimat tersebut merupakan sebuah kalimat yang menunjukkan konjungsi
pilihan atau alternatif. Sementara dalam kalimat di atas membutuhkan konjungsi
dan sebagai penambahan atau adiktif.
Yang seharusnya tertulis
dalam kutipan di atas agar terlihat koheren atau enak dibaca adalah “proses
belajar mengajar membutuhkan sebuah lingkungan yang sehat. Namun, kenyataannya
tidak selalu sejalan dengan apa yang dipikir dan dibutuhkan.”
Konjungsi memiliki banyak
fungsi. Hal paling sering terjadi kesalahan adalah dalam penggunaan konjungsi.
Hal ini terjadi karena siswa kurang mampu menalar. Dapat dibuktikan dengan
kesalahan yang ditemukan. Penggunahan konjungsi penambahan kembali terdapat
dalam teks yang diproduksi siswa ini. “HP merupakan salah satu alat komunikasih
yang diciptakan untuk mempermudah informasih. Bukan hanya digunakan untuk
telpon tapi dengan adanya HP dapat mengakses pelajaran” kutipan tersebut
terlihat tidak koheren karena penghilangan kata yang tidak seharusnya terjadi.
Untuk lebih memperjelas, kalimat itu menjadi “HP merupakan salah satu alat
komunikasih yang diciptakan untuk mempermudah informasih. Adanya hp bukan hanya
digunakan untuk telpon sekedar mempermudah informasih melainkan, dapat
mengakses pelajaran.” kalimat tersebut lebih bisa diterima dibandingan kalimat
yang diawal.
2.
kesalahan
penggunaan repetisi, yaitu pemakaian kata yang sama atau hampir sama secara
berulang namun dalam pemakaiannya tidak tepat;
“orang tua dalah segalanya
bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.”
dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang
sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat
kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena penggunaan kata yang
berulang.
Yang seharusnya dituliskan
oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah
“orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih
dalam mendukun pendidikan anaknya.”
3.
kesalahan
penggunaan subtitusi, yaitu ketidaktepatan penggantian unsur bahasa oleh unsur
lain;
Subtitusi kata lainnya adalah
penambahan atau pergantian. Menambahkan beberapa kata yang memperjelas maksud.
Hal ini dalam teks boleh ada dan tidak. Jika ada, seorang penulis harus
menempatnya pada tempatnya dan telitih. Karena hal sepeleh seperti ini membuat
pembaca sulit untuk memahami sepenunya.
“orang tua dalah segalanya
bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.”
dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang
sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat
kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena penghilangan yang
tidak seharusnya ada.
Kalimat tersebut seharusnya
menjadi “orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan segalanya
terlbih dalam pendidikan anak-anaknya.” Kalimat inilebih jelas dan lebih enak
dan lebih komplesk untuk dipahami. Karena ukuran kalimat yang baik itu dapat
dilihat juga dari S, P, O, K nya. Yang artinya SPOK adalah terdapat keterangan
yang dapat memperjelas agar pembaca menangkap langsung apa yang dimaksud.
Yang seharusnya dituliskan
oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah
“orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih
dalam mendukun pendidikan anaknya.
4.
kesalahan penggunaan
elipsis, yaitu penghilangan kata atau satuan-satuan kebahasaan lain yang tidak
tepat;
“Helm merupakan salah satu
alat pelindung saat berkendara. Bukan hanya melindungi dari terik mata hari
namun, dari kecelakaan.” Kesalahan dalam penggunaan repitisi kembali dilakukan
oleh salah satu siswa lagi. Elipsis sendiri merupakan penghilangan dalam suatu
kalimat atau paragaf untuk tidak memboros kata-kata. Hal ini boleh digunakan di
mana dan kapan saja namun harus memperhatikan keterkaitan atau hubungan yang
bisa diterima oleh pembaca agar tidak diartian dua atau lebih makna.
Kalimat diatas, seharusnya
dituliskan “Helm merupakam salah satu alat pelindung saat berkendara. Bukan
hanya dari terik mata hari namun, helm juga dapat melindungi kita daribahaya
kecelakaan.” Kalimat seperti itu lebih berterima dari pada tak menyebutkan
keterangan satupun dari kalimat-kaimat sebelumnya.
“kertas bekas adalah kertas
yang habis dipakai namun masih ada ruang untuk digunakan lagi. Banyak hal yaitu
untuk menghitung, sebagai perhiasan, dan dapat dikemas untuk menggambar.”
kutipan tersebut adalah salah satu kutipan yang diambil dari teks ekposisi yang
diproduksi siswa. Dari kalimat yang dituliskan oleh siswa ini dapat disimpulkan
terlihat tidak padu antara kalimat pertama dan kedua. Hal ini terjadi karena
peghilangan kata yang kurang sesuai.
Solusi yang bisa dilakukan
dalam kutipan tersebut adalah mengganti “banyak hal” dengan “seperti.” karena
kalau menggunakan “Banyak hal akan terlihat ketidakkoherensiaan antara kalimat
yang awal dan kalimat selanjutnya.
5.
kesalahan
penggunaan sinonim, yaitu penggunaan satuan lingual yang maknanya tidak mirip
atau kurang lebih tidak sama dengan satuan lingual lain;
“orang tua adalah segalanya
bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.”
dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang
sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat
kesalahan yang membuat tidak koheren dalam memaknai karena keslaahan penggunaan
kata yang berulang.
Yang seharusnya dituliskan
oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah
“orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih
dalam mendukun pendidikan anaknya.” yang menunjukkan kesalahan sinonimi adalah
kata segalanya dan apapun. Kedua hal tersebut memiliki makna yang sama. Jika di
tuliskannya seperti kalimat awal tadi pembaca akan jenuh dalam membaca. Karena
seringnya ada pengulangan yang tidak seharusnya ada atau dapat digantikan
dengan kata lain yang maknanya sama.
6.
kesalahan
penggunaan referensi, yaitu kesalahan konsep semantis yang mempertalikan unsur
yang satu dengan unsur yang lain dalam sebuah wacana.
“orang tua adalah segalanya
bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam mendukun pendidikannya.”
dari keseluruhan kalimat, kalimat tersebut merupakan suatu kalimat yang
sejatinya mendatangkan kebingungan. Kalimat tersebut dikategorikan terdapat
kesalahan yang membuat tidak koheren.
Kalimat di atas merupakan sebuah
kesalahan yang dikategorikan dalam referensi endosfora. Ia menujuk pada kedua
oran tua. Meskipun demikian hal ini tidak pantas untuk berada pada kalimat ini
karena yang sebenarnya ia itu hanya menunjuk pada tunggal. Semntara dalam
kalimat ini orang tua memiliki maksud lebih dari satu orang.
Yang seharusnya dituliskan
oleh penulis dalam teks itu untuk tidak membuat pembaca bertanya-tanya adalah
“orang tua adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun terlebih
dalam mendukun pendidikan anaknya.”
Kesalahan penggunaan alat koherensi yang digunakan sebagai
instrumen dalam penelitian ini guna
menganalisis kesalahan pada piranti koherensi antara lain:
1.
kesalahan
penggunaan penekanan.
“lingkungan yang sehat,
memberikan sebuah oksigen yang baik. Tentu mendukun proses belajar mengajar
pula.”
Kutipan diatas merupakan
salah satu kesalahan koherensi yang digunakan oleh salah satu dari sisiwa.
Kesalahan ini tergolong dalam kesalahan penekanan yang menekankan atau
memperjelas sesuatu. Kutipan diatas yang sebenarnya dituliska agar dalam kalimat tersebut terlihat koheren
adalah sebagai berikut “lingkungan yang sehat, memberikan sebuah oksigen yang baik.
Hal demikian, sudah tentu mendukun proses belajar mengajar.”
2.
kesalahan
penggunaan penambahan.
“jendela adalah salah satu
tempat yang terdapat di setiap rumah maupun kamar. Jedela memiliki multifungsi
seperti penerang, pemberi sejuk dan penhiyar rumah.”. Sebenarnya kutipan
tersebut sudah bagus. Jika dibacapun maknanya sudah tersampai. Namun demikin
dalam menuliskan jenis yang sama lebih tepatnya di sebutkan kata “juga” di
belakang kata dan.
3.
Kesalahan
simpulan hasil.
Menyimpulkan sesuatu selalu
ada dalam setiap teks. Terutama dalam teks eksposisi. Karena eksposisi
sesungguhnya adalah suatu teks yang mengulas dan memiliki struktur yangg di
dalamnya ada unsur penyimpulan. Dalam teks yang diproduksi siswa terdapat
banyak kesalahan dalam hal ini. Salah satunya adalah sebagai berikut.
“jadi tidak benar kalau orang
mengatakan sampah nonorganik susah didaur ulang.”
Kalimat ini lebih tepat di
tuliskan, dengan demikian, sampah non organikpun bisa didaur ulang. Jika tetap
seperti di kalimat yang pertama, pembaca akan mengetahui bahwa sebenarnya yang
dituliskan oleh penulis menggunakan bahasa lisan. Karena menulis sesungguhnya
dengan memperhatikan kaidah.
Hal demikian ini yang
menjadi kecenderungan siswa pada umumnya. Terutama pad siswa kelas X yang baru
mengenal teks eksposisi dan baru bergabung dalam dunia tulis menulis. Sudah
tentu memiliki kekurangan dalam penguasaan kosa kata dan ejaan maupun tata
bahasa yang harus digunakan.
4.
kesalahan
penggunaan pronomina;
Pronomina adalah kata ganti
orang. Dalam teks yang diproduksi oleh siswa, terdapat juga kesalahan kata
ganti orang. Seperti hal dalam kutipan berikut ini.”Orang tua adalah segalanya
bagi anaknya. Ia melakukan segalanya terlebih dalam pendidikan.” kalimat
tersebut tidak terlihat padu dan mendapatngkan makna yang bertanaya-tanya
karena Ia mennjuk pada kata ganti orang hanya tunggal. Sementara orang tua
umumnya memiliki dua yaitu ayah dan ibu.
Lebih cocok dalam menuliskan
pada teks itu agar pembaca dapat menerima maksud dari penulis adalah “Orang tua
adalah segalanya bagi anaknya. Mereka melakukan apapun untuk anaknya. Terlebih
dalam dunia pendidikan”
IV. Penutup
A.
Kesimpulan
Menulis merupakan satu dari empat keterampilan berbahasa yang
membutuhkan keseriusan dalam menuliskan, berpikir, manalar dan menyimpulkan.
Sebagai siswa, dituntut untuk mampu mengetahui keseluruhan gendre teks yang
ditentukan kurikulum. Salah satu yang sering ada adalah teks eksposisi.
Teks eksposisi adalah teks yang mengulas sesuatu . Di dalamnya terdapat
tiga bagian yaitu, tesis, argumen dan penegasan ulang. Dalam teks yang memiliki
struktur yang seperti ini,cenderung terdapat banyak kesalahan. Kesalahan dalam
menalar. Hal ini menyebabkan suatu teks tidak semprna karena ketidak koherensin
berupa makna maupun bentuk.
Dari pembahasan yang penulis paparkan, teks eksposisi yang di produksi oleh
sisiwa memiliki banyak kesalahan. Kesalahan kesalahan tersebut meliputi secara
keseluruhan kohesi dan koherensi. Sehingga teks yang ditulis dapat dikatakan
tidak komplit.
Kohesi merupakan keterpaduan bentuk. Kesalahan terdapaat dalam kohesi
meliputi kesalahan penggunaan elipsis, konjungsi, repitisi, subtitusi,
referensi. Sementara koherensi adalah keterpaduan makna. Kesalahan yang terdapa
dalam teks-teks yang diproduksi siswa kelas X ini meliputi, kesalahan
penekanan, perbandingan, pronomina, simpulan dan penambahan.
V. Daftar pustaka
Alwi, Hasan,
dkk. 2000. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia(Edisi ketiga).Jakarta:Balai
pustaka.
Jorgenesen,
Mariane, dkk. 2017. Analisis Wacana. Yogyakarya:Pustaka Pelajaran.
Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia
Ekspresi Diri dan Akademik. Jakarta:Puskubuk, Balitbang, Kemendikbud.
Targan, Hendri
Guntur. 2009. Penjaran Wacana. Bandung:Agkasa.
Lampiran
No comments:
Post a Comment